Enjoy!"aku tak tau jika kau bisa menangani cedera" Naruto langsung memberondongnya bahkan ketika Sakura baru membuka pintu.
Sakura memutar bola mata, mengacuhkan si kuning berjalan kembali ke sofa depan TV. Naruto ikut duduk di samping Sakura.
"kau tak menjawab pertanyaanku."
"temanmu sudah kau antar pulang?" Sakura memilih mengacuhkan pertanyaan Naruto, lagi.
"fyi saja, dia tinggal di lantai atas"
dan informasi dari sepupu kuningnya itu kontan membuat si merah muda melotot.
"kenapa kau tak bilang dari awal? dia tau aku tinggal disini? kau tak bilang kita saudara kan?" kini Sakura yang heboh.
si kuning dan merah muda jelas tak perlu di ragukan jika mereka adalah saudara. #Lol
gantian Naruto yang memutar bola mata. "tak perlu khawatir aku tak bicara apa-apa. lagian Sasuke irit bicara, tak mungkin cerita hal-hal yang tak perlu." Naruto begitu menghafal tabiat teman karibnya itu.
Sakura menghela nafas lega. berharap apa yang dikatakan sepupunya itu benar.
"kau belum menjawab pernyataanku tadi, merah muda." Naruto masih saja penasaran akan hal itu.
Sakura bangkit. "kau sudah makan? ajak aku mengelilingi kota. aku belum tau dimana tempat makan yang rekomended." Sakura bertanya sambil berjalan masuk kamar.
"akan ku lakukan jika kau yang membayar." Naruto mencoba mencari peruntungan.
----
Hari berlalu. Minggu berganti. Sakura mulai terbiasa menjalani kehidupan di Kota Konoha. Terlebih aktivitas barunya sebagai guru baru. Tenten dan Ino pun selama ini banyak membantunya untuk beradaptasi dengan guru yang lain.
Juga ada sepupu kuningnya yang meskipun serba heboh tapi selalu siap jika dimintai tolong.
Seperti biasa, pagi hari Sakura bersiap untuk pergi ke sekolah. Motor kesayangan siap menemaninya membelah jalanan yang tidak terlalu ramai. Sakura mengendarai dengan santai sambil menikmati kesejukan udara pagi.
Tapi kebahagiannya tak berlangsung lama, tiba-tiba saja Sakura merasakan ban motornya bergerak oleng. Perlahan berhenti di tepi jalan.
Si merah muda segera mengecek kondisi motornya. ban bocor.
"sial" umpatnya tanpa sadar. Menegok kanan-kiri mencari bengkel. mana ada bengkel buka jam segini?! Sakura merogoh sakunya mengambil hp. satu-satunya yg terlintas di pikirannya hanyalah sepupu kuningnya. Namun sampe dering berakhir, Naruto tidak mengangkatnya panggilannya.
Sakura kalut saat melihat jam yang melingkar ditanganya. 30 menit lagi bel masuk, dan dia ada kelas. double sannaro.
tin tin!
sebuah motor yang sama persis dengan miliknya berhenti dibelakang Sakura. Sosoknya belum terdeteksi sebelum si empunya melepas helm full face nya lalu turun menghampiri.
"ada masalah?" tak lain dan tak bukan yang memiliki motor sama dengannya tentu siswanya sendiri, yang minggu lalu dia tolong ketika mengalami cidera.
"seperti yang kau lihat, banku bocor." jawab Sakura sambil menunjuk ban depannya. "kau tau bengkel motor terdekat?"
"di depan sana ada, tapi belum buka jam segini" jawab Sasuke, terlihat sedang berfikir.
Sakura mendesah. lagi-lagi melihat jam tangannya.
"Kau pakai saja motorku." Sasuke memberi opsi sambil mengulurkan kunci motornya.
"lalu bagaimana denganmu? kau bisa terlambat"
"tak perlu dipikirkan. aku bisa menghubungi kenalanku."
Sakura terlihat menimbang, lagi, melihat jam ditangannya.
"baiklah. ku terima bantuanmu. jika kau sudah mendapat bantuan, segera hubungi aku. ahh, siapa namamu?" sebenarnya tanpa bertanya Sakura tahu nama siswanya ini, tapi lebih baik tanya secara resmi.
"Uchiha Sasuke." Sakura mengangguk,lalu mengulurkan handphone nya kepada Sasuke.
Sasuke dengan cekatan memencet sederet nomor ponselnya lalu mencoba panggilan. sip, nomer Sakura sudah masuk di handphonenya.
Sasuke lalu mengembalikan handphone ke pemiliknya. setelah di cek sebentar, Sakura memasukkan kembali handphonenya, menerima kunci motor dari muridnya tersebut.
"jangan lupa, segera hubungi aku. jangan sampai kau juga terlambat sekolah." pesan Sakura sebelum melajukan kendaraan.
Dan Sasuke hanya mengangguk, segaris senyumnya terbit begitu sang guru merah muda meninggalkannya.
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
HARUNO SENSEI
Fanfictionbius ini sungguh memabukkanku. bius rasa yang menggetarkan jiwa. aku mencintainya terlalu tinggi, hingga aku lupa bahwa mungkin saja dia mencintai orang lain. apalah dayaku yang tak bisa menghentikan perasaan ini. mungkin karena aku melupakan keterp...