Sebuah Kenyataan

1.8K 116 42
                                    

Selama dua puluh satu tahun hidupku dipenuhi dengan keceriaan, dan aku berpikir aku tidak akan pernah merasakan kesedihan, karena aku memiliki keluarga yang sangat menyayangi ku. Ayah, ibu juga Gege yang sangat aku sayangi. Mereka selalu melimpahiku dengan kasih sayang.

Sampai ketika suatu hari aku mengerti arti dari semua kasih sayang itu.

Waktu itu, saat aku baru pulang dari rumah temanku aku tidak sengaja mendengar ayah, ibu juga Gege ku membicarakan tentang aku. Mereka bilang bahwa aku bukan anak kandung mereka.

"Jika aku bukan anak mereka lalu aku anak siapa" batinku kala itu.

Hatiku berdenyut ngilu mendengar prihal aku bukan anak ayah dan ibuku. Tapi sejujurnya aku juga merasakan sedikit kebahagiaan mengetahui aku bukan adik kandung Gege ku.

Kalian tahu kenapa?, Karena aku sangat mencintai Gege ku.

Bagi orang lain perasaan mencintai dan menyayangi saudaranya itu adalah hal yang wajar, tapi aku menyadari perasaanku pada saudara ku berbeda, aku mencintai Gege ku lebih dari kata saudara. Aku ingin memilikinya untuk diriku sendiri.

Sean Xiao Zhan dia adalah saudaraku yang aku cintai. Dia pria yang sangat tampan, alisnya tebal dan tajam, terlihat menyeramkan ketika dia sedang marah, dia memiliki mata yang indah, dan aku suka menatap matanya saat dia berbicara padaku. Hidungnya mancung, bibirnya tipis, ada sebuah titik hitam dibawah bibirnya yang membuat bibir zhan ge ku terlihat seksi, aku juga suka melihat bibirnya saat dia berbicara padaku. Aku rasa aku suka semua yang ada pada tubuh Gege ku.

"Zhan ge, aku mencintaimu"

Dengan tekad dan keberanian aku mengucapkan kalimat itu. Aku mengungkapkan perasaanku pada saudara ku. Dia bilang dia mencintai ku juga. Aku sangat bahagia mendengarnya. Ternyata Zhan ge mencintaiku juga. Saking bahagianya aku sampai tidak bisa tidur.

Sampai suatu malam, orang yang aku kira mencintai ku, membawa seseorang yang ia cintai. Xiao zhanku membawa seorang gadis cantik ke rumah kami.

Tangan besar gegeku menggenggam lembut jemari gadis cantik yang berdiri disampingnya. Gadis itu terlihat lebih pendek dariku, rambutnya hitam dan panjang, matanya bagus, hidungnya juga mancung, dia sempurna.

"Selamat malam paman, bibi" suara lembut menyapa ayah dan ibu. Ayahku tersenyum lembut membalas sapaan gadis itu, ibuku langsung menghampirinya dan mengajaknya duduk di meja makan.

"Yibo, pindah ke sini nak"

Ibu menyuruhku pindah dari kursi yang selalu aku duduki saat makan, aku bingung tapi aku menurut saja dan duduk di sebelah ibuku.

Gadis itu duduk di tempatku, di sebelah zhan ge. Jujur hatiku sakit melihat mereka. Gege ku berbicara padanya begitu lembut, mengambilkan beberapa lauk untuknya, menuangkan air minum untuknya. Ibu dan ayah juga melakukan hal yang sama.

"Jie, kau mau ini?"

Semua orang melakukan itu, jadi aku juga, dengan sedikit rasa canggung aku menawarkannya sepotong daging. Dia tersenyum lembut padaku dan menyodorkan mangkuknya. Setelah aku meletakkan sepotong daging ke dalam mangkuknya aku merasakan tangan ibuku mengusak lembut rambutku.

Aku selalu memperhatikan Gege ku, tapi dia sama sekali tidak melihatku, di terus-terusan menatap sosok cantik disampingnya.

"Zhan ge, aku mau itu" kataku sambil menyodorkan mangkuk ke depannya.

"Yang ini?" Tanyanya lalu aku mengangguk senang, tapi dia malah bertanya pada orang yang duduk disampingnya lalu meletakkan sepotong daging yang aku minta lebih dulu ke mangkuk gadis itu.

Kecewa.

Perlahan-lahan aku menarik tanganku.

"Yibo ini" dia sedikit berdiri dan meletakkan daging yang aku mau ke dalam mangkuk ku.

I'm In Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang