Yang zi kewalahan, rasa panik menjalari pikirannya, perasaan takut menghantuinya. Wang yibo tidak bisa dihubungi, hampir dua puluh kali ia menghubungi nomor ponsel yibo, yang ia dapatkan hanyalah jawaban dari operator yang mengatakan bahwa "nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan"
"Sial, Wang yibo kemana kau" makinya dengan geram namun tidak menghilangkan sedikit pun rasa khawatirnya saat ini.
"Wangji, aunty mohon bertahanlah hiks"Yang zi mulai menjatuhkan air matanya lagi
"Jangan membuatku takut sayang". Jari-jari lentiknya mengambil dengan lembut sepotong kain yang menempel di dahi Putra kesayangan sahabatnya, yibo. Suhu tubuh wangji belum juga turun, belum lagi bocah malang itu mengigau ia terus menyebut kata " ayah".
Ayah, kata yang bukan tertuju untuk wang yibo, sebab ia tidak memanggil orang yang melahirkannya dengan kata ayah.
"Iya sayang,,,,ayahmu akan datang" dengan segenap rasa khawatir yangzi mengatakan itu. Tangannya mulai menempelkan sepotong kain yang sudah ia peras ke dahi wangji lagi. Hal itu ia lakukan sudah beberapa kali.
Yangzi melihat jam Beker yang terletak rapi di atas nakas '12.30 malam'. Demam di tengah malam begini membuat yangzi bingung harus melakukan apa. Jarak rumah sakit dari rumah mereka cukup jauh, tidak ada apotek terdekat, persediaan obat wangji juga habis. Ia bisa menggunakan mobil untuk pergi ke rumah sakit sekarang, tapi dalam keadaan seperti ini ia takut untuk mengendarai kendaraan roda empat milik yibo. Ia sudah menghubungi beberapa temannya namun sialnya tidak ada yang merespon. Tentu saja, tengah malam begini semua orang pasti tidur. Mengingat teman-temannya tukang molor yangzi tidak heran jika mereka tidak merespon panggilan telpon darinya.
"Sial, Wang yibo kenapa kau tidak mengecek segala kebutuhan wangji sebelum pergi sih" kesal yangzi, ia mengobrak-abrik laci tempat penyimpanan kotak obat-obatan, berharap ada satu saja sisa obat, tapi nihil ia tidak menemukan apapun.
Ia terus merapalkan doa, berharap wangji baik-baik saja. "Aunty janji besok kita akan ke rumah sakit sayang" ucapnya, ia membenarkan selimut wangji.
"Hiks hiks ayah, wangji mau ayah hiks, ayah dimana hiks" wangji mulai menangis lagi, tubuhnya mulai menggigil.
"Aku mau ketemu ayah hiks"
"Astagfirullah Tuhan bagaimana ini kenapa suhu tubuhnya semakin panas, dan apalagi ini menggigil" yangzi semakin panik, dan tanpa sadar ternyata ia mulai menangis sesenggukan.
"Wang yibo kumohon pulang sekarang hiks hiks"
"Persetan dengan gelapnya malam, bodo amat dengan rasa khawatir yang melingkupinya yang terpenting adalah wangji harus segera ke rumah sakit. yangzi mulai mengangkat tubuh lemas wangji dengan pelan lalu berlari membawanya ke mobil. "Tenang sayang, aunty akan membawa mu ke rumah sakit sekarang juga hmmm"
.
.
.
.Di tempat lain tepatnya di kamar hotel tempat Wang yibo menginap. Wang yibo yang tengah berusaha menenangkan pikirannya, ia tidak tahu mengapa tapi hatinya begitu sakit, pikirannya tidak tenang. Tubuhnya begitu lelah, ia ingin istirahat namun pikirannya tidak tenang. Matanya terpejam namun perasaan khawatir menjadi selimutnya di malam yang dingin.
"Sayang, semoga kau baik-baik saja disana" gumamnya dengan nada khawatir
Ia bangkit dari tidurnya, menyibak selimut putih nan halus yang menutup setengah badannya. Ia ingin menghubungi yangzi, ingin memastikan bahwa putranya baik-baik saja sekarang. Tapi sialnya ponselnya rusak.
Berbicara tentang ponselnya, yibo mengingat kejadian yang membuat ponselnya rusak.
Flashback
Selesai menampilkan tarian yang memanjakan ribuan pasang mata, sebuah tarian yang menakjubkan bagi banyak tamu undangan terutama tuan acara.
Yibo turun dari panggung nya, dengan perlahan kakinya melangkah sambil sesekali ia menunduk kan kepala, menyapa setiap orang yang tersenyum padanya, ia juga memberikan senyuman malu-malu yang ribuan kali lebih manis dari jumlah para tamu undangan.
Deg
Jantungnya seolah berhenti berdetak saat kedua mata indahnya menangkap sesosok tubuh yang berdiri tegap dengan jarak kira-kira tujuh langkah darinya. Wajah tampan dengan rahang tajam itu juga terlihat terkejut melihat ke arahnya, seseorang itu tengah melihatnya dengan tatapan mata penuh kerinduan.
Dunia di sekitar mereka seakan berhenti berputar, orang-orang yang berdiri di sekitar mereka seakan-akan berubah menjadi pahatan patung batu, berdiri diam tanpa suara.
Tanpa yibo sadari kedua pipinya mulusnya sudah basah, kakinya pun tanpa sengaja melangkah maju akan mendekati pria tinggi di depannya. Namun beberapa detik kemudian ia tersadar saat seseorang memuji penampilannya. " Penampilan anda sungguh menakjubkan tuan" . Mendengar suara itu yibo menghentikan langkah kakinya dan saat itu juga ia sadar jika pria tampan itu juga melangkahkan kaki panjangnya ke arahnya.
"Maafkan aku, aku harus pergi" pamitnya pada orang-orang yang tersenyum padanya.
dengan tergesa-gesa yibo berjalan, bahkan ia sekarang sudah berlari kecil menghindari orang yang mengejarnya.
Ia di kejar-kejar oleh orang yang begitu ia kenal. Ia tidak ingin bertemu lagi dengan orang itu, walau hatinya ingin sekali berlari dan memeluk seorang pria yang begitu, sangat ia rindukan, pria yang sangat ia cintai, pria yang selalu ia bawa namanya dalam doa-doanya, pria yang tidak akan pernah bisa ia benci, walau bibirnya terus mengucapkan ribuan kalimat "aku membenci mu zhan ge" , saat setiap kali ia mengingat xiao zhan.
"Wang Yibo berhenti, Gege mohon" Suara yang sangat ingin ia dengar memanggilnya lagi. Rasanya Ingin sekali ia berbalik, menghampiri xiao zhan, tapi sampai kapanpun ia tidak ingin kembali merasakan sakit lagi.
Grep
Xiao zhan menghentikan langkah panjangnya, ingin sekali ia menghempaskan tangan yang berani menahannya di saat seperti ini tapi saat ia berbalik ternyata, orang yang mencekal tangannya adalah salah satu kolega penting yang harus ia hargai.
"Tuan Elvan" sapa zhan dengan wajah menahan kesal, tapi tetap ia berikan senyuman walau terpaksa.
"Selamat malam Tuan xiao, apa kabar" pak Elvan menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan xiao zhan, dengan cepat zhan menyambutnya.
"Maaf tuan, saya harus pergi sebentar saya akan menghubungi anda nanti" ucap zhan tergesa lalu pergi dari situ untuk mencari Wang yibo yang sudah hilang dari pandangannya.
Tuan Elvan hanya mengendikkan bahunya heran, ia lalu pergi ke para tamu undangan yang lain.
.
.
.Brak
Yibo berhenti saat ponsel yang ia genggam terjatuh di lantai, nafasnya sedikit ngos-ngosan. Setelah mengambil ponselnya ia langsung berlari lagi. Ia bersyukur seseorang menahan xiao zhan tadi. Jika tidak zhan pasti menemukannya. "Hahaha percaya diri sekali kau yibo, belum tentu zhan ge mengejarmu" batinnya, hal itu berhasil membuat hatinya terasa teremat.
Buru-buru yibo masuk ke dalam kamar hotel tempat ia menginap beberapa hari ini. Ia langsung mengunci pintu dan terduduk di depan pintu itu, perlahan ia mengatur nafasnya, ia mengecek ponselnya, dan ternyata ponselnya rusak.
Flashback end...
Tbc. ...
Semoga suka ya teman-teman, maaf lama up 🙏