Hari-hari ku terasa semakin menyedihkan. Semua perhatian yang dulunya tertuju pada ku, sekarang di ambil alih oleh orang yang sedang mengandung keturunan xiao.
Ya walaupun ibuku, tidak, ibu angkat ku masih sering memberikan perhatian, tapi aku masih merasa kurang, rasanya tidak sama seperti dulu lagi. Aku merasa semakin asing dirumah ini, mungkin karena aku anak angkat, jadi aku merasa begitu, entahlah.
Sejak zhan ge pindah kamar, aku menjadi sulit untuk tidur, aku sering terbangun dimalam hari, dan bahkan aku kadang tidak tidur, aku benar-benar takut tidur sendirian. Jika pagi menjelang, aku buru-buru bersiap untuk pergi bekerja, tanpa sarapan, karena aku tidak ingin bertemu semua orang, apalagi orang yang aku cintai, aku berusaha untuk melupakan perasaan cintaku padanya, aku selalu menghindar dari zhan ge. Entah semua sadar atau tidak, tapi mereka tidak pernah hanya sekedar bertanya padaku, mengapa. Itu membuat ku semakin sedih.
Aku kesepian, aku sering mengurung diri di dalam kamar, setelah aku pulang kerja. Aku hanya akan keluar kamar saat makan malam, atau saat ada yang membutuhkan bantuan ku.
Berkali-kali aku mengatakan aku ingin pindah rumah, tapi lagi-lagi zhan ge melarang ku, tapi kenapa? Kenapa dia melarang ku, seharusnya dia membiarkan ku pergi saja. Bolehkah aku berharap, zhan ge menahan ku karena dia mencintai ku juga. Haha tidak mungkin, aku dirinya tentu saja dia menahan ku, apa yang ku harapkan, memalukan.
Terlintas dibenak ku, aku ingin kabur saja, tapi itu tidak mungkin. Tidak ada alasan aku untuk kabur dan juga tidak ada tempat tujuan jika aku kabur, hanya mereka keluarga yang aku punya.
Aku juga tidak ingin membebani teman-temanku, jadi ya apa boleh buat aku hanya bisa bertahan dan terus berpura-pura.
.
.
.Karena hamil muda, mood Li Qin jie sering tidak menentu. Ia biasanya manja pada suaminya, menangis hanya karena hal-hal sepele dan ada saja tingkah lainnya yang kadang membuat ku iri. Kenapa aku iri? Karena semua orang gemas padanya, apalagi suaminya, zhan ge selalu menciumi Li Qin jie gimanapun dan kapanpun. Membuat aku terluka melihat kemesraan mereka. Aku menginginkannya juga, menginginkan zhan ge ku hiks.
Karena moodnya yang selalu berubah-ubah. Dua hari lalu aku tidak sengaja memindahkan piring yang sudah Li Qin jie cuci, aku hanya berniat membantunya saja, tapi dia tiba-tiba menangis, dia marah dan memecahkan piring yang aku pegang. Karena suara pecahan itu, ibu dan Zhan ge menghampiri kami. Mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, tapi karena Li Qin jie menangis, aku yang disalahkan. Zhan ge memarahiku habis-habisan, aku mencoba membuka suara ingin menjelaskan, tapi suaraku selalu tertahan karena bentakan keras dari zhan ge.
"Bu ak....." Aku menatap ibuku dengan mata berkaca-kaca, meminta pembelaan dari ibuku, seperti yang biasa ibuku lakukan jika ayah angkat ku memarahi ku, tapi ibuku sama sekali tidak menatap ku, ibu angkat ku sibuk menenangkan menantu kesayangannya. Aku bukan apa-apa lagi disini.
Puas memarahi dan membentak ku zhan ge membawa wanita tercintanya pergi dari hadapanku, mereka meninggalkan aku sendirian di dapur. Apa yang bisa ku lakukan, aku menggigit pipi bagian dalamku, berusaha menahan tangis, tidak mungkin kan aku menangis, aku bukan anak kecil yang cengeng. Tapi hiks dia membentak ku lagi, rasanya sangat sakit di sini, di dadaku.
Tanpa sadar air mata yang berusaha keras aku tahan jatuh begitu saja. Buru-buru aku menghapus jejak air mataku, saat aku melihat ibu angkat ku membawa penyapu dan pangki plastik di dua tangannya. Tak sanggup menatap ibuku, aku langsung berjongkok dan akan membersihkan pecahan piring kaca tadi.
"Sayang, biar ibu yang bersihkan" tanganku terhenti, entah mengapa air mataku jatuh lagi saat mendengar suara lembut ibuku, dia manggil ku sayang. Aku bahagia ternyata ibuku masih menyayangiku.