Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya yibo bisa menghirup udara segar. Ia sudah sampai di tempat tujuannya. Ia berdiri di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi.
"Cappella Sanya Hotel " gumam yibo. Kepalanya menengadah ke atas membaca tulisan yang begitu besar yang terletak di bagian atas gedung itu.
Capella Sanya, dikenal sebagai Hawai di China. Tepatnya berada di provinsi kepulauan hainan.Acaranya akan dilaksanakan dua hari lagi, yibo memiliki satu hari untuk beristirahat dan latihan untuk penampilannya nanti. Jujur yibo merasa gugup. Ini kali pertama ia akan menunjukkan bakatnya didepan banyak orang.
Yibo diundang ke sebuah acara ulang tahun pernikahan. Bukan di undang taoi ia disuruh oleh atasnya sebagai hadiah ulang tahun. Lebih tepatnya penampilannya nanti dipersembahkan khusus untuk penyelanggara acara. Atasannya secara khusus memintanya menari di acara ulang tahun itu. Mengapa? Karena atasannya tahu yibo berbakat. Pernah suatu kali atasannya mendapatinya tengah menari dengan begitu indah. Dan kebetulan koleganya sangat menyukai tarian, karena itu ia mengutus yibo menjadi hadiah.
Awalnya yibo ingin menolak permintaan itu, namun mengingat kebaikan atasannya selama ini, ia menerima tawaran itu. Bukan hanya itu ia juga dijanjikan akan mendapatkan upah tiga kali lipat dari gajinya, tentu saja yibo tertarik.
Atasannya adalah salah satu pengusaha besar dan cukup berpengaruh di negeri China. Tuan qiren begitulah orang-orang menyapanya. Tuan qiren memiliki perusahaan industri manufaktur. Perusahaan yang bergerak dalam sektor kosmetik. Wang yibo bekerja di sana sebagai Assisten Pribadi tuan qiren.
Di bulan pertama hingga bulan ketiga yibo hanyalah seorang cleaning servis di perusahaan itu, namun karena kegigihannya berkerja dan saat atasannya tahu ia tengah berbadan dua, Tuan qiren menawarkan perkejaan yang lebih ringan, tentu dengan senang hati yibo menerima tawaran itu.
Namun tidak mudah bagi yibo menjadi seorang Aspir, karena ia sering mendapat gunjingan dari para karyawan lain. Ada sebagian karyawan yang secara terang-terangan mengatainya sebagai simpanan pak qiren. Ada pula yang berprasangka dia adalah anak pak qiren dari pelacur di luaran sana, yang datang untuk memeras laki-laki kaya itu sebagai tindak pertanggung jawaban seorang ayah pada anaknya.
Meskipun begitu yibo tetap gigih berkerja, ia menutup rapat-rapat telinganya dari berbagai gunjingan itu.
Seiring berjalannya waktu orang-orang yang mengunjingnya mulai menerima posisi yibo, bahkan mereka menjadi teman yibo. Mereka juga ada beberapa karyawan juga tahu kondisi yibo saat hamil, karena itulah mereka menyayangi yibo. Wangji putranya memang anugrah terindah yang ia punya. Ia sangat beruntung memiliki wangji dalam hidupnya.
.
.
.
."Ayah, kenapa ayah selalu meninggalkan ku sendirian" bocah laki-laki berusia enam tahun itu menempeli ayahnya. Ia tidak marah tapi ia terkadang kesal pada ayahnya karena seringkali meninggalkan dia sendirian di rumah besar mereka. Hari-harinya sangat membosankan, ia ingin mengajak ayahnya untuk bermain kali ini saja, tapi lagi, orang tua satu-satunya itu menolak dengan alasan ia harus bekerja.
"Wei Ying dengarkan ayah" bujuk ayahnya
" Tidak mau" bocah itu semakin mengeratkan pelukannya.
"Ayah janji setelah pulang dari acara itu, kita pergi bermain, oke?" Xiao zhan masih berusaha membujuk putranya.
"Tidak mau, Ayah selalu mengatakan hal itu. Tapi kita tidak pernah melakukannya" seru wangji, sedikit menyinggung perasaan xiao zhan, tentu saja zhan merasa bersalah. Tapi ia benar-benar tidak ada waktu luang.
"Kali ini ayah serius, janji" zhan menyodorkan jari kelingkingnya.
Dengan wajah cemberut bercampur kesal Wei Ying menautkan kelingking mungilnya pada jari kelingking milik ayahnya.
" Apa yang kalian bicarakan hmmm?"
Suara lembut seorang wanita bertanya.
"Nenek"
Wei Ying turun dari pangkuan ayahnya dan langsung memeluk wanita paruh baya itu.
"Ayah tidak sayang padaku" bocah itu megadu lagi.
"Sstttttttt, tidak boleh bicara begitu sayang"
Zhan menggeleng mendengar ucapan putranya itu, ia bangkit dari sofa, membenarkan stelan jas nya yang terlihat sedikit kusut.
"Ma, aku titip Wei Ying" ucapnya lalu mengecup kening ibunya singkat.
Ia melangkahkan kaki panjangnya menuju pintu utama, ia harus berangkat ke kantor sekarang.
Langkah kakinya terhenti saat mendengar suara lembut ibunya, suara yang tersirat kesedihan didalamnya. Pertanyaan yang selalu sama yang ia dengar. "Apa kau menemukannya zhan?."
Setiap mendengar pertanyaan itu nafasnya seolah tercekat. "Belum ma" gumamnya pelan. Setelah mengatakan itu ia melanjutkan langkahnya yang kini terasa berat.
"Yibo Gege merindukan mu" batinnya sedih
TBC...