Tertembaknya Ade Irma

153 11 0
                                    

1 Oktober 1965

Pagi itu di rumah kami seluruh penghuni telah tertidur lelap.
Tetapi pak nas dan Bu nas tidak dapat tidur dengan nyenyak, dikarenakan banyaknya nyamuk di kamar mereka.
Seekor nyamuk menghampiri Ade dan menghisap darahnya. Dengan sangat berhati-hati agar putri kecilnya itu tidak terbangun, pak nas memukul nyamuk tersebut dengan perlahan.

Tak lama kemudian Bu nas mendengar suara langkah kaki, dengan hati hati ia membuka pintu kamar dan melihat pasukan Cakrabirawa memasuki rumah mereka.
"Ada apa Bu?" Pak nas bertanya kepada istrinya itu
"Itu yang mau membunuh kamu sudah datang, lebih baik kau cepat bersembunyi."
Pak nas ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi, namun sang istri melarang. Tetapi pak nas tetap nekat ingin melihatnya.

DOR!
Sebuah peluru ditembakkan ke rumah kami dan membuat seisi rumah terbangun karena kaget.
Beruntunglah pak nas tidak terkena tembakan. Gadis kecilnya terbangun dan menangis. Dengan cepat Bu nas menutup pintu kamar dan menggendong anak bungsunya tersebut.
Aku, Dara, Yanti dan Alpiah terbangun dan kaget karena mendengar suara tembakan tersebut.

Yanti mengira kalau AC rumah mereka meledak, jadi ia dan Alpiah segera menuju ke rumah Om Pierre beberapa jarak dari rumah mereka. Mereka keluar melalui pintu jendela, kami berdua mengikuti Yanti dan Alpiah, namun mereka melarang dan menyuruh kami segera bersembunyi.
VANYA, DARA, TOLONG LIHAT KONDISI AYAH, MAMA DAN ADIKKU! AKU AKAN PERGI KE RUMAH OM PIERRE!
Kami berdua bergegas menuju ke kamar pak nas, Bu nas dan Ade.

Terdengar suara para pasukan yang memaksa untuk dibukakan pintu kamar tersebut
"BUKA PINTUNYA! CEPAT JENDERAL! BUKA!"
"CEPAT JENDERAL!"
Sekali lagi mereka menembakkan peluru ke pintu kamar, untungnya Bu nas yang menahan pintu tersebut tidak terkena tembakan
Mardiah, adik pak Nasution segera berlari dan menggendong Ade Irma. Karena ia panik dan tak tau apa apa, ia membuka pintu depan dan seketika mereka berdua dihadang oleh pasukan Cakrabirawa dan ditodong pistol.
Naas, tubuh kecil Ade Irma yang masih berusia 5 tahun itu terkena tembakan sebanyak tiga peluru, sementara sang Tante terkena tembakan sebanyak dua peluru dan masuk ke tangan beliau.

Seketika tubuh Ade menjadi lemas, namun ia masih sadarkan diri. Darah dari tubuh Ade mengalir kemana mana.
Dengan berbisik, Mardiah berkata:
"Ade Kena" yang menandakan bahwa Ade terkena tembakan. Kami pun sampai ke kamar pak nas saat pasukan tersebut menghilang.
Aku sangat terkejut ketika melihat Ade di dalam gendongan Bu nas dengan darah mengalir kemana mana. Refleks aku pun menangis histeris.
ASTAGHFIRULLAH HALADZIM ADEEEE😭😭😭😭😭😭
"kakak....."

Kemudian Bu nas membawa Ade berkeliling rumah, dan darah Ade mengalir hingga ke seluruh seisi rumah. aku dan Dara mengikuti Bu nas sambil melihat kondisi Ade yang sudah lemah akibat terkena tembakan. Kamipun sampai ke sebuah ruangan makan dan Bu nas berniat untuk mencari bantuan dengan menelepon seseorang. Namun tiba tiba kami bertemu dengan pasukan Cakrabirawa dan mereka berkata:

"Jangan bergerak, telepon sudah kami putus!"
Dan kemudian mereka menanyakan keberadaan pak nas
"Mana Nasution?"
Bu nas segera menjawab:
"Pak Nasution, Beliau di Bandung, sudah tiga hari di Bandung."
"Kalian datang kesini hanya untuk membunuh anak saya!"
Lalu mereka pergi meninggalkan kami. Mereka kemudian beralih ke paviliun milik Om Pierre.

"Kalian tunggu saja disini" ucap om Pierre pada Yanti dan Alpiah. Dengan menggunakan jaket cokelatnya, dia mengambil senapan miliknya dan bersiap melawan pasukan tersebut.
Namun tiba tiba, pasukan tersebut menyuruh om Pierre untuk meletakkan senjatanya. Sekali lagi mereka bertanya pada om Pierre:
"Mana Nasution?" Dan om Pierre segera menjawab "Saya ajudan Nasution" namun di telinga para pasukan tersebut, mereka mendengar kalimat "Saya Nasution"

Dan pasukan itu akhirnya menangkap om Pierre dan dibawa ke lubang buaya bersama jenderal yang lainnya untuk dibunuh. Beberapa jenderal sudah terbunuh di rumahnya, seperti Ahmad Yani, M.T Haryono, dan D.I Panjaitan. Sedangkan 4 orang lainnya yaitu Jenderal S Parman, jendral Soeprapto, Jenderal Sutoyo dan juga Om Pierre masih hidup.

Dan setelah pasukan tersebut pergi, kami segera membawa Ade Irma ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Sementara itu, pak nas bersembunyi di kantor kedutaan Irak setelah ia terjatuh dari tembok yang menyebabkan pergelangan kakinya patah.

The story of Ade Irma Suryani NasutionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang