Three

241 40 10
                                    

"Aku tunggu penjelasan kamu ya, Ayu Rosmalina! " aku menekan kata menyebut namanya. Perempuan cantik ini berubah jadi kacau. Susah dijelaskan. Tingkahnya kali ini membuatku tidak habis pikir.

Aku menggaruk kepala frustrasi.
"Kok bisa makan gak bayar? "
Tanyaku dengan penuh ketidakpercayaan.

Konyol bukan? Seorang anak dari salah satu pengusaha kaya di Depok, tidak mampu membayar makanan yang harganya bahkan jauh lebih murah dari harga make-up nya.

"Mereka aja yang lebay. Aku udah bilang orangtua aku siapa tapi mereka gak percaya. "

"Kasih bukti, dong. Hp kamu mana? "

"Aku gak bawa apa-apa. Lupa. Aku aja kabur dari rumah. " jelasnya

"Kenapa? "

"Gak papa! " katanya.

"Gak papa? " tanyaku tak percaya dengan jawaban yang menyebalkan itu. Enteng sekali bibirnya.

"Dilaporin ke kantor polisi karena gak bisa bayar makan, gak papa?"

"Bawel ah. " dengusnya kesal.

"Aku gak habis pikir, Ayu. Kepala kamu isinya apa sih?" mungkin terdengar kasar. Tapi, aku tidak bisa menahan emosi mendengar jawaban terkonyol dari perempuan yang menganggap enteng masalah seperti ini.

"Jangan mulai deh. Jangan kayak Mami yang nuntut aku ini itu. Aku tu capek. Masalah ini belum kelar, ada lagi. "

Aku diam. Coba mendengar.

"Udah diselingkuhi, orangtua cuma bisa nuntut . Gak ada yang ngerti aku. Kamu mau kayak mereka juga? "

"Gak gitu. Kamu ngerti lah maksud aku gimana? Aku khawatir sama kamu! " jelasku jujur.

Suara isakan tiba-tiba terdengar. Bahu Ayu bergetar. Dia lalu menundukkan kepalanya di dadaku.

"Kok nangis? " 

"Aku capek! " jawabnya singkat.

"Mami mau jodohin aku sama anak temennya. " balasnya.

Tuhan, cobaan apalagi ini.
Semangatku yang tersisa 20 persen seperti diskonan baju lenyap seketika mendengar pernyataan itu.

"Bayangin jadi aku! Aku baru aja diselingkuhi terus sekarang malah mau dijodohin? Rumit banget sih love story aku. Udah kayak benang kusut. Gak jelas arahnya ke mana. " gerutunya.

Isakannya kini berubah jadi rengekan.

"Aku ceritain kalo aku baru putus Mami malah bilang bagus. Apa coba maksudnya? " keluhnya menggebu kesal.

Huftt,,,  entahlah. Apa aku harus cosplay lagi jadi motivator sekarang?  Padahal jelas-jelas aku yang butuh sosok itu. Iya, sosok yang membuatku legowo bahwa meraih Ayu sama seperti meraih bintang. Bukan hanya jauh tapi juga mustahil.

"Jangan bilang aku harus sabar lagi ya? Udah mau pecah kepala aku sekarang! " katanya. Aku bahkan baru membuka mulut.

"Terus aku harus bilang apa? Aku dukung kamu kabur dari rumah? " tanyaku.

Aku angkat dagunya agar melihat wajah bingungku.

"Kamu tuh belum pernah rasain berjuang di jalan sendirian tanpa orang tua. Belum pernah rasain kerja sama orang terus dimarahin kalo salah. Belum tau rasanya laper di saat gak punya duit. " kataku. Aku tatap matanya dengan serius.

"Semua yang kamu dapet dari kecil sampe segede ini, itu gak akan bisa kamu dapet kalo kamu sendirian tanpa bekal apa-apa, Ayu.! "

"Kamu remehin aku? " tanyanya dengan wajah tersinggung.

Aku menggeleng tegas. "Enggak. Karena aku pernah ngalamin itu semua dan gak mudah. Aku gak mau kamu jadi kayak aku yang makan aja harus kerja dulu. Harus keluar keringat dulu. Sedang selama ini kamu dengan gampang dapetin sesuatu sesuai keinginan kamu! " jelasku agar dia tidak salah paham.

"Jadi tolong, jangan ambil keputusan saat kamu emosi. Gak baik buat kamu ke depannya. Percaya deh sama aku! "
Aku berusaha meyakinkan Ayu dengan lembut agar dia paham.

"Hidup itu keras. Apalagi tanpa dukungan orang tua. " sambungku kemudian.

"Tapi aku gak bahagia sama mereka yang ngatur aku jadi seperti yang mereka mau. Aku mau bebas. Aku juga gak pernah kok minta dilahirin sama mereka. Mereka yang mau aku. Tapi kenapa setelah aku ada, mereka abai sama kebahagiaan aku? Aku harus ini itu tanpa tanya dulu apa aku suka atau enggak! "

"Sttt,, mereka gak abai. Mereka mau yang terbaik buat kamu. Cuma ada hal yang mereka kurang paham soal keinginan anaknya. Aku minta maaf kalo ini menyinggung kamu. Tapi, setiap hal punya aturan. Kamu gak bisa melakukan semuanya hanya karena kamu mau. "

"Ayo duduk lagi! " ajakku agar obrolan serius ini tidak terlalu tegang.

"Saat kamu pacaran, bukankah kamu punya aturan? Kamu mau dia setia, kamu mau dia selalu ada buat kamu, kamu mau dia perlakuin kamu kayak puteri, kamu mau dia lakuin semua yang terbaik karena alasan cinta. Gitu pun orang tua kamu."

"Dalam diri kamu, ada darah mereka. Selagi kamu bersama mereka, kamu milik mereka. Kamu tanggung jawab mereka. Dari kecil mereka urusin kamu biar kamu tumbuh jadi sebaik-baiknya. Disekolahkan, diberi fasilitas sesuai kebutuhan kamu yang mungkin di luaran sana, gak bisa kayak kamu. Dan aturan yang mereka buat semata-mata agar kamu bahagia! "

"Kamu tuh gak ngerti. " katanya lagi seolah menolak nasehatku.

Aku menggeleng, "no. Kamu cuma butuh komunikasi yang baik sama mereka. Menjelaskan apa yang sebenarnya kamu butuhkan dan kamu mau. "

"Aku yakin kalo mereka bukan orang kolot yang akan paksa anaknya menikah di saat anaknya belum siap! "  jelasku lagi.

Ayu nampak berpikir hingga akhirnya dia setuju.

"Oke. Aku akan bicarain ke mereka. Tapi kalo mereka masih paksa aku , aku bakalan nekat. "

"Aku yakin mereka akan mengerti. "

"Yaudah, anterin aku pulang! "

Hufh.,,, akhirnya dia luluh.

"Iya tuan puteri! "

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang