Hai, vren!
Spam 'kejora' dulu sebelum baca!
Baca perlahan-lahan, pahami tiap kata dan kalimatnya.
*****
Kejora termenung di kamar yang berukuran 2x3 meternya yang berantakan. Ucapan dokter sore tadi kembali berkelabat dipikiran, saat dokter bilang dirinya sedang mengandung dan usia kandungannya itu sudah menginjak minggu ketiga.
Bagaimana bisa? Itulah pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Kenapa harus? Kenapa harus ada malaikat kecil yang tumbuh dalam rahimnya sementara dia masih sekolah dan usianya baru 17 tahun.
Apakah dia sudah siap menjadi seorang ibu? Tentu jawabannya adalah TIDAK. Namun, dia juga tidak mungkin membunuh bayi tidak berdosa ini.
Sekarang dia benar-benar bingung, harus melakukan apa. Bagaimana caranya berbicara pada lelaki itu? Bagaimana reaksi ayahnya nanti?
Kejora, nama gadis itu. Orang biasa memanggilnya kejora atau Ora. Kejora, artinya Bintang, Bintang kejora yang selalu bersinar dilangit malam. Memang betul, gadis itu selalu memancarkan sinar keceriaan dan kebahagiaan disekitarnya. Gadis yang memiliki pipi tembam dan kemerahan meski tanpa riasan. Wajah cantik, warisan almarhum sang bunda membuatnya selalu ditatap penuh puja oleh lelaki. Malangnya, karena dia bukan berasal dari kalangan atas, banyak orang yang selalu menganggapnya rendah, tidak terkecuali mantan kekasihnya itu.
Kejora bodoh, benar-benar bodoh. Lebih bodohnya lagi, kenapa baru sekarang dia menyadari kebodohannya.
Harusnya dia selalu mendengarkan larangan sang ayah agar tidak pacaran dan fokus saja sekolah. Harusnya dia tidak semudah itu termakan bujuk rayu kakak kelas yang terkenal tampan dan populer di sekolahnya itu.
Seandainya dia tidak pacaran, pasti hari-harinya hanya akan disibukan dengan tugas sekolah dan berbincang hangat dengan sang ayah ketika sore hari. Seandainya dia tidak merahasiakan hubungannya pada sang ayah, pasti dia sudah putus dengan lelaki itu sebelum mereka melakukan hal itu. Semua ini pasti masih bisa dicegah andai dia tidak bertindak bodoh.
Kejora mendongak, air mata yang lancar mengalir ditepisnya kasar. Sekarang lihatlah, dia sedang menangisi kebodohannya. Untuk apa coba? Penyesalan sungguh tidak berarti jika sudah begini.
Dia bimbang dan takut. Sungguh dia tidak menyangka jika malam dimana dia pergi diam-diam bersama kekasihnya ke club, diberi minuman hingga tidak sadarkan diri, lalu paginya bangun disebuah hotel bersama dengan sang kekasih, semua itu akan mengakibatkan dirinya hamil.
Setelah malam itu, semuanya memang berubah. Sikap kekasihnya berubah, dari yang dulu sangat manis menjadi selalu marah-marah, hingga akhirnya mereka putus. Kejora senang jika diputuskan, karena itu berarti dia tidak perlu berbohong lagi pada ayahnya. Namun apa, apa ini? Kenapa harus ada dia?
Disatu sisi kejora sedih dan takut karena hadirnya janin dirahimnya, tapi disisi lain dia juga tidak mau janinnya itu kenapa-kenapa. Sudah banyak sekali dia melakukan dosa yang kelewat besar untuk kedua kalinya dengan membunuh janin suci ini.
Kejora meraba perutnya yang masih rata dengan tangan bergetar, lalu tersenyum getir. Dia berhak untuk hidup, kejora janji akan selalu menjaganya sampai kapan pun.
Tok tok tok
Suara pintu terdengar diketuk, jam dinding dikamar sudah menunjukan pukul 19.17. kejora tersenyum, itu pasti ayahnya, dengan cepat dia berlari untuk membukakan pintu. Namun, ketika sadar ada nyawa lain dirahimnya, dia pun memelankan jalannya karena tidak mau calon anaknya kanapa-kenapa.
Klek
"Assalamualaikum"
Pak Rahmat tersenyum hangat pada anak semata wayangnya. Kejora membalas senyum itu dengan riang, kemudian tangan ayahnya dicapai, hendak dicium.
"Wa'alaikumsalam ayah" balas kejora ketika sudah melepaskan tangan ayahnya.
"Ayah kok baru pulang?"
"Ayah lembur, biar gajinya lebih besar" kata pak rahmat sambil berjalan memasuki rumah.
Kejora mengikuti setelah kembali menutup pintu.
"Ayah, Ora gak suka kalo ayah kecapekan, nanti sakit. Gak usah lembur lagi ya?" Pinta kejora cemas dengan kondisi sang ayah karena akhir-akhir ini ayahnya sering sekali pulang malam.
Pak Rahmat memutar tubuhnya, kemudian tersenyum lagi setelah mengusap kepala kejora. Senyum itu, senyum yang tidak pernah luput dari wajahnya untuk kejora, meski dalam keadaan lelah atau sedih sekalipun.
"Sayang, kerja itu sudah jadi kewajiban ayah. Lagian ayah senang melakukannya. Kalo ayah rajin kerja dan gajinya bertambah, itukan buat kamu juga, biar kamu bisa lanjut sekolah setinggi-tingginya dan jadi dokter"
Itulah harapan besar pak Rahmat. Seorang ayah yang pekerjaannya hanya sebagai tukang bangunan, sangat berharap anak satu-satunya itu kelak akan berhasil menjadi orang sukses dan membanggakannya. Namun, andai pak Rahmat tahu jika harapanya sudah pupus, masihkah dia semangat bekerja? Masihkah dia menyayangi kejora?
Kejora memandang ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Sesak, sungguh yang dia rasakan saat ini. Cepat atau lambat ayahnya akan mengetahui semua ini. Entah apa yang akan terjadi padanya nanti, kejora sudah pasrah.
Pak Rahmat mengerutkan keningnya ketika melihat kejora menangis.
"Loh anak ayah kenapa nangis?"
Dada kejora sangat sesak sampai dia kesulitan bicara, yang bisa dia lakukan saat ini hanya memeluk ayahnya erat-erat. Setelah ayahnya tahu dia hamil, dia tidak yakin masih bisa memeluk sang ayah seperti ini.
"Sayang, ada apa?"
Maafkan Ora yah, karena anak kesayangan ayah ini sudah mengecewakan ayah. Maafkan Ora.
"M-maaf ayah. . ." Ucap kejora disela isak tangisnya.
"Sttt. . .kamu gak perlu minta maaf sama ayah. Ayah baik-baik saja, nak" ujar pak Rahmat sambil mengusap kepala kejora dengan lembut.
"Maaf. . ." Hanya kata maaflah yang bisa kejora ucapakan saat ini. Lidahnya kaku, dadanya dipenuhi rasa sesal.
*****
Spam 'Next'➡️
Spam 'kejora'➡️
Spam 'langit'➡️
Saya tidak yakin cerita ini akan dibaca manusia, tapi it's okay lah.
Sabar. . .Terimakasih atas dukungan kalian. . .
Bye
30/06/2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
K E J O R A || On Going
FanfictionSLOW UPDATE!!! - Rizky Billar sebagai Langit -Lestiani sebagai Kejora Warning ⚠️ Update tiap hari Minggu #3 in kejora 30/05/2022 #25 in kakakkelas 31/05/2022 #33 in bodoh 04/06/2022