Bab 9

3.2K 185 4
                                    

Sesi wawancara itu selesai, bahkan Reza/Devan di terima kerja hari itu juga.

"Selamat Devan, kamu sudah bisa bekerja hari ini." seru Brian sambil mengulurkan tangannya.

Reza atau Devan mengulurkan tangannya dan mengucapkan terimakasih. Karena tangan Reza tak kunjung di lepaskan oleh Brian, Demian berdehem. "Ekheeeemm... Devan, ikut keruangan saya."

Brian langsung melepaskan tangan Reza. Reza berbicara. "Baik pak."

Reza berjalan mengikuti Demian dari belakang, sementara Brian, Lody, dan Roni hanya bersidekap sambil memcibir. Lody memulai. "Mangsa baru... Setelah putus dengan kekasihnya yang bernama Joe itu, Tuan Demian selalu mencari mangsa baru untuk di tiduri. Kali ini, apakah Devan menjadi korban selanjutnya?"

Brian kemudian berbicara. "Aku berpikir tidak, aku melihat sesuatu yang lain dari diri Devan. Meski lugu, sepertinya ia tidak akan mudah tergoda."

Roni menyahut. "Kita lihat saja, siapa yang akan mendapatkannya duluan. Tapi, semenjak perusahaan ini di pimpin oleh Demian, rasanya sudah tidak nyaman lagi."

Mereka bertiga hanya menghela napas lalu pergi keruangan masing-masing. Sementara itu Demian dan Devan sampai di ruangan Demian. Sesampainya disana, Demian menyuruh Reza atau Devan mengerjakan semua tugas yang ada dimeja. "Kerjakan semua file-file itu."

"Huh? Memang jabatan saya sebagai apa pak? Saya bukan asisten atau sekretaris kan? Jelas saya melamar sebagai staff Accounting." sahut Reza/Devan.

"Ya kau memang melamar sebagai Staff Accaounting, tapi kau lebih cocok sebagai Sekretarisku." sahut Demian.

"Kalau saya menolak bagaimana? Hah, lebih baik saya ke ruangan semestinya." sahut Reza.

"Kau..." sahut Demian Kesal.

"Apa? Sudahlah saya akan kerjakan, tapi tidak disini. Bye..." sahut Reza lalu pergi mencari managernya yaitu Rony.

Reza berjalan keluar dan mencari ruangan Rony. "Permisi pak, mau tanya ruangan saya dimana ya?"

Rony yang terkejut langsung berdiri. "Devan, bukannya kamu di ruangan Pak Demian?"

"Gak mau saya, saya mau di ruangan Staff Accounting saja. Agak seram disana," sahut Devan.

"Ppppffff... Ahahhahaha, baiklah saya antar." sahut Rony.

Rony masih menggeleng keheranan, bagaimana anak selugu Reza/Devan itu menolak saat dirinya bahkan mendapatkan jabatannya sebagai asisten direktur. Ia malah tetap kekeh menjadi staff biasa. Rony berbicara. "Ini ruangan kamu, disana ada Roy. Roy, bantu Devan ya."

"Baik pak..." sahut Roy.

Rony pergi meninggalkan ruangan itu, lalu Roy berbicara. "Aku dengan kau menolak jabatan sebagai asisten direktur, kenapa?"

"Aku tau maksud dan tujuannya, sudahlah. Aku hanya ingin fokus menyelidiki pemasukan dan penguaran perusahaan ini. Satu tahun belakangan ini, perusahaan mengalami penurunan, terlebih banyaknya pengeluaran dari perusahaan yang tidak tau untuk apa." sahut Reza.

Roy hanya mengangguk, lalu Reza sibuk dan fokus mengerjakan semua File yang di berikan kepadanya. Demian datang keruangan itu dan memperhatikan Reza atau Devan dari ambang pintu. Reza merasa ada yang memperhatikannya, lalu Reza berbicara. "Saya tidak punya hutang dengan anda. Kalau mau masuk, ya masuk saja. Jangan berdiri dipintu,"

Demian terkesiap, lalu ia datang menhampiri Reza. "Sudah selesai?"

"Belum, masih banyak yang harus di perbaiki." sahut Reza.

"Oh..." Sahut Demian sambil berlalu.

Reza dan Roy saling pandang dan tidak mengerti apa maksudnya. Namun saat Reza akan bangkit dari duduknya, ada sekotak makanan disebelah Laptopnya. Reza berbicara. "Kak Roy yang membeli ini?"

BL- BILA NANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang