"...El!"
"Zel!"
"Hazel!"
"WOI ASEM!!"
Hazel terbangun dengan cara tidak elit, dibangunkan oleh tiga curut bodoh bernama Aya, Fei dan Lem, sori typo, Len.
Mata heterochromia itu mengerjap beberapa kali, masih merasa silau dengan cahaya yang tiba-tiba menerobos masuk ke matanya yang baru terbuka. Dia menghirup udara, lalu tersadar, 'lho, bau rumah sakit?'
"Mukamu kok gitu? Wah, pasti bingung ya?" Aya berkata dengan nada mengejek. Baiklah, sekarang Hazel jadi kesal, padahal baru bangun.
"Dimana ini?" Tanya Hazel setelah mendengus kesal.
"Di rumah sakit. Kami menemukanmu sedang tepar di sebelah jinn yang kau bunuh. Lukamu kebanyakan patah tulang sih, sisanya lecet-lecet nggak parah. Tapi saat kami periksa, telingamu juga berdarah. Kata dokter, kau pingsan karena teriakan jinn yang memekik," jawab Aya.
Helaan napas keluar dari mulut wanita itu. Memang benar, hal terakhir yang dia ingat adalah jinn kelelawar yang sekarat tiba-tiba berteriak keras, kemudian kepalanya pusing dan pandangannya pudar.
Fei menghempaskan dirinya pada sofa yang ada di ruangan itu dan meneguk segelas air yang dia bawa dari ruangannya. "Udahlah, jangan bahas yang serius dulu. Lebih penting lagi, kita lulus! Ayo rayakan ini setelah kita kembali ke alam fana!"
Hazel benar-benar tidak ada tenaga meladeni bayi-bayi tua yang merengek ini. Ia menghela napas kasar dan memijit pelipisnya sendiri.
"Oh iya, tadi kami beliin bubur. Tuh," Len menunjuk dengan dagunya, semangkuk bubur yang tergeletak di atas meja di samping kiri Hazel. Warna bubur itu aneh, ungu.
Kebetulan Hazel perlu mengisi amunisi. Lantas, dia bangun dan duduk di kasurnya, menyambar bubur—yang hampir saja dingin—tersebut. "Buburnya tidak hangat," celetuk Hazel.
"Ya iyalah. Tadi lho, kamu masih pingsan waktu kami bawa buburnya," Aya menjawab. Tepatnya, mereka semua membawa bubur itu 50 menit lalu. Bubur itu tadinya panas, sampai-sampai mereka udah bawa pakai nampan pun panasnya masih kerasa sampai ke tangan mereka.
"Buburnya masih panas banget. Yakali Hazel kuat makan makanan panas begini, kasian nanti kerongkongannya panas membahana," ini kata Fei.
"Ya enggak bakal dimakan sekarang lah! Kita tunggu dulu Hazel siuman. Sambil nunggu, pasti buburnya bakal mendingin," ini Len.
Tapi, mereka sama sekali tidak bisa memprediksi bahwa Hazel lama banget bangunnya. Maklumlah kebo. Waktu dulunya dia suka dateng ke sekolah jam 6 cuma biar bisa santai-santai dulu. Kebiasaan dari kecil.
(Authornya juga gitu)
"Oh iyaa! Lupa ngasih tahu! Katanya, setelah ini kita harus memilih senjata dan baju perang untuk berburu di Alam Fana," Fei memulai topik baru yang terdengar menarik di telinga Hazel. Sejak dulu, dia secara aneh terobsesi pada senjata. Huh dasar anak freak mirip authornya HAHAHA
Aya menghampiri Hazel dan sedikit membungkukkan badannya agar dia bisa berhadap-hadapan dengan wajah wanita itu."Hazel, kalau kamu, model bajunya mau gimana?"
"Aku suka style assassin," Hazel menjawab singkat, yang langsung di-oh-kan oleh mereka bertiga.
***
Mereka semua telah pulih total dengan stamina penuh, dan sekarang mereka sedang menuju tempat di mana mereka bisa memilih baju perang.
Mereka langsung bilang pada salah satu staff—jinn wanita berwujud rubah dengan bulu biru-putih—bahwa mereka adalah undead baru lulus. Jinn wanita itu langsung mengarahkan mereka ke bagian pilihan baju perang undead. Di sana, ada sebuah rak dengan banyak kain, dipisahkan sesuai warna, dan pilihan warnanya pun banyak. Juga, ada banyak baju yang digantung—dominan warna hitam sih.
"Pokoknya kalian cepat pilih tipe baju yang kalian inginkan. Kalau sudah, bilang padaku, setelah itu kami akan mempermak baju yang sudah kalian pilih, nanti tinggal kalian gambarkan atau tuliskan saja detail permak yang kalian inginkan. Kami akan segera menyelesaikannya hari ini." Begitu kata jinn wanita itu.
Di benak Hazel, sudah terbayang seperti apa baju yang dia inginkan. Dia hanya kesulitan mencari contoh bajunya saja, habisnya bajunya banyak sekali.
Ketika dia sedang memilih-milih baju, secara kebetulan dia mendekati jinn wanita staff tokonya. Dan, kebetulan juga, ada yang ingin dia tanyakan.
"Baju perang undead dengan baju biasa apa bedanya?" Celetuk Hazel ketika sudah semeter di samping kanan jinn wanita itu.
"Baju-baju ini dibuat dari kain khusus yang tidak mudah rusak atau robek," jinn wanita itu mengambil sebuah baju sebagai contoh dan menariknya kuat-kuat, tapi hasilnya, baju itu sama sekali tidak robek atau melebar. "Baju-baju yang tersedia di sini adalah baju khusus yang ketahanannya paling standar. Bisa sih pilih baju yang bahannya lebih kuat, tapi itu harus bayar. Kau sudah paham kan, cara bayarnya?"
"Di mana-mana, kalau bayar jelas pakai uang. Ya, sudah tahu kok. Kami diberi ATM dan kartu undead atau apalah itu," jawab Hazel, mengingat-ingat bahwa di mejanya waktu itu tergeletak sebuah kartu yang mirip seperti KTP.
Hazel menggerutu pelan dan menggumam, "susah sekali sih, nemu tipe baju yang aku mau. Di mana ya?"
Namun, gumaman wanita itu terdengar sampai ke telinga jinn wanita staff toko. "Tipe baju apa yang kau inginkan?"
Dalam hatinya, jinn rubah itu sudah mengucap doa, wanti-wanti, sumpah serapah agar Hazel bicara dengan jelas dan to the point. Soalnya, dia pernah ketemu undead yang payah banget pas ngejelasin model bajunya, dan dia sampe capek sendiri karena topiknya muter-muter.
"Aku ingin baju yang mirip seperti... Ninja, assassin, apapun itu pokoknya. Bajunya ketat, tapi tidak terlalu mencekik sampai sesak. Aku ingin agar bajunya didesain tanpa lengan, bagian celananya panjang sampai bawah, dan juga ada kaus kaki, karena aku tidak bisa pakai sepatu tanpa pakai kaus kaki. Pokoknya bajuku menutupi semua bagian tubuh, kecuali lengan dan kepala. Sepatunya bertipe boots yang panjang sampai lutut dan ada pelindungnya, juga, oh ya, aku juga ingin ada sarung tangan sampai sikut."
Walaupun penjelasan yang diberikan Hazel sangat panjang lebar, jinn rubah itu bersyukur Hazel menjelaskannya dengan detail dan tepat.
"Penjelasannya detail banget sampai-sampai aku bisa bayangin model bajunya gimana," celetuk Fei yang sedang diskusi dengan Aya. Raut wajahnya menampakkan kengerian pada otak Hazel yang segitunya banget.
Aya pun ikut mengangguk. Bukan karena penjelasan detail Hazel, tapi karena ini adalah pertama kalinya dia mendengar Hazel bicara sebanyak itu. Biasanya dia cuma diem atau bicaranya cuma dua sampai lima kalimat. "Aku setuju."
Singkat cerita, mereka semua telah selesai mengurus baju. Sekarang adalah bagian favorit Hazel—
"Memilih alat untuk bacok-bacokan, hehehe..."
—pemilihan senjata.
Mereka berempat terkesima melihat gudang senjata itu. Penuh dengan senjata tajam mengkilap dengan banyak bentuk unik, sangat-sangat menggoda.
Mereka di sana berjam-jam karena tempatnya luas, dan juga karena mereka bingung sama pilihannya. Saking banyaknya, mereka sampai tergoda dengan beberala senjata lain. Tapi pada akhirnya, mereka berhasil menemukan senjata yang berjodoh dengan masing-masing dari mereka.
Setelah memilih senjata (+ sarung senjatanya), mereka kembali ke tempat baju. Yap, sesuai dugaan, baju mereka sudah selesai dipermak. Akhirnya, dipakailah baju-bajunya oleh mereka (karena mereka pengen nyombong).
"Aseek, gagah perkasa cuy!" Len bercermin sambil bergaya. Yang lainnya juga sama.
"Sekarang sudah jam dua siang. Ayo, kita segera kembali ke alam Fana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Live, Love, Kupmily | Born From Death x Kupmily
Fiksi PenggemarPerjalanan hidup seorang wanita bernama Ethelia Hazel Delvine yang mendapat role antagonis dalam hidupnya. Jiwanya yang hampa dipenuhi bunga ketika bertemu dengan undead-undead bodoh yang kemudian menjadi teman baiknya. Tak lama kemudian, seorang pr...