Bagian 12•••

716 78 7
                                    

Pertarungan antar adik dan kakak sedang di mulai, dan Niko hanya duduk santai di atas soffa menjadi penonton. Seperti di film-film action, Niko suka sekali dengan adegan pertengkaran berdarah ini.

Gio tersenyum smirk, ia sudah memegang pisau tajam yang sebentar lagi akan ia tancapkan pada Wina. Sementara Wina sudah tidak bisa lari kemanapun karena tubuhnya mentok tertubruk tembok.

"Ka-jangan--" cicitnya ketakutan.

Tangan Gio bergerak dan hendak mencapkan pisau tersebut, namun Wina berhasil menghindar lalu berlari di sekitaran ruangan mencari tempat perlindungan.

Gio menggeram kesal, sejak tadi gadis itu selalu bisa lari darinya. "Bangsat! Jangan lari lo sialan!"

Gio tentu mengejar gadis itu, sekarang gadis itu berada di dapur, ia mencari benda tajam yang bisa melindungi dirinya.

Niko, si hantu tampan ini menonton setiap pergerakan keduanya. Ia begitu senang dengan hari ini, karena hari ini adalah hari kematian antar keduanya. Ya, ia berharap mereka saling membunuh.

"Haha, mau lari kemana lo anak pungut?" ejek Gio.

"Lo pikir gue takut sama lo?" Wina menodong garpu pada Gio yang sebentar lagi semakin mendekat, "Lo maju selangkah lagi, lo mati!"

"Gue gak pernah denger orang mati karna garpu, tapi lo pernah kan denger orang mati di tusuk pisau selama 20 kali?" Gio semakin merasa tertantang, sementara Wina ketar-ketir ketakutan.

Tubuh keduanya sama-sama berkeringat, 1 jam mereka saling berperang dengan melempar benda yang dapat melukai satu sama lain.

"Kak, gue gak tau apa masalah lo sama gue, kenapa lo tiba-tiba seperti ini? Kita udah sama-sama punya rencana buat bikin Arra keluar dari rumah ini, atau bahkan mati sekalian, tapi kenapa sekarang malah saling serang begini?"

Darah bercucuran dari lengan, lutut, serta leher Wina, karena tadi sempat Gio menggoreskan pisau itu pada bagian tubuh Wina ketika Wina berusaha berontak dan kabur-kaburan. Sementara Gio sendiri pundaknya mengeluarkan darah akibat terkena vas bunga yang Wina lemparkan padanya.

"Lo udah bikin gue di rawat selama satu minggu di rumah sakit, sialan!"

"Sumpah kak, gue gak sama sekali lakuin itu."

"Haha. Lo pikir gue percaya sama mulut sampah lo?" Gio semakin mendekat, tangannya sudah siap menancapkan pisau itu tepat di bagian dada Wina.

Namun...

"KAK GIO JANGANNNN-" Arra datang, menahan tangan yang sebentar lagi meluncur menyakiti sang target. Wina langsung berlari pergi menuju kamar, mengunci rapat kamarnya karena takut jika Gio akan membunuhnya kapan saja pria itu mau.

"Ck! Bangsat! Kenapa lo halangin gue? Lo mau gantiin dia, hm?" Gio beralih menatap tajam Arra. Nafasnya memburu, rahangnya mengeras sedang merasakan amarah yang luar biasa.

"Lo mati aja Ra, biar lo bebas dari penderitaan, gimana?"

"Ja-jangan kak--" Arra mundur ketakutan.

Niko yang melihat gadisnya di ambang rasa cemas, ia kemudian merasuki tubuh Arra.

Sekarang Niko berada di dalam tubuh Arra, ia melipat kedua tangannya di bawah dada lalu sedikit menjilat bibir bawahnya seraya memperlihatkan betapa keren dirinya.

"Lo mau bunuh gue?"

Dahi Gio mengernyit, mengapa Arra bicara dengan kosa kata gue elu ?

"Lo yang mau bunuh gue, atau gue yang bunuh lo nih?" Ledek Niko.

"JANGAN MAIN-MAIN SAMA GUE ARRAAAA!!" Gio mencengkram dagu Arra, dan dengan mudah Niko mendorong kasar pria itu sampai tersungkur lemah di atas lantai.

Niko memakai tubuh Arra yang kini posisinya berada di atas tubuh Gio, "Kalau lo berfikir cewek kaya gue bakalan selalu lemah, lo salah. Cewek yang lo anggap lemah ini, bakalan bikin lo berada di neraka sekarang juga," Niko merebut pisau yang ada di tangan Gio. Bahkan tangan Arra terluka karena Niko terlalu cekatan mengambilnya sampai tidak sadar bahwa tubuh yang di pakai'nya adalah tubuh seorang gadis.

Jangan Niko, tolong berhenti. Jangan bunuh kak Gio, aku gak akan pernah maafin kamu kalau kamu lakuin itu.

Suara Arra terdengar begitu nyata dalam pendengaran Niko.

"Its okey, gue gak akan bunuh lo, tapi lo harus rasain kalau wajah so ganteng lo ini penuh luka"

Syatttt..

Pisau itu menggores wajah Gio beberapakali di bagian pipi kanan dan kiri'nya. Gio jelas menjerit kesakitan karena luka'nya begitu dalam.

"Jangan main-main sama gue Giovano Brian! Gue bahkan gak pernah takut mati, ancaman lo cuman percikan air yang bahkan terabaikan haha." Setelah itu Niko membawa tubuh Arra pergi ke kamarnya.

••••

Arra ngambek. Gadis itu bahkan tidak mau bicara sama sekali pada Niko, ia marah karena Niko melukai Gio! Bukan karena apa, tapi Arra tidak suka dengan sikap Niko yang terkesan kejam itu. Walaupun ia tahu bahwa Gio selalu menyakitinya, tapi tidak sepantasnya kejahatan di balas dengan kejahatan lagi.

"Maaf" Niko merajuk. Ia terus memohon pada Arra, ia bahkan beberapa kali memeluk Arra walaupun gadis itu menolaknya kasar.

"Gak! Arra gak mau maafin Niko!"

"Arra, dia jahat sama lo. Dia pantes di gituin,"

"Kejahatan gak boleh di bales kejahatan!"

"Sayang, maafin aku..." Bujuknya halus memperlihatkan tampang manja, sekaligus memelas.

"Enggak Niko! Atau jangan-jangan selama ini dugaan aku bener ya? Kamu kan yang bunuh orang-orang yang nyakitin aku?"

Niko terdiam. Ia tak tahu apakah ia harus berbohong lagi, atau jujur saja? Tapi jika ia jujur pasti Arra akan marah besar padanya, dan ia tidak mau sampai Arra meninggalkannya.

"Jawab Niko!"

"Enggak. Gue cuman lakuin hal tadi demi lindungin lo, lo hampir di bunuh, dan lo berfikir gue bakalan diem aja liat cowok bajingan tadi mau bunuh lo? Gue sayang Ra sama lo, tapi lo malah salah mengartikan rasa sayang gue. Gue cuman niat lindungin lo aja!"

"Niko tapi tadi itu salah! Arra gak suka kalau kamu nyakitin orang di sekitar,"

"Lo gak suka liat Gio terluka, karena lo jatuh cinta kan sama dia?"

"Ngaco kamu! Dia kakak tiri aku, aku pengen bisa akur sama dia layaknya adik dan kakak, itu sebabnya aku gak akan pernah balas perlakuan buruk dia sama aku. Tapi kamu tadi--"

"Gue salah ya lindungin lo dari kematian?"  Kedua bola mata Niko terlihat berkaca-kaca. Si hantu tampan ini sedang menahan tangis.

"Nik-"

"Oke gue pergi, dan jangan pernah cari gue!"

"NIKOOOOOOOO!" Arra berteriak tak ingin di tinggalkan, ia memeluk Niko erat. "Maafin Arra, Arra cuman gak mau kamu jadi jahat." Namun Niko benar-benar menghilang dari pelukannya.

"NIKO"

"NIKO...."

"HIKSSS.... MAAFFFF"

PACAR GAIB ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang