26

6.3K 785 33
                                    

Seola menghampiri Jeno yang sedang duduk bersantai di sofa kamar sambil memeriksa beberapa berkas.

"Jeno-ssi,"

Jeno menoleh, memberikan tatapan 'ada apa.'

"Besok, aku boleh pergi?"

"Dengan Jia? Tidak,"

"B-bukan,"

"Lalu?"

Seola menghela nafas berat, "Seorin eonni memintaku menemaninya ke Busan, katanya ada urusan bisnis disana,"

"Oke,"

"Seminggu,"

"Ya- apa? Seminggu?"

Seola mengangguk, "Boleh, kan?"

"Ya," jawab Jeno terkesan cuek, seperti biasa. Lelaki itu kembali fokus kepada berkasnya.

"Terimakasih, Jeno-ssi."

...

Seola mulai mengemasi barang-barang yang mungkin akan ia perlukan untuk seminggu ke depan.

Dan setelah mengirim pesan permintaan maaf kepada Jia karena tidak bisa menemaninya pergi memilih gaun pernikahan.

Toh, dari reaksi Jeno yang seperti tadi, tidak mungkin ia bisa menemani Jia juga.

Alasan suaminya itu hanya satu. Jeon Junho.

Dan ditambah kebetulan kalau kakaknya memerlukan asisten pribadi dadakan.

Sebagai adik yang baik, tentu Seola tidak bisa menolaknya.

Tersenyum jahil membayangkan berapa upah yang akan ia minta pada kakaknya itu.

"Siapkan dompetmu, eonni. Aku akan bekerja keras!"

"Harus bawa beberapa gaun? Memangnya ada acara seperti apa, sih?"

Menghabiskan waktu hampir satu jam, Seola menyelesaikan kegiatan berkemasnya.

Terbesit di pikirannya tentang reaksi yang ditunjukan Jeno saat ia bilang akan pergi seminggu lamanya.

Benar-benar seperti tidak peduli kalau ia akan pergi.

Atau memang begitu kenyataannya.

"Memangnya reaksi seperti apa yang kuharapkan? Dasar Seola!" rutuknya pada dirinya sendiri.

Seola merenggangkan otot-otot lengannya, ia harus tidur cepat karena pagi buta besok Seorin akan menjemputnya.

Berjalan menuju tempat tidur, ia tersenyum kecil melihat Jeno yang sudah bergelung dengan selimutnya.

Padahal ini bukan jam biasanya lelaki itu tidur.

Ikut merebahkan diri di sisi samping, Seola ikut menarik selimut dan bersiap tidur.

Baru sekitar dua menit ia memejamkan matanya, Seola mulai merasakan ada pergerakan oleh seseorang disampingnya itu.

Belum membuka matanya, Seola merasa sesuatu seperti mengetuk-ngetuk pelan pipinya.

Tidak ada pilihan lain, Seola membuka matanya dan langsung saja ia mendapati Jeno yang sedang bertingkah itu.

Lelaki tampan itu kini berbalik menghadapnya, dengan selimut yang diturunkan sampai dagu.

Dan yang mengetuk pipinya itu adalah jari telunjuk lelaki itu.

"Ada sesuatu di pipiku?"

Tidak ada jawaban dari Jeno membuat Seola heran.

Ia sudah sangat ingin tidur dan kembali diharuskan berpikir lagi.

Mencoba mengerti apa yang sedang dilakukan lelaki bermarga Lee itu sekarang.

My Unpredictable Mr. Lee! | LEE JENO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang