35

7.1K 746 14
                                    

Seola duduk manis di tempat tidur, bergelung dengan selimut, sembari sedikit demi sedikit meminum air perasan lemonnya.

Hal itu ia lakukan sebagai obat alami untuk flu ringan yang sudah ia alami selama tiga hari terakhir.

Wanita cantik itu tampak sesekali memejamkan matanya, kepalanya terasa begitu berat dan pandangannya sesekali memburam.

Seola meraih lembaran tisu untuk yang ke sekian kali.

Menghela nafas berat. Sakit itu tidak enak.

Sebenarnya Seola termasuk tipe yang mempunyai daya tahan tubuh kuat, tapi entah kenapa hanya karena 'sedikit' terlalu lama berada di kamar mandi, keesokannya flu disertai demam langsung menyerangnya.

Seraya menonton acara televisi yang sedang menayangkan pembahasan tentang game terbaru yang cukup terkenal.

Meski tidak mengerti apapun, entah kenapa ia mempunyai keinginan untuk menontonnya.

Tontonan yang seharusnya lebih cocok untuk Jeno.

Lee Jeno.

Dimana Jeno di pagi hari Minggu begini?

Berolahraga. Itu jawabannya.

Suara pintu kamar yang dibuka membuat Seola menoleh.

Yang baru saja dipikirkan sudah datang, tampm sibuk menyapu keringatnya yang bercucuran dengan sebuah handuk kecil.

Tanktop hitam yang dipakai lelaki itu terlihat cukup basah karena keringatnya.

Seola dengan cepat menggeleng sambil memejamkan matanya.

"Kenapa?" Jeno akhirnya bertanya setelah menangkap basah Seola yang sedang bertingkah aneh itu.

Menggeleng dengan mata terpejam.

Seola membuka matanya, ia membuang muka.

"K-kepalaku pusing," jawabnya cepat, meski bukan itu alasannya bertingkah aneh.

Memperparah keadaan, Jeno menghampiri Seola dan duduk di sampingnya.

Seola dengan pikiran tak terkendalinya sedang bergulat kali ini.

Suhu tubuhnya memanas dengan tiba-tiba.

Aneh sekali.

Jeno meletakkan tangannya di dahi istrinya itu.

"Kau demam juga?"

Seola tidak menjawab, ia tidak yakin dengan itu.

"Mau ke rumah sakit?"

Seola menggeleng cepat, "Tidak perlu,"

"Oke," ucap Jeno menghentikkan pembicaraan, tapi ia masih duduk disana.

Menatap Seola.

Yang ditatap pun sedang menderita dengan pergolakkan perasaan tidak jelas di dalam dirinya sekarang.

"Maaf," Jeno kembali berucap, dengan ekspresi bersalahnya. "Gara-gara aku kau jadi sakit,"

Seola tersenyum tipis meresponnya, "Bukan salahmu, Jeno-ssi."

Jeno memeluk Seola, membenamkan wajahnya di bahu istrinya itu.

"H-habisnya aku selalu tidak bisa menahan diri," Jeno mengatakannya dengan sangat pelan sambil menyembunyikan wajahnya.

Dan ucapan Jeno itu tentu saja membuat wajah Seola langsung memerah.

Semenjak meninggalkan Jeno selama satu bulan lebih.

Seola harus menerima resikonya.

Dan yang ia lakukan sekarang hanya bisa menepuk-nepuk pelan punggung lebar suaminya itu.

My Unpredictable Mr. Lee! | LEE JENO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang