"Mau kemana?"
Sanzu dengan suara khas bangun tidurnya bertanya. Mengerjapkan matanya, membiasakan cahaya yang masuk dari jendela.
[name] tak tega untuk menghidupkan lampu mengetahui Sanzu yang masih tertidur lelap meski hari sudah terang.
"Tanda tangan kontrak. Partner bisnis yang satu ini nawarin jumlah banyak loh untuk kalian. Gak mungkin aku tolak" jawab [name] sambil tersenyum, sesekali menepuk wajahnya dengan spons bedak agar riasan wajahnya merata.
"Kan sudah ada kamu. Kenapa butuh investor lagi?"
Sanzu tak mengerti. Jumlah yang sudah dikeluarkan [name] dan ayahnya sejak dulu tidaklah sedikit. Jadi untuk apa mereka butuh orang tambahan apabila [name] sudah mampu memenuhi kebutuhan mereka.
[name] tersenyum, sedikit meringis.
"Sebenarnya pengeluaran kita belakangan ini jadi makin banyak, untuk nutupin jejak"
"Hah?"
[name] menghela nafas gusar. Ia memutuskan untuk membeberkan saja masalah grup mereka ini.
"Aku dapat kabar kalau kepolisian sudah membentuk beberapa tim untuk melacak kalian. Dan ya... kalian meninggalkan jejak yang mm... lumayan jelas mengarah ke sini..."
"Ke gedung ini?!"
[name] mengangguk kaku.
"Singkatnya sih, pemasukan kita kebanyakan dipakai untuk membersihkan lokasi. Jadi aku butuh rekan investor"
Sanzu hanya berdehem mendengar hal itu. Ia lantas segera berdiri dan menggunakan kembali pakaiannya.
"Aku ikut"
[name] mengangguk.
🗡
Di dalam ruangan remang, tinta berbentuk tanda tangan telah terbentuk sempurna di atas kertas. [name] menatap rekan kerja barunya yang tersenyum senang.
"Senang bisa bekerjasama denganmu [name]. Aku yakin kelompok kita akan bekerja sama dengan baik"
Sanzu menaikkan satu alisnya. Ia pikir [name] hanya sedang mencari investor tambahan, bukan anggota tambahan.
"Aku juga yakin begitu. Kami pamit"
Setelah berjalan santai menuju parkiran gedung di bawah tanah, [name] dan Sanzu bersiap menuju destinasi selanjutnya, makan siang.
Tapi semenjak mereka berdua duduk di dalam mobil, Sanzu belum juga menghidupkan mesin kendaraan itu apalagi melajukan mobilnya.
Lelaki itu menoleh dengan menunjukkan wajah kesalnya.
"Apa - apaan itu tadi?"
[name] menekuk alis tak paham.
"Jelas sekali kalau laki - laki wangi tadi itu menggodamu"
[name] tersedak liurnya sendiri, menahan tawa.
"Memangnya kenapa? Kita memang sudah kenal lama kok"
Alis Sanzu naik semakin tinggi.
"Dia itu sepupuku, dari keluarga ibuku"

KAMU SEDANG MEMBACA
#2 | Sanzu Haruchiyo ✔️
FanfictionBecause good things come in pairs. But the price they must pay is double.