Chapter 14 dua baby

437 35 10
                                    

MAAF JIKA ADA TYPO

########

Jung hoseok pemuda berumur 22 tahun dia seseorang yang sulit berteman atau sekedar dekat dengan siapapun, kecuali orang tua dan keluarga nya hanya saja sedari kecil hoseok tak dekat dengan seseorang. Hoseok hanya sibuk bermain dengan kedua orang tua nya, dia mempunyai banyak kekurangan entah dalam fisik atau mental.

Kejadian aneh yang datang di umur 19 tahun, hoseok mengidap penyakit aneh entah apa namanya hoseok yang harusnya menjadi dewasa. Dia malah seperti anak balita yang sangat sensitif rewel dan cengeng.

Keluarga hoseok bahkan sangat menjaga anaknya dengan baik, karena hoseok adalah tipikal orang yang sensitif semenjak dia mengidap penyakit itu.

Ayah hoseok meninggal satu tahun yang lalu membuat ibu hoseok terpukul, dia bahkan sangat kesulitan merawat hoseok seorang diri. Dan ibu hoseok memutuskan untuk menikah lagi, hoseok saat ini sedang berada di kamar sibuk bermain.

Kamar hoseok itu tak bisa sembarang orang masuk, hanya orang tertentu yang bisa memasuki kamar hoseok.

"Nyanyanya.. kya!! Keletanya jatuh." Hoseok bermain dengan kereta nya.

Ibu hoseok datang dan masuk ke dalam kamar hoseok, kamar hoseok itu seperti ruang isolasi. Hanya terdapat satu ranjang berwarna putih berpadu hitam, begitu juga dengan perabot dan hal lainnya.

"Sayang." Panggil ibu hoseok.

"Nde!" Hoseok menengok ke arah suara sang ibu.

Hoseok tersenyum dan lekas memeluk ibunya dengan erat, hoseok juga sempat menangis karena tadi dia di paksa minum susu. Sedangkan hoseok tak mau meminum susu, dia hanya ingin jus strawberry jadi ya begitulah hoseok yang rewel dan manja.

"Eomma ingin bertanya padamu." Melepas pelukan anaknya.

Menatap wajah hoseok dan mengusap pipi anak semata wayang nya.

"Ungg? Tanya caja eoh, hobi dengal kok." Duduk di bawah dan menghadap pada ibunya.

"Begini sayang, apa hobi suka orang baru?" Tanya sang ibu mengusap pipinya.

"Aniyo, hobi tak cuka olang balu! Olang acing juga tak cuka hobi eomma." Menatap sang ibu dengan tak suka.

"Tapi sayang, dia berbeda. Dia menyukaimu bahkan ingin sekali bertemu dengan mu." Ucap sang ibu.

"Benalkah?! Ciapa dia?" Mata hoseok mengedip lucu.

"Seorang pemuda baik, seperti ayah mu dan dia akan menjadi pengganti ayah mu." Ujar ibu hoseok.

"Ayah??" Mata hoseok terdiam menatap sang ibu.

Dia kembali mengingat kenangan satu tahun yang lalu, dimana ayah nya jatuh ke jatuh ke jurang bersama dengan dirinya dan juga ibunya. Beruntung karena mereka berdua selamat, sempat ayah hoseok sadar tapi dia koma dan kepalanya mengalami pendarahan. Beliau memilih untuk pergi meninggalkan anak dan istrinya, karena memang dia sudah tak kuat lagi untuk bernafas.

Dada hoseok terasa sakit nafas nya memburu, matanya berkaca-kaca menatap sang ibu dengan sayu dan sedih. Sontak ibu hoseok langsung memeluk anaknya dengan erat.

"Ayah... Ayah... Hiks, ayah hobi, aniyo hiks ayah!" Hoseok menangis lagi.

Menyesal rasanya dia membahas hal ini, bahkan ibu hoseok sudah memprediksi jika ini akan terjadi.

"Tidak sayang, jangan menangis hey. Hobi kuat oke! Hobi anak yang luar biasa, ayah sudah bahagia sayang sshh sudah...." Mencoba menenangkan anaknya.

"Ini calah hobi hiks, hobi bunuh ayah eomma! Hiks maaf, maafkan hobi!" Tangisan hoseok semakin histeris.

oneshoot: hope street(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang