chapter 20 pathetic

163 27 1
                                    

Min yoongi adalah anak bungsu di keluarga min, dia memang tak memiliki otak yang terlalu cerdas tapi dia pandai menghitung. Dia bukan anak yang bisa di banggakan oleh orang tua nya, tapi yoongi masih bisa membuat orang tua nya tersenyum meski dengan lelucon konyol nya.

Memiliki 3 kakak yang begitu membanggakan membuatnya senang, tapi semakin lama yoongi merasa jika ketiga kakak itu tak menyayangi nya. Dan hanya mengejek nya karena dia tak memiliki kecerdasan dan juga bakat yang harus di banggakan.

Keluarganya memang harmonis tapi bagi yoongi hal itu tak bertahan lama, banyak ucapan dari sang ibu yang membuat yoongi berpikir bahwa dia bukan anak yang dia inginkan.

Ketiga kakak yang ternyata adalah seorang lelaki, begitu juga dengan dirinya sang ibu yang sangat ingin anak perempuan tapi nyatanya hal itu tak terjadi. Tuhan kembali memberinya seorang anak laki-laki, dimana sang ibu berani mengatakan hal ini pada yoongi.

"Harusnya kau terlahir sebagai wanita, sungguh di sayangkan kau lahir menjadi laki-laki." Ucap sang ibu dengan melemah.

Yoongi yang merasa salah dengan pendengaran nya, dia segera kembali bertanya pada sang ibu.

"Apa ibu bilang?" Tanya yoongi.

"Iya harusnya kau perempuan, agar keluarga kita lengkap dan ibu ada sahabat untuk berjalan-jalan." Sang ibu mengatakan nya dengan tanpa bersalah.

Yoongi terdiam hatinya merasa sesak tiba-tiba, lalu dia kembali menjawab dengan nada bercanda nya.

"Sungguh sayang aku laki-laki hahaha, wah andai saja melahirkan aku sebagai wanita mungkin kau akan menjadi ibu paling bahagia saat ini." Hatinya yang sakit dia tutupi dengan tawa.

Menyedihkan memang tapi ya seperti itulah kehidupan nya di keluarga ini, banyak hal dan masalah yang terjadi hingga 5 tahun berlalu ayah dan ibu nya mengalami masalah.

Pertengkaran tak terelakan itu berjalan dengan sengit, yoongi dewasa yang kala itu tak bisa ikut campur hanya bisa diam. Kepedihan yang selama ini iya rasakan ternyata di rasakan oleh sang ibu, karena sang ayah tak pernah menghargai atau menghormati ibunya.

Yoongi merasa ini salah tapi dia hanya bisa diam, dan sudah 5 bulan ini yoongi hanya berdiam diri di kamar tanpa melakukan apapun.

Dia hanya sibuk membaca dan mendengarkan musik, menatap langit malam yang sudah memancarkan cahaya dari pantulan bintang.

"Tuhan apakah hal ini akan terus terjadi? Apakah aku tak bisa mendapatkan kebahagiaan? Lantas apa tujuan ku hidup? Kenapa dulu aku menyanggupi untuk hidup di dunia ini?" Air mata mulai mengalir membasahi pipinya.

Yoongi menangis sambil menatap langit yang mulai terlihat buram karena air matanya, perasaan sesak yang tak bisa dia bagi dengan siapapun dan hanya bisa memendam nya seorang diri.

Seketika masa lalu semasa dia kecil hingga beranjak dewasa mulai berputar dalam kepalanya, menangis sekencang-kencang nya dengan berteriak putus asa.

"Kenapa hiks? Kenapa tuhan!!! Apakah aku kurang berjuang dalam hidup? Mengapa hanya mereka yang bahagia? Lantas bagaimana dengan ku? Sampai kapan hiks ini terjadi tuhan hiks." Yoongi meremas dadanya semakin sakit.

Dia berbaring di lantai dengan meringkuk sambil menangis, menyedihkan sekali membuat siapa saja melihat hal ini merasa kasihan dan iba.

Malam yang seharunya dia isi dengan tenaga kini tenaga nya terkuras habis karena tangisan itu, perasaan yang tak bisa dia tahan membuatnya ingin lari sejauh mungkin.

Jika bisa yoongi ingin mati dan pergi dari dunia ini menuju surga, yang menunjukkan keindahan untuk menghibur para penghuni nya.

"Hiks... Kenapa aku jadi menyedihkan? Berpikir tentang masa lalu yang kurang beruntung, hingga masa depan ku tak secerah mereka yang sudah membuat tujuan. Biarkan aku mati tuhan aku benci ada di dunia ini, aku sudah tak peduli lagi dengan tujuan kebahagiaan ku apa!" Air mata terus mengalir tanpa henti.

oneshoot: hope street(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang