𝓐𝓹𝓱𝓻𝓸𝓭𝓲𝓽𝓮

6 2 0
                                    

𝓟𝓪𝓻𝓽 17. 𝓚𝓪𝓯𝓮𝓽𝓪𝓻𝓲𝓪 𝓐𝓰𝓮𝓮𝓵𝓪.

"Pa, minta uang..." cicitku dengan ringisan kecil. Mengulurkan telapak tanganku diatas buku tebal yang sedang dibacanya. Membuat buku itu sedikit terguncang dan hampir jatuh dari pangkuannya.

Ck, Papa terdengar berdecak. Kemudian ia mengalihkan pandangannya dari aksara dalam buku tebalnya menuju tanganku. Sejenak, ia tersenyum tipis. Namun, hanya smirk yang tertangkap dalam indra mataku.

"Papa akan kasih dengan syarat kalau kamu harus buat Asher dekat dengan Blythe. Simpel dan Papa akan kasih berapapun yang kamu mau," ujar Papa meminta pertimbangan dariku.

Aku berdecak, "yang aku minta itu uang Pa, bukan kasih sayang Papa. Uang Pa, uang!" Aku menegaskan. Lagian aku berpikir, mengapa Papa pakai acara mengajukan syarat bodoh itu ketika yang aku minta itu uang, bukan kasih sayang.

Papa terlihat berjengit atas penegasanku. Namun, aku tidak mempermasalahkan hal itu. Jika aku bisa bersikap layaknya seperti Audrey Oliver pada Zach, mengapa aku tidak bisa bersikap hal itu pada Papa? Jelas-jelas karakteristik mereka berbeda dalam dunia bima sakti dan dunia andromeda.

"Ya itu-" Papa menggantungkan kalimatnya. Terlihat bingung harus meneruskan dengan kata apa. "Terserah kamu. Lagian yang butuh uang itu kamu, bukan Papa. Benar begitu?" lanjut Papa kemudian melanjutkan acaranya membaca buku dan tidak peduli akan keberadaanku lagi.

"Ya udah Pa, makasih..." balasku dengan desisan tajam.

Aku kembali beranjak menuju kamar Bea. Sebenarnya, tidak ada perbedaan mencolok antara kamarku dengan kamar Bea. Mungkin, ada banyak tumpukan buku dan gumpalan kertas yang berserakan di kamarku. Namun sebaliknya, kamar ini terlihat bersih. Bukan hanya bersih dari gumpalan kertas dan coretan tinta, tapi juga bersih dari buku.

Kuhempaskan tubuhku pada kasur lantai. Hingga kulihat sebuah kotak yang mirip dengan kotak kapsul waktu yang pernah kutemui di dunia bima sakti berada di kolong kasur tempat tidur.

Tringg!!!

Belum sempat aku mengambil kotak itu, tiba-tiba alarm berbentuk love dengan dua sayap putih yang mengepak sebagai pemanis berdering sskali. Aku mendengus, tidak menyangka selera dari diriku di dunia ini seaneh itu.

Dan seketika itu aku baru teringat dengan Zach! Apakah dia sudah sampai di kafetaria Ageela? Huffttt, aku hampir melupakannya karena ajuan syarat dari Papa yang membuatku harus berbalik tanpa mendapat uang.

Aku melepas kaos berukuran over size yang kukenakan dan mulai menyambar cardigan berbulu tebal warna putih lalu memakaiya. Kudecakkan lidahku ketika harus mengurus rambut panjang ikal kecoklatan milik Bea yang membuatku risih. Tanpa menyisirinya, aku langsung mengikatnya.

Kusambar ponsel milik Bea ketika ada satu pesan masuk lewat sebuah aplikasi pesan singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kusambar ponsel milik Bea ketika ada satu pesan masuk lewat sebuah aplikasi pesan singkat. Ternyata pesan dari Zach! Sebelum membukanya, aku sempat meringis kecil ketika melihat nama kontak yang disematkan Bea untuk cowok itu.

MISTAKES BY PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang