𝓗𝓮𝓻𝓪

6 2 0
                                    

𝓟𝓪𝓻𝓽 14. 𝓜𝓲𝓼𝓽𝓪𝓴𝓮 𝓫𝔂 𝓟𝓪𝓻𝓪𝓭𝓸𝔁.

"Aku akan mengulang masa itu. Aku akan menolak kejutan itu dan tidak akan membiarkan Papa membelikan bunga lili untukku!"

Aku kembali tersadar dari lamunanku ketika cekalan Zach di bahuku sudah meregang. Namun wajah pemuda itu masih terlihat pucat dengan netra hijaunya yang terlihat sedikit redup. Ia menarik napas dan membuangnya lewat mulut. Masih menatap tak percaya pada kotak di depannya.

"Kau mau ikut Zach?" tanyaku setelah paham cara penggunaan alatnya.

Mata pemuda itu terlihat melebar, menghilangkan aura redup yang sempat menghujamnya. Ia milirik ke arah kotak itu. Lalu mengangguk, "aku sudah berjanji pada Mr.Reeg untuk menjadi temanmu. So— okelah!" jawabnya dengan rasa takut yang sudah ternetralkan kembali.

"Tetap pegang pundakku, Zach! Kita akan ke masa lalu. Aku ingin mencegah kejadian sial itu!" Sejenak aku memejamkan mataku. Mempersiapkan diri untuk melakukan perjalanan lintas waktu. Tujuanku adalah lima tahun yang lalu!

Zach terlihat mempererat pegangannya. Sedangkan aku mulai memutar satu jarum jam itu ke kiri alias berlawanan arah.

"AAAA!!!" Seekor kecoa yang merambat di kaki Zach, membuat pemuda itu mengeratkan cekalannya. Hal itu tak luput membuatku reflek memutar jarum itu dengan kencang.

Saat itu juga, latar tempat ini langsung berubah seiring mundurnya waktu. Mulai dari saat kamar ini belum berisi barang-barangku, belum diisi ranjang, belum memiliki jendela, belum selesai digarap, temboknya masih setengah, hingga belum ada. Dan saat itulah pemunduran waktu itu berhenti.

Aku mengedarkan pandangan. Zach masih mencekal pundakku. Aku membekap mulut, ini tahun berapa? Rumah Kakek belum ada, begitupun dengan rumah Zach. Hanya ada tiga rumah di sepanjang jalanan yang terlihat senyap ini. Tidak ada rentetan pohon cemara yang merimbunkan, melainkan hanya ada satu kotak surat di depanku.

"Apakah aku memutarnya terlalu kencang?" cetusku dengan hati yang mulai menggundah. Perasaan cemas itu tiba-tiba menyelinap bersamaan dengan pikiranku yang mulai kacau.

"Kamu memutarnya sebanyak sepuluh kali putaran dan jarum jam itu mendarat di angka lima," balas Zach dengan nada lirih. Menggigit bibirnya dengan kalut. Sepertinya dia merasa bersalah karena mencekal kuat pundakku hingga membuatku reflek memutar miniatur jam analog itu dengan kencang.

"Apa itu artinya kita berada di waktu lima puluh tahun yang lalu. Oh Goshh! Bagaimana kita akan bersikap di peradaban setengah abad yang telah berlalu ini!" Aku mulai mengomel. Membuat ekspresi Zach semakin kalut. Bahkan pemuda itu menarik-narik ujung bajuku. Kakinya dihentak-hentakkan dengan ritme pelan.

Tanpa menghiraukan ekspresi Zach, aku beranjak dari dudukku. Diikuti oleh Zach, pemuda itu masih mencengkeram ujung bajuku. Pandangannya ia edarkan ke daerah yang masih terlihat lapang di tahun ini. "Kita mau kemana?" tanyanya dengan ringisan kecil ketika melihat mobil dengan gaya kuno melintasi jalan itu.

"Yang penting melangkah Zach, dan ya! Bisakah kamu melepaskan cekalanmu itu?" tegasku dengan meraih penyangga kotak surat untuk menompamg tubuhku yang hampir limbung karena pikiranku yang semakin kalut.

Aku memicing ketika melihat sebuah amplop surat yang terlihat sedikit menyembul dari lubang kotaknya. Sebuah amplop dengan warna coklat itu terlihat sudah usang. Namun, mengapa belum ada yang mengambilnya? Karena merasa gatal, lantas tanganku pun mengambil amplop itu.

Usai aku membukanya, terdapat secarik kertas yang isianya membuatku tercengang. Empat rentetan kalimat itu tak urung menjadikanku sebagai pembenci dadakan bagi penulisnya. Bagaimana tidak? Penulis surat ini adalah seseorang yang mencuri satu truk kanguru milik Kakek.

MISTAKES BY PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang