Sebesar apapun kamu berharap, kamu tidak akan pernah mendapatkannya. Karna umpamanya dia adalah langit. Hanya bisa di pandang bukan untuk di miliki.
.
Aku menutup buku berukuran sedang, kembali menatap langit melewati jendela yang terbuka. Kelas telah usai beberapa waktu tadi, kini aku sedang duduk bersantai di dalam perpustakaan, kursi pojok dekat jendela, menatap pesonanya dunia.
Indahnya langit membuatku enggan untuk melepaskan pandangan.
Yah selain suka arka aku juga suka langit."Ah, risaa" racau sita mengagetkan ku
"Di cariin juga, ternyata disini" Sambungnya
"Kenapa?" Tanyaku
"Itu loh, papan pengumuman."
"Udah keluar. Ayo liat" sita menarik pergelangan tanganku tanpa persetujuan. Yah wanita itu terlihat sangat bersemangat
Saling dorong mendorong, demi melihat papan pengumuman. Melihat apa kah ada namanya yang tertera. Tanganku ditarik menerobos masuk ke dalam perkumpulan orang orang ini.
Aku bingung. Padahal bisa saja kita menunggu sampai sepi. Tidak harus menerobos seperti inikan? Ah semua orang memang tidak sabaran.
"Ah gw di terima!" Sita berlonjat senang ketika melihat namanya
"Liat. Lo juga di terima, yeyy. Kita di terima." Tunjuk sita pada namaku
Aku hanya menunjukan raut wajah senyum, tanpa berbicara. Jujur aku tidak begitu dekat dengannya. Tapi melihat dia bahagia, aku sedikit merasa senang. Ternyata aku berguna bagi orang lain. Selain itu aku juga harus mengapresiasi diri ku sendiri. Karna selain untuk ku aku juga berguna bagi orang lain.
.
"Udah gw duga si kita bakal di terima, aish. Seneng banget gw"
Aku mengenal sita ketika kami menaiki kelas 11, yah karna kelas 10 kita berbeda kelas, aku di IPA 2 dan sita IPA 3. Tidak di sangka sekarang kita berada di satu kelas yang sama.
Sesenang ini sita di terima masuk club' musik. Kenapa tidak dari awal saja dia ikut musik? Tanyaku dalam pikiran. Hm, sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada sita tapi aku hanya menanyakannya pada pikiranku sendiri. Hehe memang aneh.
"Kenapa ga dari kelas 10 ajah ikut nya sit?" Tanya ku pada akhirnya
"Gw dulu daftar juga, cuman waktu pas tes gw sakit. Gila ga tuh. Padahal gw udah semangat banget waktu itu."
"Oo"
Sesuatu yang berisik mengalihkan pandanganku. Ah ternyata mereka. Pantas saja kelas menjadi begitu berisik. Lima murid dari club' musik memasuki kelas dengan membawa pesonanya yang tidak pernah tertinggal satu detik pun. Aku menatap mereka dengan wajah datar. Padahal di hati aku ingin berteriak karna tadi sempat ber sitatap dengan arka walau kurang dari satu detik.
"Buat anggota musik, pulang sekolah bisa langsung kumpul di ruangan." Ucap salah satu dari mereka, setelah urusannya selesai mereka pun mengakhirinya lalu pergi ke kelas lain untuk mengumumkan hal yang sama
Sial. Sial. Sial. Arka tadi melihatku! Yah aku tidak salah lihat. Jelas jelas dia melihat mata ku tadi. Ahhhh aku bahagia sekali. Yah walaupun dia tidak mengenal ku, setidaknya dia tahu kalau aku hidup.
Tapi,, ah aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata kata. Aku sangat bahagia sekarang.
Pikiran ku selalu ribut. Rasanya kepala ku ingin meledak karna terlalu banyak menyimpan hal hal yang tidak perlu ku simpan. Maka dari itu aku memiliki buku berukuran sedang, untuk menyimpan semua kata kata yang terlontar di pikiran ku.
Oh iya buku. Ah buku, di mana buku ku?
Aku melihat sekitar meja yang berisi buku pelajaran, tapi aku tidak menemukan buku catatan harian ku. aku juga melihat isi tas dan sama hasilnya tidak ada.
"Sita, kamu liat buku aku?"
"Buku? Buku apa"
"Buku yang biasa aku bawa itu loh."
"Ngga, ga liat gw."
Aku mengingat ngingat dimana aku menyimpan buku ku itu. Pikiran ku melayang ke perpustakaan dimana waktu sita menarik ku secara paksa. Ah mungkin tertinggal disana.
.
Waktu berkumpulnya para anggota musik sudah tiba. Aku duduk di urutan paling belakang bersama dengan sita.
Ruangan yang di penuhi oleh alat musik. Suara drum dengan gitar menyatu dengan sempurna.
Dua orang remaja laki laki tengah memainkannya dengan penuh semangat. Yang tersisa hanya melihat, menyaksikan dengan tenang tanpa mengganggu. Aku pun sama hanya duduk, selebihnya mencuri pandangan pada sosok yang ku sukai.
"Stop, stop, kita mulai" racau Lio sang ketua, menghentikan kedua remaja itu, juga mengalihkan pandangan semua orang yang berada di ruangan
"Oke buat kalian harap semuanya tenang. Seperti yang gw bilang kemarin buat menyambut anggota baru, kita bakal ngadain acara kemah. Dan itu outdoor." Lanjutnya
"Yeyy"
"Pantai ka?"
"Gunung ajh, pasti seru"
"Pantai kayanya lebih asik deh."
"Gunung sejuk woy"
"Tapi pantai tuh lebih kerasa gitu loh buat kemah kaya gini"
"Stopp! Ga usah ribut. Kita semua udah ngusulin buat ngadain acara kemah di pantai. Dan itu dua hari."
"Yesss!"
"Yahhh pantai"
"Ga usah banyak ngeluh! Untung kita kita milih pantai, coba kalau gunung? Bakal repot lu pada!" Saut Roli dengan nada meledek- teman Lio
"Tambahan, ini wajib! Apa lagi buat anggota baru. Ga ada alasan buat kalian ga ikut." Timpal lusi- teman Lio
"Tenang, acaranya ga bakal garing ko" tambah rain
"Yoii. Si arka bakal goyang dumang disana. Jadi kalian bisa menyaksikan hal yang langka untuk di lakukan oleh seorang arka di sana" timpal Beno di akhiri oleh tawa semua orang
Mau pantai atau pun gunung menurutku dua dua nya sangat merepotkan. Aku tidak suka berkemah. Nah ini nih salah satu alasan ku tidak mengikuti eskul apa pun selama kelas 10, dan sekarang? Ah badanku akan lengket karna tidak mandi selama 2 hari.
Benar benar merepotkan. Aku tidak suka menyibukkan diri seperti ini. Aku lebih memilih untuk menonton anime di kamar selama dua Minggu di banding dengan ikut berkemah selama dua hari.
Yah, tentunya kalau itu di persilahkan.
.
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Irama Melody
Fiksi RemajaSeorang gadis remaja yang memendam sebuah perasaan terhadap sang populer sekolah. "Aku sudah mengenalmu untuk waktu yang cukup panjang. Dan aku sudah menemukan kamu yang berbeda. Yang tidak orang lain ketahui." 6 Januari 2023