Yeay, we're here on the first chapter!!!
I'm so excited that you guys finally read my work.
Met Baca Semwaa!
VOTE DULU LAH YAA BIAR GAK LUPA!!!
.
.
.
Suara benturan, hantaman, dan pukulan tak kunjung-kunjung berhenti. Suara-suara itu menggema dengan sangat mengerikan tapi anehnya tidak ada suara rintihan sama sekali. Suara mengerikan itu lama kelamaan makin melemah hingga akhirnya berhenti menyisakan suara napas yang terengah-engah.
"Sudah puas kalian?" Helena berusaha bangkit walau kesulitan. Ia menyeka darah di sudut bibirnya, kepalanya terasa memutar. Rasanya badannya akan ambruk, tapi dia harus tetap kuat, tidak boleh kalah dari gadis dihadapannya yang sudah memukulinya dengan brutal.
Gadis itu terkekeh, "Jangan sok kuat memancing emosiku lagi, Gembel. Menyerahlah, minta ampun padaku."
"Jangan harap aku selemah itu."
Gadis itu langsung melesat maju dan menarik rambut Helena hingga kepalanya mendangak. Ia tekan luka lebam di tulang pipi Helena yang sangat parah, berharap mendengar suara rintihan. Helena hanya memejamkan matanya walau linu yang sangat-sangat itu membuat kepalanya nyaris meledak. Ia tidak akan memuaskan lawannya mendapat suara rintihannya walau sedikitpun.
Gadis itu makin gencar memainkan luka-luka yang ada di wajah Helena, senyumnya mengerikan, matanya membulat merah, rasanya setan sudah mengambil alih tubuh gadis itu. Karena tidak kunjung mendapat yang ia inginkan, ia melepaskan cengkeramannya dengan kasar.
Gadis itu mengacungkan telunjuknya pada Helena tepat di hadapan wajahnya, "Aku akan kembali kalau kamu berbuat ulah lagi. Lain waktu aku akan membuatmu sampai memohon untuk mati. Sekarang pergi! Jangan membuat tanganku gatal untuk memukulimu lagi!"
Helena pergi, langkahnya terseok-seok mencoba keluar dari gang kecil dan sempit itu. Ia menghela napas lega akhirnya bisa menghirup udara segar bukan lagi bau selokan, sampah, bangkai, hingga amis darahnya sendiri yang bercampur menjadi satu.
Baru beberapa langkah ia pergi bahkan mencapai ujung gang saja belum, sebilah kayu besar menghantam punggungnya. Ia merintih pelan. Semoga gadis setan itu tidak mendengar rintihannya. Ingin rasanya membalas semua perlakuan anak itu, tapi dia pasti melapor ke orang tua kaya rayanya dengan tangis palsu seolah-olah dialah korbannya.
Kini, sebilah tongkat besi yang menghantam punggung Helena. "Cepatlah pergi sebelum tempat sampah yang aku lempar!" Helena mempercepat langkahnya dan berdoa semoga ada hal yang mengerikan menimpa anak itu.
Sepanjang jalan orang-orang terus-menerus meliriknya yang berjalan terseok-seok dengan hoodie menutupi kepalanya yang tertunduk. Helena tak henti-hentinya mengutuk jalanan yang ramai saat kondisinya mengenaskan seperti ini—kondisinya selalu mengenaskan tapi tidak separah ini. Setelah berjalan cukup jauh, Helena mampir ke sebuah toko kelontong yang cukup sepi untuk "membeli" obat merah, plester, perban, dan benda lainnya untuk mengobati luka di sekujur tubuhnya. Saat ia melangkahkan kakinya ke dalam toko, matanya melihat sekitar dan ternyata terdapat 2 cctv usang di pojok toko. Otaknya dengan cepat dan tepat langsung menangkap semua titik butanya.
Helena berjalan melewati rak obat-obatan dan berakhir di depan kulkas usang berisi minuman. Di cctv, dia terlihat seolah-olah hanya melewati area obat-obatan dan berakhir di depan kulkas minuman untuk mengambil sekaleng kopi. Padahal sebelumnya tangannya dengan kilat mengambil segala obat-obatan yang ia butuhkannya dan langsung disembunyikannya di lengan hoodienya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vigilante
ActionKetika dunia sudah berubah menjadi neraka. Tak ada lagi sebutan orang baik karena semua saling menjatuhkan. Kekacauaan dimana-mana akibat tumpulnya hukum dan keadilan. Ada yang hidup terlalu nyaman dan ada yang hidup terlalu sengsara. Dunia yang ama...