"Waktu bersembunyinya sudah selesai. Keluarlah sekarang!" Benar saja itu suara wanita, tetapi bukan milik Nyonya Griffin.
Helena meneguk salivanya. Ada wanita asing yang masuk ke ruang pribadi Tuan Griffin. Siapa wanita ini? Setahu Helena hanya pasangan Griffin saja yang dapat mengakses ruangan ini.
Helena buru-buru memberi kode pada kedua temannya. Dia mengetuk alat komunikasi yang terpasang pada telinganya. 3 ketukan yang berulang sebagai tanda dalam bahaya.
Marven segera memberikan balasan, "Apa statusmu saat ini?"
Helena membalas dengan 2 ketukan lagi yang artinya sedang terjebak.
"Apa kau bisa keluar? Jangan buang-buang waktu, segera pergi dari sana!" Sambung Marven.
Helena kembali memberikan 2 ketukan, artinya menolak.
"Kau yakin masih bisa melanjutkannya?" Tanya Marven.
Helena menjawab dengan 3 ketukan, mengiyakan.
Hening untuk sesaat, mungkin Marven sedang ragu. "kalau begitu hati-hati. Jangan dipaksakan, okay?"
Helena tersenyum tipis lalu memutus komunikasinya. Ya, dia yakin bisa kabur dari situasi ini dengan selamat.
Wanita itu kembali bersuara. Suaranya dingin juga mengintimidasi. "Ayo cepat keluar! Aku tidak ada waktu untuk bermain petak umpet denganmu."
Helena mengepalkan tangannya. Ini adalah mimpi buruk yang sangat Helena hindari. Sisa waktu Helena kurang lebih tersisa 2 menit lagi dan wanita itu masih berada di ruangan ini. Tidak ada waktu lagi, dia harus segera bertindak.
Helena berdiri dan berjalan perlahan, merapat pada tembok. Dia intip sedikit untuk melihat wanita itu. Benar saja, wanita itu berada di ruangan sebelah sedang berdiri di depan meja kerja Tuan Griffin, membelakanginya. Wanita itu berpakaian dress merah maroon dan terdapat belahan dibagian pahanya. Rambutnya lurus tergerai, berwarna pirang terang. Dia juga cukup tinggi ditambah sepatu hak tinggi membuatnya semakin tinggi semampai.
Helena sempat berpikir untuk mengurusinya lebih dulu. Begitu dia melihat ada pistol di pahanya, dia memutukan untuk tidak membuang-buang waktunya mengurusi wanita itu. Helena langsung menuju kamar utama dengan mengendap-endap. Sesampainya di depan pintu, dia memutar engsel pintunya perlahan. Helena pun berhasil masuk dengan mulus tak lupa dia tutup kembali pintu itu. Dia bersandar pada tembok di samping pintu, menghela napas dan sesaat kemudian dia kembali tercekat begitu mendengar suara langkah sepatu hak tinggi.
Suaranya mendekat,
Semakin dekat,
Semakin dekat lagi,
Lalu seketika berhenti. Besar kemungkinan tepat di depan pintu ini.
Helena bisa merasakan detak jantungnya berpacu sangat cepat dan kening juga telapak tangannya berkeringat. Semoga saja suara detak jantung Helena tidak menembus pintu ini.
Setelah beberapa detik hening, dia kembali melangkah, kali ini menjauhi Helena. Helena tidak ada waktu lagi untuk berlama-lama disini. Dia pun langsung menuju Walk in Closet di kamar itu.
Bagi orang biasa, Walk in Closet ini terlihat normal. Sebuah Walk in Closet yang sangat besar juga luas, seluas kamar itu sendiri. Lemari-lemarinya berdesign sangat unik dan elegan, warnanya senada dengan kamarnya. Hanya saja yang orang biasa tidak sadari adalah ada sistem keamanan canggih disana. Tempat itu dilengkapi laser yang saat tersentuh akan mengaktifkan alarm dan laser ini hanya terlihat dalam gelap, maka dari itu di kamar yang gelap ini hanya Walk in Closet ini yang lampunya bersinar terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vigilante
ActionKetika dunia sudah berubah menjadi neraka. Tak ada lagi sebutan orang baik karena semua saling menjatuhkan. Kekacauaan dimana-mana akibat tumpulnya hukum dan keadilan. Ada yang hidup terlalu nyaman dan ada yang hidup terlalu sengsara. Dunia yang ama...