Empat

13 6 1
                                    

"Jadi, pada cincin itu ada jarum yang menancap pada jarinya?"

Helena mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Marven.

Wajah laki-laki itu sangat serius. Dia bersandar pada pilar sambil mengetuk-ngetuk keningnya, kebiasaan yang akan Marven lakukan setiap kali dia sedang berpikir keras. Helena menunggu jawaban dari Marven dengan gugup. Dia tidak mau usahanya yang dia lakukan selama beberapa minggu ini hingga rela menginap di kandang kuda gagal begitu saja karena cincin sialan itu.

"Kau yakin tidak salah dengar?" Marven kembali memastikan hal itu. Pasti informasi yang dia dapatkan ini sangat mengejutkan dan diluar nalar mereka.

"Astaga Marven, kau sudah bertanya itu puluhan kali. Iya aku sangat yakin, Aku mendengar langsung Nyonya Griffin yang berkata begitu ketika dia sedang berbincang dengan teman-temannya."

Ada perubahan fakta sedikit disitu. Helena tidak mengatakan Nyonya Griffin yang berbicara langsung padanya. Marven pasti tidak akan percaya kalau ia mengatakan yang sebenarnya terjadi di lapangan.

"Masih ada waktu 10 menit hingga acara makan malam. Kita temui Jordi dulu di dapur."

Helena mengangguk dan mengikuti Marven yang menuju dapur. Selama perjalanan, Helena tak hentinya menatap Marven. Laki-laki itu pasti sama panik dan kagetnya dengannya, hanya saja dia berusaha tetap tenang. Helena bisa melihat dari langkah kakinya yang tergesa-gesa dan pandanganya yang terus menatap tajam ke depan.

Saat ini satu-satunya harapan adalah Jordi. Semoga saja dia memiliki sesuatu yang bisa membantu operasi ini, kalau tidak terpaksa mereka pulang dengan tangan kosong.

Sesampainya di dapur, Jordi langsung menyadari kehadiran Marven dan Helena yang terlihat tidak nyaman. Jordi langsung menuju pojokan dapur, bersembunyi dibalik rak peralatan memasak dan dua temannya itu mengikuti.

"Ada apa?" Tanya Jordi.

"Cincinnya tidak bisa dilepas paksa, bahkan oleh Nyonya itu sendiri." Jawab Marven.

Jordi mengerutkan dahinya, "Maksudnya?"

Helena mulai menceritakan bagaimana dia mengetahui cincin itu dan menjelaskan cara kerja cincin tersebut. Jordi tidak menyangka akan hal itu. Jujur saja, mereka semua tidak ada yang menyangka tentang hal itu. Raut wajah Jordi mengatakan pembuat cincinnya adalah orang gila dan lebih gila lagi orang yang memakaikannya.

"Apa kau punya sesuatu yang mungkin berguna?" Marven menatap serius Jordi karena hanya dia satu-satunya harapan.

Jordi hanya terdiam. Dia membalas tatapan Marven, tapi Helena sadar Jordi juga tidak tahu apa yang bisa ia lakukan.

Marven seketika berbalik lalu meninju tembok, "Sialan!"

Sepertinya mereka benar-benar akan pulang dengan tangan kosong.

Helena merutuki dirinya sendiri. Berhari-hari dia bersembunyi di rumah ini tapi hal sepenting itu saja malah baru ia ketahui hari ini, saat hari kejadian. Dia mengepalkan tangannya hingga kukunya menusuk telapak tangannya sendiri.

Seharusnya ini menjadi semakin mudah. Fakta bahwa Nyonya Griffin membenci cincinnya itu membuatnya sangat jarang memperhatikan tangannya. Kalau saja cincin itu adalah cincin pada umumnya, dia bisa saja tidak menyadari cincin itu hilang dari tangannya.

Jordi tiba-tiba teringat sesuatu. "Sepertinya aku punya sesuatu."

Helena dan Marven seketika menoleh pada Jordi dengan wajah terkejut juga penuh harap. Jordi meraih tas ranselnya dan merogoh kedalamnya. Begitu ia tarik tangannya, dia sedang menggenggam semacam kapsul kecil yang di ujungnya terdapat semacam suntikan. Dia tunjukan benda itu pada kedua temannya, tapi diwajahnya ada sedikit keraguan.

VigilanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang