Petir sudah menyambar disana sini, menemani malam briana yang asyik bergumul dengan selimutnya. Yeah she think it'll be long night!
Daritadi ia hanya membolak-balikan badannya dan sudah berkali-kali mencoba untuk terlelap namun hasilnya, nihil! Lama kelamaan ia mulai jengah! Ia beringsut dari kasur dan melihat jam beker yang ada di nakas tempat tidurnya, menunjukan pukul 10 malam.
Ia turun ke lantai bawah, ternyata orang tuanya belum datang padahal janjinya akan datang hari ini atau besok atau lusa. Ya ia benci hal itu, menunggu!
Ia membuka kulkas, kulkasnya sangat penuh, selalu penuh. Ia bingung untuk mengambil apa, setelah mengambil makanan ringan dan cola ia langsung menuju kamarnya lalu menyetel dvd nya, ia ingin melihat film yang baru ia dapatkan.
Drrrt!
Ponselnya bergetar.
From : Nadine
U're in home?Keningnya berkerut, 'ada apa?' batinnya.
To : Nadine
Ya, ada apa?Setelah beberapa menit, ponselnya bergetar dan ternyata teman-teman Briana ingin mengunjungi rumahnya, ia tau akibatnya jika membiarkannya kesini. Rumah berantakan, sampah dimana-mana, dan ujung-ujungnya mereka langsung pulang saat Briana masih terlelap, alasannya pun tetap sama.
'tiba-tiba ibuku menelfon' 'aku ada perlu' 'aku harus pulang saat itu, jadi tidak sempat membersihkannya'
Ia hafal semua itu! Namun apa daya, ia tidak bisa menolak karena ia benar-benar kesepian dirumah. Pembantunya sudah tidur, orang tuanya belum pulang, ngga mungkin kan dia menghabiskan malamnya dengan satpam? Di malam petir begini? Big no!!
Briana belum menjawab permintaan temannya, ia terlena dengan film yang ia tonton. Tiba-tiba saja kegaduhan di lantai bawahnya terdengar. Dan tidak usah menunggu lama teman-temannya sudah datang, baru datang saja sudah membuat kamar briana yang awalnya seperti pemakaman di kota mati menjadi pasar seketika.
Briana mendengus.
Dengan kemarahan yang memuncak di ubun-ubunnya, dengan lantang ia mengucapkan kata untuk mengusir teman-temannya. Dan awalnya Nadine dkk menatapnya heran, lalu Briana mempertegasnya.
Dan... Terjadilah adu mulut hebat malam itu, suasananya sangat mendukung malam itu, dengan suara petir yang mengiringi, kilatan dimana-mana, hujan yang mengguyur dengan derasnya. Yeah great night!
"... Hanya memanfaatkan ku, ya itu kan maksudmu selama ini!" teriak Briana lepas kontrol
"Apa yang kau bicarakan! Kita berteman sejak lama, kau mabuk?" balas Nadine setelah beberapa menit dalam adu mulut bersama Briana, sedangkan teman-temannya yang lain hanya melongo seperti kerbau dungu.
"Selama ini rumahku hanya kalian jadikan tempat singgah, begitu juga denganku, kalian hanya menginginkanku saat dibutuhkan, kalian melakukan seenaknya, kalian ...." Briana menarik nafas rakus, ia merenggut rambutnya frustasi.
"Oke, sudah tidak ada gunanya aku berteriak seperti ini, keluarlah" ucap Briana tegas, nadanya melembut meskipun masih ada kemarahan didalamnya.
Nadine dkk menatap Briana dengan tatapan aneh, heran, dan tatapan-tatapan lainnya.
"Keluarlah" ucap Briana lebih lembut lagi, sambil menunjuk arah pintu.
Nadine maju beberapa langkah hendak menghampiri Briana, sepertinya ingin mengatakan sesuatu.
"Jangan mendekat. Cepat pulanglah sekarang"
"Kami ingin menemanimu"
Briana mendengus. Oh tidak, Nadine menyulut kemarahan Briana lagi.
"Dengan menghancurkan kamarku, mengacak-acak kamarku, lalu meninggalkannya begitu saja" ucap Briana pelan, layaknya efek slowmotion.
"Bukan begitu, ... "
"Sama seperti kalian memperlakukanku, kan? Mendatangiku saat kalian butuh sesuatu, kemana kalian saat aku terpuruk oleh anak kelas? Ha! Kemana kalian waktu aku tersungkur dan dipermalukan oleh bajingan itu? Ha! Kemana kalian!" potong Briana penuh kemarahan, tidak memberi celah untuk Nadine bicara.
Briana menghembuskan nafas kasar "Oke, aku tidak ingin mati konyol hanya dengan pembuluh darahku pecah karena hipertensi, useless!"
"Kau serius mengatakannya?"
Briana mengangguk serius, dan menunjuk arah pintu kamarnya. Dengan gerak lambat Nadine dkk mulai keluar beriringan, saking lambatnya Briana sampai ingin menendang pantat mereka satu-satu agar lekas musnah dari rumah ini!
Setelah beberapa menit, terdengar suara deruman mobil yang lama-kelamaan tidak terdengar dari kamar Briana.
Tanpa sadar bulir bening mulai berlomba-lomba membuat aliran sungai kecil di pipi Briana.
Ia mulai merapikan kamarnya, meskipun matanya masih tetap mengeluarkan air bening. Mulai mengumpulkan sampah, dan membuangnya, merapikan dvd nya, dan mengembalikan keadaan kamar seperti semula.
Hingga ia benar-benar lelah, ia hanya ingin tentram, ia tidak ingin ada masalah! Ia muak dengan sifat teman-temannya itu, Ia terlihat sangat bodoh malam ini. Tidak, tidak bukan hanya untuk malam ini, sejak ia berteman dengan mereka.
Briana terduduk disamping tempat tidur, mengusap aliran air matanya. Ia lelah menangis, sampai air mata sulit untuk keluar lagi. Ia merutuki kebodohannya selama ini. Sampai ia berfikir untuk lebih baik tidak mempunyai teman daripada harus dimanfaatkan seperti ini.
Ia menarik dan menghembuskan nafas berkali-kali sebagai penenang dirinya.
Ia haus sehabis menangis, ia menghidupkan lampu dapur karena sejujurnya ia takut dengan kegelapan. Memalukan!
Ia menegak segelas air putih dan berlari kecil kembali ke kamar. Ia menengok jam dinding, pukul setengah 3 pagi. Untung saja ini masih masa liburan, ia tidak terlalu cemas untuk hari ini.
Ia berlari kecil kembali ke kamarnya, matanya sembab. Ia masuk kamar mandi kamarnya, membasuh muka. Dan setelah itu naik keatas tempat tidurnya, ia benar-benar mencapai titik terlelahnya pada hari itu.
Ia memandang langit-langit kamar yang dihiasi wallpaper bergambar Galaxy, dan benda-benda kecil tiruan benda langit di wallpaper itu berkedip-kedip genit kepada Briana, seakan menghiburnya. Lebih indah jika kamar dalam keadaan gelap, karena langit-langit kamarnya akan terlihat lebih nyata dan berkilauan. Tapi karena ia takut akan kegelapan maka hanya benda langit kecil itu yang terlihat nyata. Temboknya pun lebih indah jika keadaan gelap, karena akan muncul gambar-gambar lucu ada juga tulisan-tulisan, namun karena lagi-lagi ia takut gelap jadinyaaa....
Ia mulai jenuh, dan bangun diatas tempat tidurnya.
Clap!
Seketika gelap gulita, Damn!
Ia meringkuk dibalik selimutnya dan cepat-cepat mencoba untuk tidur, namun gagal.
Damn night!
KAMU SEDANG MEMBACA
Briana's Story
Teen FictionAubriana Nadelia Calesta, si mungil yang punya kehidupan yang sangat bebas, dan karena terbiasa hidup bebas ia membenci aturan. tapi ia masih tetap tau batasan. Ia melakukan apa saja yang dia suka. Selama ini ia hanya menikmati hidup tanpa tau apa s...