Venion Daze (2)

35 7 0
                                    

Sinar matahari menerobos jendela yang langsung mengarah kepadaku. Dan reflek aku menutup mataku dengan punggung mataku sambil menyesuaikan cahaya yang akan masuk di indera pengelihatanku.

Ya otak ku baru merespon ini bukan kamarku, dan semalam menurutku sangat berkesan meskipun nathan benar-benar menyebalkan kemarin.

Entahlah sejauh ini menurutku sikapnya sangat berubah-ubah. Sejauh ini? Sejauh mana? Aku baru saja berkenalan dengannya.

Aku bangkit dan duduk di tempat tidur yang memang diperuntukkan 2 orang.

Aku menatap nakas disebelahku, sangat menarik perhatian!

"Eat me soon when u wake up, dasar nathan!"

Aku tersenyum memandang 2 potong pancake dan segelas susu tak lupa juga botol berisi saus maple.

Aku membawa piring berisi pancake dan menuangkan saus maple diatasnya lalu melahapnya dengan cepat juga menegak susu coklat yang sangat enak untuk pagi ini.

"Sudah bangun?" suara nathan yang ada di ambang pintu membuatku terkejut.

"Pakailah ini, ku tunggu di ruang keluarga"

"Mau kemana?"

"Berkeliling, kau kan belum tau daerah ini. Mau tidak?"

Aku mengangguk antusias dan mengangkat nampan berisi piring dan gelas bekasku.

"Mandilah biar ku urus yang ini" ia mengambil nampan yang ku bawa.

"Terima kasih, aku sangat merepotkanmu"

"Lupakan"

Aku bergegas mandi dan memakai dress yang diberikan nathan, sedikit kuno namun lucu. Aku menguncir rambutku ponytail. Dan berlari kecil di depan nathan, membuat fokus mata yang tadinya ditujukan ke televisinya menjadi seutuhnya untukku.

Ia memandangiku dari atas sampai bawah sampai-sampai aku risih.

"Ayo berkeliling!" seruku

"Kau ambil sepedamu dan tunggulah aku"

Suasana disini sangat damai para gadis terlihat membawa keranjang-keranjang sambil bersenda gurau, juga beberapa pemuda yang menaiki sepeda kuno, dan tak lupa tupai yang masih banyak terlihat di pepohonan sini.

"Kau sudah siap?" tanya nathan dan aku mengangguk semangat.

Aku dan nathan mulai mengayuh sepeda kami masing-masing akupun juga tak tahu tujuan kami, aku hanya mengikuti nathan.

Kami melewati banyak kebun, ladang, dan banyak hal menarik disini.

"Berhentilah" pinta nathan

"Ini pabrik kayu ayahku, dan dibelakang pabrik itu ada perkebunan yang menjadi bahan baku kayu yang diproduksi disini"

Aku hanya bisa ber-oooh- ria.

"Kau ingin masuk?"

Aku bimbang

"Lain kali saja, sepertinya sibuk sekali"

"Yasudah, mau ikut ke kebun ibuku? Ibuku punya banyak sekali tanaman dan bunga. Kau pasti suka!" ucapnya antusias dan ku jawab sama antusiasnya.

Kami mengayuh sepeda bersemangat, dan memasuki kebun kecil.

"Ayo masuk"

Nathan mengajakku masuk ke sebuah rumah kecil ditengah-tengah hamparan kebun ini.

"Ibuu?"

"Oh kau rupanya, kau mengajak briana juga?"

Nathan mengangguk dan aku menyembul dari balik badan nathan lalu menyunggingkan senyuman termanisku kepada ibunya.

"Tepat sekali! Hari ini buah-buah sudah waktunya dipanen, kalian mau kan membantu ibu?"

Aku bertepuk tangan girang sambil mengangguk antusias kepada ibu nathan, dan nathan malah memutar bola matanya.

Aku membawa keranjang berukuran sedang dan mulai masuk ke kebun strawberry, buah kesukaanku.

Dan waaah! Strawberry nya besar-besar dan warnanya sangat menggiurkan. Aku mulai memetik dan meletakkannya pada keranjangku. Lalu pikiran usilku muncul, aku ingin mencobanya satuuu saja.

"Eits! Ini belum di cuci. Kau mau keracunan" ucap nathan sambil merampas strawberry yang tadinya akan lenyap di perutku.

Aku mencebik dan meninggalkannya memetik strawberry yang lain dan keranjangku sudah penuh lalu memberikannya pada ibu nathan.

Lalu mulai mengambil buah-buah yang lain, nathan selalu mengikutiku tanpa membantuku untuk memanen hasil kebun ibunya, dasar nakal!

"Kenapa kau mengikutiku terus sih!"

"Kau tau-?"

"Tidak! Kau belum memberitahuku!"

"Kau cantik hari ini"

Blush!

Aku meninggalkannya yang sedang cekikikan seperti kucing terjepit dan memberikan hasil yang kuambil kepada ibu nathan yang sedang sibuk mencuci hasil panen.

Hari ini benar-benar lelah menghabiskan waktu seharian bersama nathan.

"Nathan ini sudah mau petang, aku mau pulang"

"Oh iya ya, ya sudah kita berpamitan dulu ya".

Aku mengangguk

"Tapi berjanjilah kau akan kemari lagi"

"Pasti, aku akan merindukan tempat ini"

Aku berpamitan pada ibu dan ayah nathan. Hmmm, aku belum berkenalan dengan saudara-saudaranya. Tapi mau bagaimana lagi.

Akhirnya aku dan nathan sama-sama mengayuh sepeda hingga ke pohon besar yang biasa jadi tempat favoritku.

"Kau mau ikut kerumahku?" tanyaku

"Hmm.... Lain kali saja, maaf hanya bisa mengantarmu sampai sini"

"Tidak masalah, oke lalu bagaimana aku bisa menghubungimu?"

"Entahlah, aku tidak punya handphone. Aku hanya punya telepon rumah"

"Oke berikan aku nomor telepon rumahmu"

Nathan mengendikkan bahunya, dan aku baru ingat sesuatu.

"Yaaa sudah lain kali aku pasti kesini"

"Kau berani melewati hutan?"

Aku meringis

"Pasti berani!" seruku

"Ya sudah cepatlah pulang sudah akan petang, aku menunggu mu"

"Aku janji pasti kemari lagi, baaay!" ucapku sambil melambaikan tangan dan mengayuh sepedaku.

Saat akan keluar dari jalan setapak aku menoleh kebelakang.

Nathan masih menatap lurus ke arahku.

Aku mengayuh lagi hingga di ujung padang rumput ini, dan menoleh kebelakang lagi kepada nathan.

Brakk!

"I'm alright, nath!" teriakku sekeras mungkin agar terdengar olehnya. Dan sekali lagi melambaikan tangan ke arahnya sambil mengelus kaki ku yang habis mencium tanah.

Lalu benar-benar mengayuh tanpa menoleh kebelakang lagi.

'venion daze, i'll miss it. Miss anything there. Many things i haven't known there. I'll ask many thing to nathan. I will"

*****

Holaa! Update lebih cepat karena bosan sudah mendorongku untuk berfikir kelanjutan cerita ini *plakk

Sorry alurnya masih lambat, tapi beberapa chapter lagi mungkin sudah bertemu dengan konfliknya ya.

See you in the next chap! :****

Vomment?

Briana's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang