Semuanya berjalan super lancar. Tak ada masalah apapun pada keluarga baru itu, kalaupun ada, pastilah hanya pertengkaran kecil.
Yaya, Ying, dan Thorn sudah pernah mengikuti Kaizo dan Halilintar untuk berburu durian. Momen paling menegangkan adalah, saat Halilintar berusaha membuktikan bahwa dirinya hebat.
Gadis cantik yang cukup gila itu memanjat pohon durian.
Gila? Ini bukan gila. Tapi tidak waras.
Lalu apakah dia berhasil? Sayang sekali, tapi dia berhasil memanjatnya dengan selamat. Hanya saat saja saat ingin turun, ada balon yang entah dari mana tersangkut di dahan yang Halilintar injak. Lalu... Duar. Kesehatan dan kewarasan Halilintar menurun drastis.
Keadaan keluarga ini tak boleh dipertanyakan lagi. Terlalu harmonis sampai terkadang membuat siapapun terkena darah tinggi. Ha ha, cringe.
Tak terasa, sudah setahun lamanya mereka berkeluarga. Ckckck, waktu memang tidak terasa.
Sudahlah, mari kita beralih pada pemuda yang sedang dimabuk cinta.
"Kak Nut, berapa hari lagi ulang tahunku??" tanya Pangeran Solar. Matanya yang berkilau mengerjap-ngerjap penuh pengharapan.
Sementara itu, Nut tampak tertekan.
"Pangeran, dalam sehari kau bertanya hal itu sebanyak 10 kali. Itu artinya, kau telah bertanya sebanyak 3.650 kali ditahun ini," balasnya.
Pangeran Solar mengerucutkan bibirnya. "Tapi aku tidak sabar...!" serunya tertahan.
Nut menghela napas. "Sabarlah, Pangeran. Ulang tahunmu tinggal beberapa bulan lagi. Sampai saat itu, berhentilah bersikap seperti anak kecil, mengerti?" katanya.
Pangeran Solar mengangguk-angguk. "Baiklah!"
***
Kembali pada keluarga Kaizo.
"Ayahanda benar-benar akan berangkat ke Negeri Seradeh?" tanya Halilintar dengan nada sedih.
Kaizo tersenyum kecil. "Ya, Halilintar. Ayahanda harus kesana, ini tentang bisnis dan keluarga kita," jawabnya.
"Ayahanda harus janji tak akan lama," kata Halilintar.
"Ayahanda akan langsung pulang jika semuanya selesai. Dirimu harus bisa menjaga diri. Jaga Mama dan kedua kakakmu, ya?" pesan Kaizo.
Halilintar hanya menunduk.
Tak lama, Yaya menepuk Pundak Halilintar lalu menatap Kaizo.
"Tenang saja, Ayah. Kami akan menjaga Putri Kecilmu sampai kau kembali. Asal kau berjanji akan kembali," kata Yaya. Tak ada yang menyadari, bahkan Yaya sendiri, bahwa ucapannya mengandung sedikit ancaman.
"Dan, oleh-oleh," tambah Ying sambil cengengesan. Gadis ini masih tak berakhlak rupanya.
Kaizo tersenyum. "Tenang saja," jawabnya singkat. Dia lalu berpaling kearah Thorn yang tersenyum manis. Kalau bukan karena di depan anak-anak, ia pasti sudah mencium istrinya itu.
Grep..
Thorn memeluk Kaizo dengan erat. "Pulang dari sana, jangan kau bawa perempuan lain, ya...," bisiknya.
Kaizo terkekeh pelan. "Tenang saja... Selera Diriku adalah yang luar binasa seperti Dirimu," balasnya.
Thorn lalu memandang suaminya. "Dirimu sedang memuji atau mengejek, Sayang?" tanyanya.
Kaizo tersenyum penuh arti. "Menghina, Sayang."
"Hoho, bisa saja kau, Sayang. Sekarang kau tampak seperti bajingan," balas Thorn dengan anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
CindeRuby
ChickLitSeorang gadis cantik baru saja kehilangan ibunya. Sang ayah berusaha mendukung dan menghiburnya. Akan tetapi, kepergian sang ibu menimbulkan kerusuhan. Tiba-tiba sosok Pangeran muncul di tengah-tengah kerusuhan. Ia jatuh hati dengan gadis itu. Namun...