“Aku sudah gak bernyawa dari lama,”
Kala mengingat satu kalimat dari laki-laki yang mengetahui tempat asalnya, laki-laki studio foto. “Kembali kesini akan sangat ruam, lebih menyakitkan daripada kamu berserah dan diam saja di sana. Makanya, kamu butuh teman untuk melewati semuanya. Semoga sebelum waktumu habis kamu bisa menemukan teman itu, dan berhasil dengan semua rencana-rencanamu.” Tanpa berpikir panjang, perempuan itu meletakkan tangannya di pundak laki-laki itu, “Deka, kamu mau bantuin aku?,” ucapnya sambil membiarkan matanya berkaca-kaca. Penuh dengan air mata yang ia tahan. Tiba-tiba ponsel dari saku celana laki-laki itu berdering, ia langsung mengangkat telpon yang masuk di ponselnya, “Halo,” ucapnya. Jeda sebentar, “Rumah sakit?,” lanjutnya. Lalu laki-laki itu langsung berdiri dari tempat ia duduk, sambil menggenggam tangan perempuan itu, mereka berlari tanpa perempuan itu tahu mereka akan kemana.
Mereka melewati jalanan penuh rumah-rumah, jalan tikus, agar cepat sampai. Lalu mereka melewati jembatan yang ketika malam tiba akan indah sekali dipandangnya. Dan tibalah kaki mereka di depan sebuah rumah sakit. “Aku gak tahu kamu mau gimana sebentar lagi di depan Kala yang asli,” ucapnya sambil terengah-engah. “Aku Kala!,” jelas perempuan itu. “Iya aku tahu kamu Kala, tapi Kala ada di dalam, dia pingsan,” ucap Deka. “Aku gizi buruk,” ucap Kala sambil menatap sepasang kaki yang terluka. “Maksud kamu?!,” bentak laki-laki itu merasa tidak mengerti dengan perkataan perempuan itu sedari tadi. “Dokter akan bilang kalau aku gizi buruk. Dan setelah itu kamu harus percaya dengan apa yang aku katakan.”
Setelah mendengar hal itu dari mulut perempuan aneh di depannya, Deka langsung lari mencari-cari perempuan yang ia cintai di ruang unit gawat darurat. Perempuan dengan tubuh mungil itu terbaring di ranjang rumah sakit, bibirnya membiru sama persis dengan yang terjadi pada perempuan aneh itu tadi. Seorang dokter berdiri tepat di sebelah kasur Kala, laki-laki itu menyapanya dengan mempertanyakan keadaan Kala. “Saudari Kala terkena gizi buruk, mohon diatur pola makannya, dan berikan makanan dengan gizi yang cukup,” jawab dokter itu sembari tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal karena masih banyak pasien yang membutuhkannya. Lalu laki-laki itu memikirkan apa yang perempuan tadi bicarakan, ia semakin mempercayai apa yang perempuan itu katakan. Laki-laki itu meninggalkan Kala dan berlari mencari perempuan aneh yang mirip sekali dengan Kala. Seorang perempuan terduduk di kursi tunggu rumah sakit memakai topi berwarna hitam yang hampir tidak memperlihatkan wajahnya. Laki-laki itu duduk di sebelah perempuan itu, perlahan perempuan itu menyadari keberadaan laki-laki itu dan ia mulai membuka pembicaraan, “Gimana keadaanku?,” ucapnya. “Sama seperti yang kamu katakan,” jawabku. “Lalu kamu akan percaya padaku,” ucap perempuan itu. “Aku percaya dengan apa yang kamu katakan. Tapi beritahu aku dari mana asalmu,” jawab laki-laki itu. “Aku dari tartarus.” Jawabnya.
YOU ARE READING
TARTARUS | Perjalanan Menembus Waktu
FantasyPernahkah kamu menembus waktu?, sekarang ganti saja pertanyaannya dengan: Lebih baik tidak tahu apa-apa atau mencari tahu kebenerannya meski akhirnya juga akan terluka?.