A in Damhwan

300 34 16
                                    

Asli! Yedam nggak bisa tidur semalaman suntuk. Badan yang dia harap bisa istirahat untuk menghadapi hari besar besok malah mondar-mandir ke kamar mandi karena perutnya mules. Fyi, ini bukan jenis mules karena mau berak, tapi lebih mules karena deg-degan dicampur gugup campur khawatir.

Saking seringnya gedebak-gedebuk bolak-balik dari kamar tidur ke kamar mandi, Mama sampai ikutan bangun dan bilang, "Kamu besok tuh mau ngelamar Junghwan tapi kok gejalanya malah kayak mencret begini ya? jangan-jangan ini pertanda besok Junghwan ngusir kamu, Dam."

Tuh... Ibu-ibu emang ya! kebiasaan negative thingking mulu.

"Ya masa di usir, Ma... kalaupun Junghwan nolak juga pasti ngomongnya halus, Junghwan kan softie nggak kayak anak Mama." yang ini komentar Papa sama aja nyebelinnya, dateng-dateng langsung nyaut. Nggak heran mama sama papa Jodoh. Kompak banget bikin Yedam makin panik yang ujung-ujungnya menambah frekuensi Yedam ke kamar mandi.

Efek dari semalaman nggak tidur --termasuk Mama sama Papa yang akhirnya juga nggak bisa tidur-- mereka semua jadi terlambat bangun banget hari ini. Yedam harus melajukan mobil ke beberapa jalan tikus untuk mempersingkat waktu perjalanan. Beberapa kali terdengar teriakan mama yang duduk di kursi belakang, Papa juga beberapa kali menggeplak kepala Yedam karena hampir nabrak pengguna jalan lain.

"Jangan sok ngayal mau nyupir mobil kaya Lewis Hamilton, nggak cocok! kamu balap karung aja kalah!" kata Papa sambil lagi-lagi menggeplak kepala Yedam.

Untungnya, setelah hampir satu jam cosplay jadi pembalap mereka sampai di depan rumah Junghwan. Yedam baru bisa menghembuskan napas lega mendapati rumah berpagar  biru itu sudah terlihat di depan mata. Setidaknya Yedam tidak terlambat sampai dirumah Junghwan -- hampir sih, tapi belum--

Acara berlangsung sederhana, karena Yedam dan Junghwan memang berencana melaksanakan lamaran dengan simple dan sederhana. hanya pertemuan kedua belah pihak keluarga yang lebih seperti makan-makan dan ngobrol santai. tapi tetep aja Yedam deg-degan setengah mati!

"Cincin nggak ketinggalan kan, Dam?" bisik Mama membuat Yedam panik dan langsung merogoh saku celana, lagi-lagi bernapas lega saat merasakan sebuah kotak cincinnya di dalam sana.

"Aman, Ma." Jawab Yedam sambil mengankat jempol, Mama dan papa langsung ikut menghela napas lega.

"Halo, Ibu, Pak..." Terlihat Bunda Junghwan keluar diikuti sang Ayah menyambut dengan ramah. Meskipun orang tua mereka tidak terlalu sering bertemu, Yedam sangat bersyukur mereka bisa dekat dan nyambung kalau ngobrol, terbukti sekarang mereka sudah mulai ngomongin politik. Ini kalo nggak ada yang menengahi acara lamaran ini bisa berubah jadi debat partai.

Yedam terlalu sibuk mengamati para orang tua yang mengobrol sampai nggak sadar kalau ada sosok lain yang muncul dari dalam dan menyambut kedatangannya dengan senyum lebar.

Ya elaaaah.... manis amat sih ni orang? calon siapa sih ini? Ya calon Yedamlah

Junghwan menaikkan alisnya melihat Yedam menganga menatapnya yang langsung membuat Yedam salah tingkah senyum-senyum sendiri. 

Dan tanpa terasa, waktu berjalan cepat, dan entah bagaimana mereka sampai pada inti acara. Yedam susah fokus selama acara berlangsung, dia bahkan belum kemasukan makanan apapun. Jangankan makan, minum aja Yedam rasanya mau keseleg. Tenggorokkannya seakan nggak mau mencerna apapun. Berulang kali Yedam menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sesekali dia menggoyang-goyangkan kaki dan tidak bisa fokus dengan apa yang para orang tua bicarakan.

Tapi tiap kali matanya bertemu dengan matanya, mata kekasih manisnya yang hari ini mengenakan kemeja biru dengan renda di ujung lengan dan celana kain senada, rambut di biarkan tersisir rapi tapi sederhana, menampilkan sedikit dahinya yang indah. Yedam bisa tersenyum tenang hingga lupa semua keguguppannya. Jadi dia putuskan untuk terus melihat Junghwan sampai waktunya dia bicara.

"Hmmm.... Saya..." Tetap saja, saat dipersilahkan bicara Yedam agak terbata-bata. "Saya ke sini... untuk.. hmmmm..." Aduh! Sepertinya lamar-melamar bukan talentanya! Tapi dia harus. Junghwan harus jadi pasangan sehidup sematinya! Yedam kamu BISAAA!!

Berulang kali Yedam mencoba menyusun kalimat yang sudah dia hapalkan sejak seminggu lalu, tetapi dia tetap terbata-bata, sampai akhirnya dia mendengar Junghwan berdeham menarik atensinya dan tersenyum begitu tulus kemudian berbicara tanpa suara, "it's okay... pelan-pelan."

Yedam menatap sosok Junghwan yang menjadi sumber berdegupnya jatungnya, menunggu sampai Yedam benar-benar siap, dia menarik napas dan berkata, "Sebelum saya menyatakan lamaran saya, Saya mau menyampaikan beberapa kalimat dulu, semoga seluruh keluarga yang hadir disini tidak keberatan, karena jujur melamar Junghwan sudah jadi impian saya semenjak saya bertemu dengan Junghwan...."

Tatapan Junghwan semakin lembut, mendengarkan dengan seksama kata demi kata yang Yedam sampaikan, "Selama ini saya bahagia punya Mama dan Papa yang hebat yang selalu menuntun saya sampai sekarang, Dan kehadiran Junghwan dalam hidup saya bikin kebahagiaan saya jadi berlipat-lipat ganda... Saya bahagia banget kamu ada dalam hidup saya. Awal pertama kita ketemu saya sudah yakin kamu bisa jadi sumber kebahagian saya, melengkapi hidup saya yang tadinya cuma ikut arus seakan nggak punya tujuan jadi punya impian yang ingin saya tuju, tentunya berdua sama kamu."

Ada jeda sebentar untuk Yedam menarik napas  sebelum dia melanjutkan, "Saya nggak tau nanti kedepannya kehidupan kita bakal seperti apa. Mungkin ada saatnya kita susah, mungkin bertengkar, tapi saya pastikan satu hal ini, kalau sama Junghwan susah pun saya pasti akan merasa bahagia, karena cukup dengan kehadiran kamu aja, bisa bikin saya bahagia banget. Jadi saya mau pastikan kalau hidup saya nantinya untuk selalu berusaha membuat kamu bahagia juga."

Junghwan tersenyum, masih mendengarkan dan menunggu sampai Yedam memberikannya pertanyaan inti dilaksanakannya acara ini,

"Junghwan, kamu mau nikah sama aku?"

Hangat.

Senyum yang Junghwan berikan terasa hangat dan membuat Yedam merasa menjadi orang paling beruntung di dunia ini.

Perlahan-lahan Junghwan mengangguk, tersenyum pada kedua orang tuanya sebelum kembali menghadap pada Yedam dan menjawab, "Mau, Kak. Junghwan mau nikah sama Kak Yedam."


DamHwan MBTI : MNKH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DamHwan MBTI : MNKH

In Love With DamHwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang