Yang pertama Yedam rasakan dipagi-pagi buta saat keluar dari rumah adalah dingin, yang kedua adalah tenang... atau mungkin sepi, hanya suara serangga bersautan di kejauhan yang terdengar, belum ada orang yang mau memulai hari mereka di jam 5 dini hari, mungkin karena terlalu dingin, mungkin juga karena selimut mereka terlalu nyaman untuk ditinggalkan.
Yedam duduk di bangku teras, kakinya dia tekuk keatas untuk memberi sedikit kehangatan. Pagi seperti ini adalah salah satu hal yang di sukai seorang Yedam, suasana masih gelap tapi tidak sepenuhnya gelap karena ada sedikit cahaya datang sebelum fajar, menerangi dinding-dinding rumah, lampu malam masih menyala remang tapi tidak menyilaukan.
Yedam menarik napas, udaranya sedikit lembab tapi menyegarkan, dia membiarkan paru-parunya terisi dan menahan udaranya kemudian memejamkan mata untuk sekedar menikmati suasana sepagi ini, menghitung satu-dua-tiga dan menghembuskan napas kemudian membuka matanya.
"Kak Yedam?" suara seseorang menyapa.
Junghwan muncul dari balik pintu dan menyalakan semua sakelar lampu, berdiri dengan mata berkedip-kedip berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya putih yang terlampau terang dari lampu neon.
"Kok bangun?" tanya Yedam menurunkan kaki yang dari tadi dia tekuk keatas.
Junghwan berjalan mendekatinya, masih dengan mata yang disipitkan karena belum juga terbiasa dengan cahaya lampu yang dia nyalakan sendiri, "dingin..." jawab Junghwan kemudian mengambil tempat duduk di samping Yedam, "Kamunya aku cari juga udah nggak ada. Jadi makin dingin."
"Mau tidur lagi?"
Bibir Junghwan mengerucut, dahinya berkerut tepat di antara kedua alisnya, tampak sedang menimbang-nimbang, haruskah dia kembali tidur atau tidak, tapi sedetik kemudian dia menggeleng dan berkata, "kayaknya udah nggak ngantuk juga sih kalo mau ditidurin lagi."
Yedam mengangguk, tangannya menarik kepala Junghwan untuk dia sandarkan ke bahunya, membiarkan Junghwan mencari posisi nyamannya kemudian mengusap-usap punggung dan tengkuknya.
"Kamu kenapa suka banget bangun pagi-pagi begini sih, kak?" tanya Junghwan, tangannya melingkar nyaman di pinggang Yedam.
"Nggak apa-apa, seger aja, sama tenang juga."
"Tapi dingin banget..." gumam Junghwan pelan.
Yedam menunduk menatap Junghwan, pipinya sedikit memerah karena kedinginan. udara di sini memang terasa sedikit lebih dingin akhir-akhir ini. Dia ulurkan tangannya yang bebas untuk menyentuh pipi Junghwan. "You're freezing."
Junghwan mengankat tangannya, ingin juga menyentuh pipi Yedam. "So are you."
"Tapi aku udah biasa, kamu enggak." Yedam menarik Junghwan lebih dekat kedalam pelukannya. "are you warm enough?"
"No, I hate being cold," gerutu Junghwan, menyandarkan kepalanya makin dalam pada ceruk leher Yedam.
"Tadi siapa yang ditawarin tidur lagi nggak mau? Padahal kalo mau pasti sekarang udah anget selimutan."
Bibir Junghwan kembali mengerucut, tangannya memukul lengan Yedam pelan, Yedam hanya terkekeh, menciumi rambut Junghwan.
"Tapi aku suka kamu benci sama dingin." Kata Yedam setelah kekehannya berhenti.
"Kok?"
"Hmm... because I get to make you warm. I love making you warm." Jelas Yedam melingkarkan tangannya di sekitar Junghwan lagi.
"Cheesy..." ejek Junghwan, tapi ujung bibirnya sudah melengkung keatas membentuk senyuman.
"You like it tho."
Yedam tidak tahu jam berapa sekarang, tapi yang dia rasakan adalah hangat. Mungkin dari sinar matahari yang akhirnya terang bersinar atau mungkin dari Junghwan, toh kekasihnya ini selalu bisa membuat tubuh, hati dan pikirannya jadi hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love With DamHwan
Romance[DamHwan] DamHwan drabbles! Pairing : Bang Yedam/So Junghwan (DamHwan) Warning: BxB