Bab 2

104 14 1
                                    

"Apa bagimu, aku ini mirip tukang jagal. " celetuknya sambil menatap ke arah babunya yang tengah salah tingkah.

Dan tanpa rasa bersalah sama sekali si babu berkata, dan mengiyakan majikannya, di pecatpun gak masalah toh gajihnya sudah ia terima jadi tak ada ruginya sama sekali.

Seakan tahu dengan isi hati sang babu, Si majikan menyeringai di wajah dinginnya kemudian dia memperhatikan tingkah laku babunya di depannya dengan wajah datat mencurigakan .

"Kamu pikir, kamu akan mudah keluar dari pekerjaan ini,"ucap pria itu dengan senyuman misterius tapi terlihat seperti ejekan.

Seolah bak tersambar petir, Gadis itu pura -pura bego aja di hadapan tuannya.

"Tuan berpikir apa, saya tidak berniat keluar. "ucapnya dengan sedikit nada bohong yang amat sangat kentara.

"Baguslah,kerja saja  yang benar,dan jangan pernah berpikir untuk cari kerjaan lain di luar,"perintahnya dengan nada mengimintimidasi,yang mengharuskan Naruto menurut meskipun tak mau.

Naruto bergerutu  pelan,seharusnya dia tidak tergoda dengan dp uang yang begitu besar,hanya karna uang dia harus merelakan masa lajangnya kerja di kediaman yang dingin dan mencengkam horor.

Bukan karna horor ada hantunya,tapi horor dengan Penghuninya yang amat sangat menyiksa mata sucinya.

Dengan nada sedikit putus asa,Narutopun melanjutkan pekerjaannya,setelah keluar dari ruang kerja tuannya,hpnya berdering ternyata ada panggilan dari adiknya Menma,yang membuatnya enggan mengangkat tlpn itu,gara-gara pemuda pemalas itu dia terjebak di pekerjaan yang menyangkut nyawanya.

"Kenapa bocah tengil,kau cari masalah lagi."ucap Naruto setelah mengangkat telepone dari sebrang sana.

Terdengar helaan nafas khas pemuda di sebrang sana.

"Butuh uang kak."

Amarah Naruto tersulut ,kemudian dengan emosi tersulut dia memarahi pemuda di depannya,seakan pemuda itu memang berdiri di depannya.

Tangannya mencak mencak,memeragakan kelakuannya jika berhadapan dengan adik sialanya itu ,tangannya memijat keningnya sedikit pening.

"Tak bisakah kau bekerja sendiri,kau tau kakakmu di sini kerja rodi,duit dari mana,kalau ngak kerja ndak usah boros-boros kau"pikir Naruto,niatnya dia ingin berkata seperti itu ,tapi dia gak nyaman bagaiman kalau ada yang dengar omelannya di rumah besar yang suara kentutpun bisa menggema,eh dink bercanda ,maksudnya mata dan telinga orang yang suka bergosip ada di mana -mana.

"Ck."Naruto berdecak sebal ke adek bujangnya yang super duper nyebelin dan borosnya minta ampun.

"Kamu belajar cari duitlah, gak usah minta  kakakmu terus, Gimana udah gede entar, kamu  udah dewasa  menma, tanggung jawab seharusnya ada di bahu kamu, gimana kalau kakakmu ini mati mendadak  kau mau minta sama siapa, untuk ini ter akhir kali kakak ngasih duit, setelah itu cari sendiri, "Ketus Naruto,  yang di tanggapin nguap yang super bikin kesel Naruto hampir mati keselek ludah nya sendiri, bagaimana adek  brengseknya itu malah nguap dengan suara gede di sebrang sana, dasar anak jahanam bin syaithon.

Naruto mematikan hpnya.Dia ngedumel, kalau bisa dia, mau ngirim bocah tak guna itu ke medan perang  ,gak papa balik tinggal nama juga yang penting dia ada guna dan nyusahin terus.

Bocah tengil brengsek ber badan besar itu, kalau bukan  adek kandung nya udah di doakan biar ke sambar gledek dia.


Eh malah dia yang jantungan pasalnya tuan mudanya sudag berdiri menyender di belakangnya.

"Setan, emang setan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setan, emang setan. "latah Naruto yang langsung kena tatapan tajam, bosnya itu.

"Apa saya  di dedapan kamu mirip syetan. "

Naruto  gelapaan cari alasan, mulut latahnya memang tidak bisa di lakban jika dia di kagetkan, sumpah dia gak sengaja mulutnya mengucapkan itu,

"Anda salah dengar tuan, "hehe balas Naruto agak gelagapan, yang jelas-jelas menunjukan kesalahannya.

"Benarkah?"pertanyaan yang menggambarkan si korban gak percaya.

"Iya tuan, Saya permisi du-

Omongan  Naruto terpotong saat tuan muda yang iya sebut setan itu menarik gaun kerjanya dari belakang.

"Tunggu dulu. "Perintah si majikan misterius, Yang mau tak mau membuat Naruto kembali berbalik ke arah tuan mudanya atau tuan bangkotannya ya awokwok, entahlah dalam pikirannya ada sedikit mengutuk tuan muda keriputan itu di hatinya.

"Iya tuan. "

"Ambilkan, beberapa helai pakaian kedalam koper, dan bawa kesini. "perintahnya lagi, Tunggu dulu ada yang aneh nih, sangat aneh selama ini tuannya yang satu ini paling ribet dan anti jika para babunya memasuki kamar pribadinya, tapi sekarang dia malah menyuruh nya, menyuruhnya bukan pelayan lainnya.

Sebelum protes lagi, tuannya menatap nya amat sangat tajam ,dan iya  yang keras kepala akhirnya menuruti kemauan tuan muda tapi bangkotan itu, dengan perasaan penasaran membuncah.

Selama ini kan tuannya rada misterius, beberapa kali pelayan yang memasuki kamarnya  besoknya di temukan tewas apa iya juga akan jadi target selanjutnya  .

Bukan tewas mati, tapi tewas di depak dari pekerjaannya tanpa pesangon.
Apa iya juga akan di perlakukan begitu.

Menghela nafas berat, dalam hatinya dia berniat demo, jika benar-benar di berhentikan alias di phk tanpa alasan yang amat sangat jelas.

Naruto,memasuki kamar yang bernuansa hitam putih itu, tidak ada warna dam corak lain, selain kedua warna itu, benar-benar monoton seperti pemilik kamarnya, yang berwajah datar tanpa ekspresi, memang benar ya jika kamar itu mencerminkan keperibadian seseorang.

Dan pas melihat isi ruangan pakaian milik tuannya yang megah itu, warna nya sama  di dominan oleh warna hitam dan putih, dan ada beberapa warna biru dan cream yang bisa di hitung bulu hidung jumlahnya.

Naruto memilah beberapa pasanga sepatu, baju, celana panjang, celana dalam, masa enggak iya gak pilihkan mau gak ganti itu sangkar burung eh.

Naruto menggelengkan kepalanya, otaknya tidak waras sama sekali, bisa - bisanya dia berpikiran asusila seperti itu, dan itu kepada bosnya yang tadi  pagi baru saja membulynya.

"Astaga, "Naruto terjenggkang kaget ketika melihat bosnya sudah ada di belakang badannya, kenapa dia hoby sekali mengagetkannya .

"Sudah selesai menghayalkan 'barang' saya. "

"Hah. "

Naruto cengo,dia sadar ketika pas melihat tatapan mata bosnya kemana .

"Tuan, itu bukan seperti yang tuan bayangkan. "

Tuan mudanya itu memepet Naruto yang masih lesehan di lantai ketembok bathroomnya.

"Tidak usah di bayangkan, bagaimana kalau praktek saja langsung. "desis tuan mudanya dengan suara rendahnya 

My Maid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang