Dua puluh tujuh, adalah usia yang masih tergolong muda, bukan?
Setidaknya begitu menurut Haechan, yang menganggap usia di bawah kepala tiga masihlah bisa disebut sebagai usia muda untuk seorang perempuan seperti dirinya.
Tapi tidak bagi keluarganya, yang menganggap bahwa Haechan adalah seorang perawan tua yang tak kunjung mendapat pasangan, juga pekerjaan yang stabil. Perempuan yang menganggap dirinya sendiri sebagai sosok introvert itu memang tidak bisa berkutik ketika orang tua dan saudaranya menanyakan perihal kekasih dan pernikahan. Ia sulit menyanggah pemikiran mereka yang menikah di usia relatif muda, di saat dirinya hanya ingin hidup di zona nyamannya sekarang. Bekerja, mencari hiburan melalui drama dan musik, beribadah, tanpa perhatian dan kekangan dari orang lain.
Yah, bisa dibilang, Haechan adalah produk nyaris gagal di antara keluarganya. Perempuan itu hanyalah sosok biasa, yang tidak pernah mengharumkan nama orang tuanya ketika duduk di bangku sekolah, yang terlambat lulus ketika kuliah, juga tak mendapat pekerjaan yang stabil setelahnya. Ironis memang, tapi mau bagaimana lagi, Haechan telah menyerahkan nasibnya pada yang maha kuasa.
Berbicara tentang nasib, ia tidak tahu harus bagaimana menyikapi peristiwa yang terjadi pagi tadi. Entah gelombang bencana dari mana, sekelompok orang yang tidak ia kenal mengunjungi kediaman orang tuanya, tempat ia tinggal. Orang-orang itu mengenakan pakaian yang elok, membawa barang-barang berbentuk kotak dan semacamnya di depan dada, serta memiliki senyuman cerah di wajah mereka. Haechan yang hanya mengintip dari balik jendelanya lantas bingung. Apa orang-orang itu salah alamat?
Namun dugaannya meleset ketika sang kakak ipar masuk tanpa permisi ke kamarnya, dengan tergesa dan panik menyuruhnya berganti pakaian, lalu dengan cekatan menaburkan make-upnya ke wajah Haechan yang jarang tersentuh benda semacam itu. Ia telah bertanya berkali-kali pada kakak iparnya, mencoba mengonfirmasi asumsi buruknya, tapi kakak iparnya justru menjawab dengan kalimat yang sama sekali tidak ia mengerti. Hingga pada akhirnya, Haechan terjebak di antara ibu dan kakak iparnya, duduk berlesehan di atas karpet mahal yang dibeli oleh kakak pertamanya, menyimak sesuatu yang bahkan tidak dipahami oleh Haechan. Setelah beberapa waktu duduk dan memasang telinganya dengan benar, Haechan akhirnya mengerti bahwa saat itu, acara yang tengah berlangsung di kediaman orang tuanya, adalah acara lamaran.
Acara lamaran, di mana pihak keluarga laki-laki datang ke kediaman pihak keluarga perempuan, mengajukan permintaan untuk meminang anak perempuan mereka.
Anak perempuan mereka, hanya ada satu. Hanya Haechan seorang.
Tidak memiliki kesempatan untuk mengajukan protes, Haechan seperti orang yang ling-lung ketika ibu dan kakak iparnya membimbingnya untuk melakukan ini dan itu, hingga ia mendengar bahwa lamaran itu telah disetujui dan akan ditindaklanjuti dengan acara pernikahan satu pekan kemudian.
Kaget? Jelas. Lebih dari itu, Haechan merasa kecewa. Kecewa pada dirinya sendiri, pada ibunya, pada ayah, pada dua kakak serta istri mereka, pada pohon dan ranting yang tertiup angin dengan gemulai, seolah ikut berbahagia atas nasibnya.
Sungguh, Haechan ingin menolak dan memperjelas keadaannya, tetapi setiap kali hendak menyuarakan pendapat, ada saja hal yang membuatnya bungkam, entah terpotong omongan sang ibu, kakak iparnya, atau dari kerabatnya. Hari itu ia memang bangun agak siang, dan masih berharap bahwa kejadian itu adalah bagian dari mimpi buruknya, tapi saat tujuh hari berlalu, ia sadar bahwa itu bukan mimpi. Itu kenyataan, dan ia dengan sangat amat terpaksa harus menghadapinya, mengubur semua protesan dan pembelaan sia-sia yang bahkan tidak akan didengar oleh siapa pun.
***
MARK
Markah Juang, 33 tahun, pegawai di salah satu BUMN terkemuka.
HAECHAN
Haechantika Soedibja, 27 tahun, karyawan toko album dan dvd.
Cr foto Mark: on pict
Cr foto Haechan: pinterest.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER M | Markhyuck GS
FanficPernikahan tidak pernah menjadi bagian dari rencana masa depan Haechan. Namun dirinya harus menghadapi hal itu karena keinginan orang tuanya yang tidak bisa ia hindari. Ia akhirnya terikat dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali. Sa...