[6] After That Night

1.2K 87 0
                                    

Haechan mengira, setelah Mark "membobol" dirinya, sikap lelaki itu akan sedikit melunak, namun nyatanya tidak.

Terbukti saat keesokan harinya, di mana Haechan berpikir ia dan suaminya akan menikmati waktu bersama dengan bahagia, seperti jalan-jalan berkeliling kota dan kencan lagi, perempuan itu justru mengawali harinya dengan panik.

Mark tidak ada di sisinya ketika ia bangun, pun di ruangan lain di rumah itu. Haechan berkali-kali menelepon suaminya, tapi tidak ada satupun respon yang datang. Terbesit di pikirannya untuk menceritakan itu pada ibu mertuanya, tapi ia tidak ingin mereka khawatir. Jadilah hari itu, Haechan mencoba mendistraksi pikirannya dengan hal lain, seperti bebersih rumah dan memasak, agar asumsi terhadap keberadaan suaminya yang tiba-tiba menghilang tanpa pamit itu enyah dari otaknya. Tapi, ketika jarum jam menunjuk angka sebelas di malam hari, kekhawatiran Haechan semakin meningkat. Ia terjaga selama waktu itu, hingga dua jam setelahnya, suara deru mobil yang memasuki pekarangan sedikit membuatnya lega. Haechan hanya berharap itu adalah kendaraan yang menampung suaminya.

Karena terlalu bersemangat, Haechan segera keluar rumah, memastikan siapa gerangan yang muncul dari mobil tersebut. Dan ketika melihat sosok Mark dengan pakaian kantor yang agak berantakan, Haechan merasa lega sekaligus khawatir. Terlebih melihat cara berjalan Mark yang sempoyongan, ia tahu ada hal yang tidak beres dengan suaminya.

"Kak Mark habis dari mana?" Haechan hanya terlalu ingin menuntaskan rasa penasarannya, jadi ia bertanya. Namun sia-sia, sebab sang suami tidak menjawab dan hanya melenggang masuk ke dalam rumah, mengabaikan istrinya.

Mendapati aroma alkohol menyeruak, Haechan mengerti Mark pasti tengah mabuk. Ia hanya mengekori suaminya yang berjalan menuju kamar utama mereka, dan langsung menjatuhkan diri di atas ranjang. Haechan tersenyum kecut, tapi tetap merapikan sepatu dan tas yang berserakan, serta membantu sang suami melepaskan dasinya. Selama proses itu, Mark hanya terpejam tanpa acuh, tapi ketika Haechan berhasil membuka satu manik kancing teratas kemeja suaminya, lelaki itu mencengkeram tangan Haechan.

"Lo mau ngapain?" Mark berucap dengan suara rendah dan mata menyipit, perlahan menarik tangan Haechan mendekat ke arahnya.Sadar akan hal itu, Haechan hanya bisa mencoba menahan tubuhnya agar tetap menjaga jarak normal dari sang suami, tapi Mark tidak mengizinkan usaha perempuan itu berhasil, sehingga pada akhirnya wajah Haechan mendarat di dada bidang Mark.

"Aku cuma mau bantuin, Kak." Haechan yang awalnya ingin melepaskan diri dari pelukan Mark terpaksa diam tak berkutik ketika sang suami menampar pantatnya dengan keras. Dari posisi itu, Haechan bisa menghirup aroma keringat khas Mark bercampur colognenya.

"Bantuin yang di bawah aja," ucap Mark kemudian, membuat Haechan menggigit bibir bawahnya saat merasa lelaki itu membawa tubuh mereka menyatu, dengan Haechan yang berada di atasnya. Mark tak tinggal diam, ia menggerakkan tubuh mereka dengan pusat tubuh yang saling bergesekan, dan tanpa perlu ditunda, Mark membawa keduanya melakukan kegiatan semalam lagi. Bedanya, ia berada di bawah pengaruh alkohol, dan Haechan merasa begitu kewalahan menghadapi lelaki mabuk itu.

Beruntungnya, di pagi hari Haechan bangun dengan keadaan yang tidak begitu buruk dan tidurnya pun lelap. Tapi lagi-lagi, ia tidak mendapati sosok sang suami yang seharusnya berada di sisi lain ranjang yang ia tempati. Dengan segera Haechan membersihkan diri, berusaha menghapus banyak jejak yang rupanya ditinggalkan oleh Mark di tubuhnya. Tapi sia-sia. Bekas merah keunguan yang tertinggal di tubuh perempuan itu tidak mudah menghilang, seolah mengejek usaha Haechan yang telah berkali-laki menggosok permukaan kulitnya. Mengabaikan hal itu, Haechan mengakhiri mandinya, menyusuri rumah untuk mencari keberadaan suaminya. Begitu hasilnya nihil, Haechan mengintip garasi, menemukan kendaraan beroda empat di sana, yang menunjukkan kemungkinan bahwa suaminya tidak meninggalkan rumah. Haechan kemudian menyadari eksistensi ruangan di sebelah kamar utama yang selalu terkunci dan berkonklusi bahwa suaminya ada di sana. Jadi Haechan beralih ke dapur untuk memasak sarapan paginya yang cukup telat karena matahari telah meninggi.

AFTER M | Markhyuck GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang