Chapter 3

557 60 22
                                    

Hanya beberapa detik saja, Indonesia sudah sampai ke pintu gerbang taman. Disana ada Malaysia yang menunggunya.

"Indo, kau kemana saja? Aku kaget kau tidak ada disini. Kau pergi meninggalkan ku sendirian. Kenapa kau meninggalkanku? Apa kau sedang mengejar monyet?" ucap Malaysia.

"Kau pergi terlalu lama. Aku sudah menunggu 20 menit disini dan kau tak kunjung datang, jadi aku berjalan sendiri saja" balas Indonesia kepada Malaysia.

"Oh begitu ya, kukira kau sedang mengejar monyet. Karena monyet disini berbeda dengan monyet di kerajaan mu. Monyet disini nakal, bahkan mereka pernah mencuri buah yang sudah aku dapatkan dengan susah payah. Kalau monyet di kerajaan mu kalem, bahkan mereka mau memberikan buahnya, berbanding terbalik dengan yang ada disini" ucap Malaysia dengan panjang lebar.

"Aku memang melihat beberapa monyet, tetapi mereka tidak nakal, mereka malah terlihat kalem dan pendiam. Bahkan mereka memberikan sebuah apel untukku, mereka tidak seperti yang kau katakan" ucap Indonesia.

"..............."

"Tentu saja, mereka tidak nakal karena mereka takut denganmu wahai sepupuku yang suka mengigau. Orang saja takut dengan mu, apalagi monyet. Lagipula siapa yang tidak akan takut kalau kau memberi mereka tatapan tajam seperti itu? Mana aura mu juga sangat pekat. Oh, sekarang aku mengerti kenapa monyet di kerajaan mu kalem semua, kenapa aku tidak menyadari nya dari awal ya?"  batin Malaysia.

"Ya...mungkin saja mereka sedang kelebihan makanan, kau tahu sekarang musim buah kan?" Ucap Malaysia dengan batin yang masih meringis.

"Sudahlah, sekarang sudah jam makan siang. Ayo cepat kita makan. Koki di kerajaan ini masakannya enak lho" sambung Malaysia.

Mereka berjalan ke istana untuk makan. Mereka sampai di ruang makan dan sudah terhidang makanan mewah disana. Ada berbagai macam daging seperti ayam, ikan, sapi, dan ada sayur, buah, dan tak lupa nasi. Tanpa nasi, artinya belum makan.

Mereka memakan makanannya. Malaysia memakannya dengan lahap, sedangkan Indonesia memakannya dengan tenang.

Malaysia merupakan tipe yang bisa dibilang santai dan tidak suka diatur sama seperti remaja kebanyakan, dan di ulang tahunnya ini ia akan menginjak usia 15 tahun jadi ia masih dibawah umur. Tetapi tentu ia tahu tata Krama kepada orang lain, ia bersikap formal bila dengan orang yang ia tidak terlalu kenal atau yang derajatnya lebih tinggi, tapi kalau dengan orang yang sudah dekat atau dengan rakyatnya sendiri ia akan bersikap biasa.

Indonesia lebih kalem dan lebih sopan. Karena ia sudah dewasa, umurnya sudah 18 tahun jadi ia harus tahu tata Krama, dan karena tidak lama lagi ia akan ditunjuk menjadi seorang raja maka ia harus bersikap layaknya seorang raja. Walaupun begitu, ia tidak suka menunggu lama atau berdiam diri terlalu lama. Ia juga bisa dibilang agak malas, ia tidak suka dengan belajar, latihan atau semacamnya. Ia lebih suka tidur atau berjalan-jalan.

Indonesia ingin mengatakan tentang penemuannya tetapi ia lebih baik diam saja untuk saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
Malam pun tiba dan Indonesia bersiap untuk tidur. Namun ia belum bisa tidur. Lilin masih menyala di samping kasurnya sebagai penerangan, ia berbaring sambil melihat penemuannya tadi.

Ia menatap batu itu lamat-lamat. Batu itu tidak seperti batu lain yang berbentuk oval atau lonjong, tetapi batu itu bulat sempurna, seakan-akan batu itu bukanlah batu alami dan dibuat dengan campur tangan seseorang. Setelah dilihat lebih jelas, ada tulisan di batu yang ia temukan itu. Sebuah tulisan aksara kuno.

Indonesia melihat tulisan tersebut menyimpulkan kalau tulisan ini adalah mantra sihir lama yang ditulis dengan aksara kuno. Indonesia bisa membaca tulisan tersebut, kemudian ia mulai membaca dan merapalkan mantra tertulis tersebut.

Good Morning Mr. PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang