A Need

7.2K 408 30
                                    

Ringkasan:

Setelah semua orang mendapat giliran untuk memeluk atau memukul Kim Dokja, Yoo Sangah menggiring semua orang untuk keluar dari kamar rumah sakit Kim Dokja. Semua orang protes, tetapi hanya dengan gerakan tangan Yoo Sangah yang menunjuk Yoo Joonghyuk. Itu membuat semuanya terdiam dan setuju untuk keluar dari kamar Kim Dokja.

Yoo Sangah tahu pikiran Kim Dokja, bahwa dia ingin ditinggalkan didalam untuk sementara waktu bersama Yoo Joonghyuk. Yoo Sangah juga tahu betapa pentingnya Yoo Joonghyuk bagi Kim Dokja. Wanita itu tersenyum kepada teman lamanya, sambil mengucapkan "Semoga berhasil!" sebelum menutup pintu.

•••

Yoo Joonghyuk membeku, terlalu kewalahan dengan segalanya.

[Kisah Sahabat Hidup Dan Mati Berlanjut]

Dia masih membeku di tempat bahkan setelah semua orang diantar keluar ruangan oleh Yoo Sangah, pikirannya tidak dapat menangkap apa yang dilihat matanya.

Kim Dokja tersenyum padanya, matanya berkerut karena dia sangat merindukannya. Dia merasa ingin mati.

Atau Mungkin dia sudah mati?

"Aku merindukanmu Joonghyuk."

Dia tersentak mendengar namanya dipanggil oleh Kim Dokja, Dia akhirnya menutup jendela lalu beralih hanya menatap Kim Dokja saja. Pria yang telah dia tunggu-tunggu untuk bertemu, dan orang yang pergi terlalu cepat. Dia berpikir sejenak bahwa kematian Kim Dokja itu akan permanen atau Kim Dokja tidak akan pernah kembali, bahkan setelah semua upaya yang dia lakukan.

Yoo Joonghyuk senang kali ini salah.

Dia tidak bisa menyembunyikan keputusasaan dalam suaranya saat dia mendekat ke arahnya.

"Kim Dokja."

Seperti biasa, bajingan itu terus mengoceh. "Kamu tahu Joonghyuk, aku pikir aku mungkin lebih tua darimu sekarang, meskipun aku tidak benar-benar menyadari diriku saat jiwaku tersebar-"

"Kim Dokja." Sebuah geraman putus asa bergema di ruangan.

Tentu saja, dia mengabaikannya.

"-di sekitar alam semesta. Tentu saya dapat mengingat sedikit demi sedikit sekarang, tetapi pada saat itu saya hanya menjalani kehidupan yang berbeda-beda itu-"

"Dokja!" Yoo Joonghyuk meraih bahunya. Itu membuatnya diam.

Biasanya dia akan menganggap Kim Dokja bodoh, tetapi Yoo Joonghyuk lebih fokus pada perasaannya ketika dia menyentuh bahu Kim Dokja dan rasanya dia seperti ingin menangis ketika menyentuh bahu pria itu. Jadi Yoo Joonghyuk memeluknya, membenamkan kepalanya di leher Kim Dokja dan memeluknya cukup erat sehingga dia tidak bisa bergerak semau dia.

Yoo Joonghyuk tidak bisa melihatnya tersiksa lagi, Kim Dokja sama-sama menahan air matanya. Dia mengangkat tangannya yang gemetar dan menggenggam bagian belakang mantel Yoo Joonghyuk. Dia meletakkan kepalanya di bahu Yoo Joonghyuk tetapi rasa basah yang dia rasakan di lehernya membuatnya menebak bahwa Yoo Joonghyuk sedang menangis dan dia juga sama sekali tidak mengatakan apa-apa.

Mereka duduk di sana untuk beberapa saat, hanya menarik napas satu sama lain dan berpura-pura seperti mereka tidak menangis pelukan yang hangat itu. Begitu tangan Kim Dokja berhenti gemetar dan air mata Yoo Joonghyuk mengering, keduanya dengan enggan menarik diri.

Kim Dokja terus memegang tangannya yang lain. Yoo Joonghyuk menangkupkan wajahnya, memperhatikan Kim Dokja saat dia merasa nyaman pada perasaan itu.

Berapa lama Kim Dokja pergi tanpa berada di dekat Yoo Joonghyuk?

Yoo Joonghyuk berbeda dari Kim Dokja, Yoo Joonghyuk menyeka matanya yang basah menggunakan ibu jarinya. "Kim Dokja-"

Dia berhenti karena Kim Dokja tersenyum. Yoo Joonghyuk terkejut. Bagaimana dia masih bisa tersenyum dengan mudah?

Oneshoot/Twoshoot JoongdokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang