————————
Kepanikan terlihat sangat jelas pada wajah Viona, Luna tak berhenti kejang-kejang dari tadi, dan parahnya lagi sekarang tubuh Ravin bergetar hebat membuat Viona bertambah panik.
Tak lama setelah tubuh Ravin bergetar, pandangan Viona menjadi buram, di saat-saat ia akan memejamkan matanya ia tak melihat sedikitpun kepanikan dari Bernard, Edzard, dan laki-laki yang membawa Ravin ke ruangan itu. Bukankah wajah mereka terlalu tenang di saat melihat dua orang tiba-tiba kejang-kejang, dan mungkin sekarang Viona akan segera menyusul keduanya.
Benar saja. Tubuh Viona sekarang bergetar hebat, tak ada yang panik di ruangan itu. Semuanya hanya duduk santai memperhatikan tiga orang yang masih kejang-kejang sedari tadi.
Bernard menyenderkan tubuhnya pada sofa. "Apakah kau ingin minum Zean?" tanya Bernard pada laki-laki yang tengah duduk di samping Edzard.
Edzard menunjuk dirinya. "Aku bagaimana, Pak? Tak kau tawari?"
Bernard terkekeh. "Jika kau haus, kau akan mengambil minum sendiri, 'kan? Kau biasanya seperti itu." Bernard melepas arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
Edzard ikut terkekeh. "Ternyata kau hapal kelakuanku."
Bernard menoleh pada Zean, memastikan jawaban dari laki-laki itu. "Bagaimana? Kau ingin minum?"
Zean menggeleng pelan. "Tak usah pak." Zean melirik pada tiga orang yang sudah berhenti kejang-kejang sejak beberapa detik yang lalu. "Aku ingin tau, apa kekuatan spesial mereka."
Edzard melirik tiga orang yang yang masih belum tersadar."Apakah dari mereka bertiga ada yang memiliki kekuatan spesial yang sama, Pak?"
"Tidak," jawab Bernard singkat. Edzard mengangguk paham.
"Mau bapak apakan mereka-mereka ini?" tanya Zean menunjuk tiga orang yang sedang hilang kesadaran.
"Menunggu mereka bangun dan menjelaskan apa yang terjadi."
"Siapa yang akan menjadi pendamping mereka, Pak?" tanya Zean lagi. Zean mengulum bibirnya, baru menyadari bahwa dirinya terlalu banyak berbicara.
"Tentu saja Pak Gian. Dari dulu guru pendamping hanya Pak Gian, kan? Kalian memiliki guru yang sama dari dulu," jawab Bernard lalu berdiri. Pria bermata sipit itu membuka pintu kulkas, menggerak-gerakkan jari telunjuknya untuk memilih minuman apa yang akan ia ambil. Telunjuknya berhenti pada sebuah minuman kaleng berwarna biru. Ia mengambil satu kaleng minuman itu.
Saat ingin menutup pintu kulkas pria itu teringat pada Zean dan Edzard. Pria bermata sipit itu menoleh pada dua orang yang sedang duduk di sofa. "Kalian yakin tak ingin minum?" tanyanya. Kedua orang yang ditanyai menggeleng, melihat itu Bernard segera menutup pintu kulkas dan kembali bergabung duduk di sofa.
"Berapa lama lagi mereka akan bangun?" tanya Edzard pada Bernard. Laki-laki itu hanya khawatir teman sekelas dari tiga murid kelas sepuluh ini curiga karena mereka tak kunjung kembali.
"Tiga menit lagi. Kau khawatir kalau teman-teman tiga anak ini curiga?"
Edzard sedikit terkejut atas pertanyaan Bernard. Bagaimana dia bisa tahu apa yang sedang ia pikirkan? Potensi spesial dari Bernard bukanlah membaca pikiran orang lain. "Ya, begitulah," jawab Edzard diakhiri dengan mengangkat dua bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boon or Disaster
FanfictionKisah tentang mereka yang seharusnya mati tepat setelah mereka dilahirkan namun, seseorang dengan kekuatannya mengembalikan hidup mereka yang harusnya sudah berakhir. Seseorang itu memberikan kekuatan istimewa pada tiap masing-masing bayi itu. Di s...