————————
Saat selesai berganti seragam dengan baju olahraga, Ravin duduk terlebih dahulu di kursinya. Ia menjetikkan jarinya, lalu mengarahkan telapak tangannya ke lantai, lagi-lagi tak ada hasil. Ia melakukan itu semua untuk mencari kekuatan spesialnya.
Terhitung sudah seminggu sejak kekuatannya diaktifkan, namun kekuatan spesialnya belum juga muncul. Dia mencoba berbagai hal, mencoba membaca pikiran orang dengan menatap matanya, mencoba untuk menghilang, mencoba untuk mengendalikan angin, banyak hal sudah dia coba, namun nihil.
Satu tepukan mendarat di bahu Ravin. Ravin menoleh, melihat seorang laki-laki berdiri di belakangnya. "Apa?" tanyanya dengan alis terangkat.
"Kau tak akan ke lapangan?" tanya laki-laki yang berdiri di belakang Ravin. Ravin mengintip ke jendela, telihat teman sekelasnya sudah berkumpul di tengah-tengah lapangan. Dia segera mengajak laki-laki tadi untuk segera ke lapangan.
Keberuntungan sepertinya tak berpihak pada Ravin dan laki-laki yang ada di sampingnya. Dua orang itu terlambat berkumpul di lapangan dan dimarahi oleh guru olahraga mereka.
Tak lupa juga guru olahraga tersebut memberikan hukuman pada mereka."Kalian berdua cepat lari kelilingan lapangan. Sebanyak sepuluh kali!" perintah guru olahraga itu dengan suara baritonnya. Ravin langsung menepuk punggung laki-laki yang sama dihukum dengannya, mengajak untuk berlari bersamaan.
"Jangan lari lambat. Kalian harus berlari cepat!" guru olahraga itu meneriaki kedua muridnya yang sedang menjalani hukuman.
Ravin yang sedang berjalan langsung berlari. Namun kecepatan larinya tak biasa. Ravin kira dia hanya berhalusinasi saat berpikir bahwa kecepatan larinya di atas kemampuan orang biasa. Tiga detik kemudian ia sampai di tempat ia memulai lariannya. Dia berhenti saat merasakan kejanggalan pada tubuhnya. Mengapa dia begitu cepat,padahal rasanya dia tadi memulai lari dengan larian santai.
"Kau tahu? Rasanya aku seperti dilewati angin," kata seorang gadis berkuncir kuda yang berdiri di tepi lapangan. Saat Ravin berlari di depannya, ia merasa angin yang melewatinya.
Murid-murid yang berada di sekitar sana ternganga melihat kejadian aneh barusan. Ravin berlari secepat kilat, benar-benar secepat itu. Mereka mulai bertanya-tanya.
Melihat kejadian barusan, guru olahraga itu mendongak sambil menghela napas panjang. Sekarang saatnya ia mengeluarkan kekuatannya.
"Hei! Kalian semua cepat berkumpul kesini terlebih dahulu!" Kebetulan yang berolahraga sekarang hanyalah kelas Ravin saja, jadi tak membutuhkan waktu lama untuk mengumpulkan murid-murid tersebut.
"Apakah ada yang ke toilet? Atau permisi pergi ke suatu tempat?" Semua murid itu menggeleng.
"Pak apakah Ravin itu manusia?" pertanyaan itu keluar dari laki-laki yang baru saja dihukum bersama dengan Ravin.
"Baiklah, ayo mendekat padaku!" Laki-laki itu menggerak-gerakkan tangannya memberi isyarat pada muridnya untuk lebih mendekat. Saat muridnya sudah merapat padanya, guru olahraga itu menjetikkan jarinya dua kali lalu semuanya tumbang.
Guru olahraga itu memiliki kekuatan spesial yang bisa menghilangkan kesadaran orang-orang hanya dengan dua kali jentikan jari. Dia merupakan mantan murid seperti Ravin, yang dulu juga dipaksa mengerjakan misi, dan sekarang dia memutuskan untuk menjadi guru di SMA ini. Guru itu berusia cukup muda, mungkin umurnya sekitar dua puluh lima.
Guru olahraga itu segera membuka ponselnya,lalu membuka sebuah aplikasi yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang mengetahui tentang kekuatan-kekuatan para murid istimewa ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boon or Disaster
FanfictionKisah tentang mereka yang seharusnya mati tepat setelah mereka dilahirkan namun, seseorang dengan kekuatannya mengembalikan hidup mereka yang harusnya sudah berakhir. Seseorang itu memberikan kekuatan istimewa pada tiap masing-masing bayi itu. Di s...