————————
Viona menatap jendela kelasnya dengan perasaan yang tak dapat dijelaskan. Semua emosi bersatu padu dalam dirinya. Viona tak habis pikir dengan hari ini, bahkan ini baru hari pertamanya sekolah disini namun, hal-hal yang tak terduga sudah terjadi.
Viona memikirkan keputusan apa yang harus ia ambil. Menyelesaikan misi atau kehilangan nyawa. Viona jadi meragukan perkataan Bernard tentang nyawanya yang bisa hilang jika tak ingin mengerjakan misi. Namun, saat mengingat kejadian dimana ia dan dua orang yang lain kejang-kejang secara bersamaan membuat ia kembali yakin dengan perkataan Bernard.
Jujur saja ia masih bingung dengan apa yang terjadi hari ini. Kekuatan, menyelesaikan misi, kehilangan nyawa, hal-hal itu selalu hinggap di pikirannya. Viona sudah berusaha mengusir hal-hal itu dari pikirannya,namun nihil.
Viona melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, saat melihat waktu saat ini, bola matanya membesar. Sebentar lagi waktunya untuk pulang, dan dia belum memutuskan apapun.
Viona mengulum bibir, menggaruk kepala, dan menggigiti kukunya tanpa sadar. Berkali-kali helaan napas keluar dari mulutnya,hal itu membuat teman sebangku Viona menoleh.
"Kau kenapa?" tanya teman sebangkunya seraya memegang bahu Viona.
Viona tersentak, gadis itu berhenti menggigiti kukunya lalu menoleh dan tersenyum kecil pada teman sebangkunya. "Tak apa-apa."
Teman sebangku gadis itu melepaskan tangannya dari Viona lalu mengangguk, walau sebenarnya ia meragukan jawaban dari Viona.
Kringggg
Bel pulang sudah berbunyi, Viona akhirnya membuat keputusan. Gadis itu mencari gadis berambut pendek yang tadi juga dipanggil oleh Edzard. Gadis berambut sepunggung itu mencari-cari keberadaan Luna di dalam kelas yang sedang ramai.
Viona merasakan kedua bahunya di tepuk oleh seseorang dari belakang. Muncul sosok Luna dari belakang sambil tersenyum lebar padanya. "Apakah kau sudah membuat keputusan?"
Luna mengubah posisi berdirinya menjadi ke depan Viona.
Viona mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Luna. "Kalau kau bagaimana?"
Luna tersenyum, menampakkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi. "Tentu saja sudah," jawabnya mantap.
"Kau tak mungkin memilih untuk tidak mengikuti misi, 'kan?" tanya Luna, lalu duduk di atas meja milik Viona. Gadis berambut pendek itu terlihat santai sekali saat nyawanya sedang dipertaruhkan.
Viona mengangguk, dia jelas tak berani untuk menolak mengikuti misi walau awalnya masih ragu tentang dia yang bisa kehilangan nyawa. "Ya, tentu saja. Memangnya siapa yang mau nyawanya hilang begitu saja."
Luna melompat turun dari meja Viona, beralih merangkul Viona. Luna cukup pandai dalam mendekati seseorang. "Bagaimana kita langsung kesana?"
Viona mengangguk seraya memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Melihat itu Luna juga ikut membantu agar Viona cepat selesai. "Bagaimana dengan laki-laki itu?" tanya Luna sambil memasukkan sebuah buku ke dalam tas Viona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boon or Disaster
FanficKisah tentang mereka yang seharusnya mati tepat setelah mereka dilahirkan namun, seseorang dengan kekuatannya mengembalikan hidup mereka yang harusnya sudah berakhir. Seseorang itu memberikan kekuatan istimewa pada tiap masing-masing bayi itu. Di s...