Bab 2. Rasa Benci Arumi

1.6K 317 12
                                    

Calisya keluar dari kamarnya dengan perlahan dan turun ke bawah. Hari ini hari sabtu dan dia tidak ke sekolah karena libur. Lukanya juga masih sakit dan Gery juga tidak ingin Calisya kemanapun atau melakukan aktifitas apapun.

"Bunda." Pekiknya.

Malika segera menghampiri Calisya. Dia menggendong Calisya dan membawa Calisya menuju ke ruang keluarga.
"Anak ayah, sini sayang." Gery memangku Calisya.

Tatapan mata Calisya tertuju pada ketiga anak lelaki yang sedang duduk di kursi. Usia mereka tidak jauh berbeda dengan usia Ardi dan Bagas.
"Meleka siapa?"

"Nak kenalkan, yang paling tinggi dengan tahi lalat di bibir itu namanya Anton. Kakak tertua dari Darma dan Elang. Yang duduk di tengah namanya Darma dan di sampingnya Elang. Mereka akan tinggal bersama kita dan menjadi saudara kamu. Beri salam dulu dengan Mas Anton, Darma dan Elang."

"Gak mau punya saudala lagi, gak kenal." Calisya tidak menerima mereka.

"Jangan begitu nak, mereka akan tinggal bersama kita. Mereka baik dan akan menjadi temanmu." Gery mengelus kepala Calisya.

"Hai Cal." Darma berdiri dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Calisya. Calisya hanya diam tapi Gery membujuknya dan akhirnya Calisya mau bersalaman dengan Darma kemudian Anton dan Elang.

Calisya melihat ke arah Anton. Calisya kurang menyukai Anton karena Anton hanya diam dan terus memandanginya. Tidak seperti orang lain yang jika bertemu dengannya akan langsung menghampiri dan mencoba mengambil hatinya.

"Mau bermain?" Tanya Darma.

"Gak mau." Jawab Calisya.

Calisya malah kembali ke kamarnya tapi saat dia melewati ruangan kerja Arga, dia masuk ke dalam.
"Eyang kakung." Panggilnya.

"Ada apa sayang?"

Calisya duduk di kursi di depan meja kerja Arga.
"Kenapa ayah bawa saudala lagi sih? Calisya gak suka. Saudala Calisya kan cuma mas Aldi sama mas Bagas."

"Gak apa, mereka sudah tidak memiliki orang tua lagi. Eyang janji mereka tidak akan menganggu Calisya. Kalau mereka sampai menganggu kamu maka eyang yang akan hadapi."

Calisya menganggukkan kepalanya, dia duduk bersandar.

"Kembali ke kamar dan istirahat ya."

"Gak mau, mau temani eyang kakung. Pinjam bukunya eyang."

"Calisya sudah lancar membaca belum?"

"Belum, mau lihat gambal aja."

Arga tertawa, dia mengambil buku tentang negara-negara di dunia yang pasti ada gambarnya. Calisya tersenyum, dia memilih duduk di lantai di atas permadani empuk. Arga membiarkan Calisya berada di sisinya dan menemaninya.

Calisya tiba-tiba beranjak berdiri dan hendak keluar ruangan.
"Mau kemana?"

"Ambil buku celita punya Calisya sama ambil boneka." Calisya kemudian segera keluar dari ruangan dan menuju ke kamarnya.

"Udah baikkan ya? Jangan nakal lagi biar gak luka." Arumi berdiri di depan kamar Calisya.

"Cal gak nakal, Cal kemarin di tablak olang makanya luka." Jawab Calisya.

"Pintar ngejawab ya, persis bundanya."

"Eyang putli kok malah-malah sih, bilang eyang kakung ya."

"Ishh malah melunjak." Arumi mencubi lengan Calisya.

"Sakit." Pekik Calisya sambil memegang lengannya.

"Arumi, apa yang kamu lakukan?" Tanya Arga dengan penuh penekanan.

Marriage After AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang