"Rin, katanya lu punya adek ye?" Tanya Seulgi seraya memakan cimolnya. Saat ini mereka berdua yakni Irene dan Seulgi tengah bolos kelas.
Irene mengangguk, "Kenapa emang?" Tanyanya sembari menatap Seulgi.
"Oh, tadi gua liat dia agak di jauhin sama temen sekelasnya. Ada apaan emang, lu tau?" Tanyanya lagi.
Irene tersenyum santai, "Itu baru awal aja, masih ada kejutan lain yang udah gue buat spesial buat dia."
"Bagus bagus, lagian human kaya Kea kaga pantes idup, menuhin bumi aja." Sahut Seulgi santai.
"Terus, masalah ayah lu gimana? Dia masih suka mukulin lu sama ibu lu?" Tanya Irene
Seulgi menganggukkan kepalanya, "Masih tapi gak sesering sebelum kita masuk kesini."
"Kalo kalian di pukul lagi, kasih tau gue atau yang lain, nanti kita kasih kejutan."
"Gue bisa sendiri, tenang aja." Sombongnya yang langsung di dorong Irene hingga cimolnya jatuh.
"CIMOL GUE." Histeris Seulgi menatap sedih kearah cimolnya yang sudah berceceran di tanah.
"Mangkanya jangan belagu." Santainya
"GANTI CIMOL GUE."
•••
Saat ini Wendy tengah berada di kelas tanpa Iren dan Seulgi karena kedua temannya itu membolos mapel Fisika.
"Kemana sih mereka berdua, bolos gak ngajak ngajak lagi." Dumelnya pelan agar tidak terdengar guru di depan.
Merasa bosan, Wendy pun mengangkat tangannya. "Bu Irma." Panggilnya
Bu Irma menoleh, lalu tersenyum menatap Wendy maklum saja karena Wendy ini anak Kesayangan Beliau.
"Iya Wendy ada apa?" Tanyanya ramah sangat berbeda saat menjelaskan materi.
"Saya ijin ke toilet sebentar, boleh?" Ijin nya sopan Bu Irma mengangguk, "Silahkan."
Mendapat ijin dengan cepat Wendy melesat keluar kelas seorang diri. Di tengah koridor dirinya berpapasan dengan Julian, pemuda yang ternyata dekat dengan Wendy yang dulu.
"Mau kemana Wen?" Tanya Julian pada Wendy yang berada di hadapannya.
"Lagi nyari Irene sama Seulgi nih, lo liat mereka?" Jawab Wendy disertai pertanyaan di akhir.
Julian menggelengkan kepalanya tanda tak tahu, "Gak liat, mereka bolos?"
Wendy mengangguk mengiyakan, "Iya mereka berdua bolos, mana gak ngajak gue lagi ish nyebelin banget gak sih," Dumel Wendy dengan mimik wajah yang dibuat kesal.
Wendy tak menyadari bahwa Julian menatapnya dengan senyum manis serta rona merah yang ada di pipinya, ia hanya fokus mendumel tidak memperhatikan sekelilingnya.
"Pokoknya gitu deh, kesel banget gue. Eh by the way lo mau kemana?" Tanya Wendy yang sudah kembali fokus pada Julian.
Sedangkan Julian, ia masih menatap Wendy dengan tatapan berbinar. "Eh, kok diem?" Tangan Wendy bergerak di depan wajah Julian guna menyadarkan pemuda itu.
"Eh iya, gue mau ngasih catetan ke kelas sebelah." Katanya sembari menggaruk telinga. Dapat Wendy lihat bahwa leher dan telinga pemuda itu memerah.
"Lian lo sakit? Leher sama kuping lo merah mending lo ke uks aja, mau gua anter?" Tawar Wendy dengan suara khawatir.
"Kayanya gua harus ngasih catetan sekarang deh Wen, gua duluan ya." Pamitnya lalu pergi dengan langkah lebarnya.
Wendy terkekeh, merasa gemas dengan reaksi yang ditunjukan Julian, "Gemes banget bunda." Ujarnya sembari kembali melangkah mencari Irene dan Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blackvelvet: On Mission
JugendliteraturKarena gagal menjalankan sebuah misi, kesembilan gadis itu harus menerima sebuah hukuman yaitu jiwa mereka yang akan bertransmigrasi ke masa depan. "Kalo bukan gara gara si tua bangka dan si ganjen Fara, Kita gak akan disini." Start: 11 Agust 2021 F...