Kebanyakan orang, tentunya yang sering membaca memoar yang pernah kutulis tentang Sherlock Holmes, pasti akan mengatakan musuh terbesar dari sahabatku yang detektif itu adalah profesor Joseph Moriarty. Bukan begitu?
Yah, itu mungkin benar. Tapi sebenarnya, setidaknya menurutku, bukan dia saja. Ada musuh lain yang patut diperhitungkan. Seorang kriminal yang tak kalah mencengangkan bila dibandingkan dengan profesor yang jahat itu.
Salah satunya, semoga anda sekalian tidak kaget, adalah Shakespeare.
Tentu saja dia bukan dramawan besar itu. Cuma sekedar julukan untuk seorang pembunuh bayaran. Dan, aku harus bilang, dia punya keistimewaan besar. Sampai harus menyeret sahabatku untuk berhadapan dengannya.
Tapi sebelum sampai ke bagian itu, ada baiknya kuceritakan dulu bagaimana awalnya. Itu dimulai dengan kedatangan Mycroft Holmes ke Baker Street. Dia adalah saudara kandung Sherlock dan bekerja di dinas rahasia. Beberapa kali yang bersangkutan minta bantuan saat ada kasus yang pelik.
"Tentunya kalian sudah mendengar peristiwa menggemparkan yang terjadi beberapa bulan terakhir ini," ujar Mycroft dengan sikap tertekan. "Beberapa tokoh politik terkemuka telah tewas terbunuh. Dua orang ditembak dari jarak dekat dan dua lagi ditusuk dengan senjata tajam."
Sherlock mengangguk. "Aku harus mengatakan itu adalah tindakan yang berani. Dari kabar yang kubaca, semua korban diserang di tempat umum dengan banyak saksi. Dan sepertinya dilakukan sebuah komplotan, karena pelakunya adalah orang yang berbeda-beda."
Mycroft membenarkan. "Para saksi mengkonfirmasi hal itu. Pelaku pertama adalah seorang gipsy. Pelaku kedua seorang kulit hitam. Pelaku ketiga seorang pria kulit putih. Dan yang terakhir malah seorang perempuan."
"Apa yang sebenarnya yang mereka inginkan?" aku bertanya pada Mycroft. "Apakah ini ulah kelompok kriminal biasa atau bermotif politik? Berita di koran cenderung bertentangan satu sama lain."
Mycroft menghela nafas. "Aku khawatir ini menyangkut yang terakhir. Ini pembunuhan politik. Para korban adalah politikus yang getol membela kemapanan ideologi konservatif. Dan mereka beberapa kali sudah menerima ancaman pembunuhan dari kelompok-kelompok yang menginginkan revolusi sosial di negeri kita."
"Jika profesor Moriarty masih hidup," ujar Sherlock dengan wajah mengeras, "aku merasa yakin dialah yang berada di belakang semua ini. Hanya dia yang bisa mengorganisir kelompok seperti ini secara efektif."
"Aku setuju," kata Mycroft. "Karena itulah aku minta bantuanmu, Sherlock. Kita berhadapan dengan kelompok baru yang misterius. Dinas rahasia berusaha sudah berusaha keras melacak keberadaan mereka, tapi gagal menemukan petunjuk apapun."
Begitulah awalnya Sherlock terlibat kasus ini. Sebagai langkah pertama, sahabatku minta semua informasi tentang keempat pembunuhan tersebut.
Selama dua malam dia tidak tidur. Membaca semua informasi tersebut. Hanya diseling dengan mengunyah beberapa sandwich dan satu-dua kali memainkan biolanya - satu tindakan yang sering dia lakukan saat merenungkan kasus yang rumit.
Aku? Tentu saja aku berusaha membantu. Tapi seperti yang kalian ketahui, aku seorang dokter. Menjadi detektif bukanlah keahlianku. Sudah kucoba membaca laporan itu - yang kebanyakan memuat keterangan saksi mata tentang sosok para pelaku.
Satu-satunya yang kudapat adalah kepala pusing. Tak ada benang merah apapun yang bisa kulihat di sana. Hanya menegaskan perbedaan besar di antara para pelakunya.
Itulah kenapa aku sangat keheranan ketika Sherlock tiba-tiba berseru kegirangan. Bukan saja heran, tapi juga terkejut karena dia melakukannya di tengah malam.
Sambil berbinar mata, dia menatapku yang terbangun oleh seruannya. Dan sebelum aku sempat bertanya, dia sudah berkata, "Ini luar biasa, Watson. Musuh kita ternyata bukan sembarangan. Aku yakin belum pernah ada yang seperti ini sebelumnya."
Aku tidak paham maksudnya. Apalagi yang dia katakan kedengarannya justru bukan sesuatu yang menyenangkan. Ketika kukatakan itu padanya, Sherlock malah menyeringai. "Kau tidak paham, Watson? Kesaksian-kesaksian ini mengungkap fakta penting tentang musuh yang kita hadapi."
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak melihat fakta apapun, Sherlock."
"Ada persamaan di antara keempat pembunuhan itu, Watson. Semuanya profesional, dilakukan dengan tenang, dari jarak dekat, dan selalu tepat mengenai titik yang vital.
"Selain itu, pelakunya cenderung memiliki tinggi dan berat yang kurang-lebih serupa, walaupun dari suku-bangsa yang berbeda-beda - sesuatu yang sangat ganjil dalam kasus ini."
"Ganjil?" aku makin kebingungan.
"Melihat para korban, motif pembunuhan jelas menyangkut ideologi. Dan yang tertarik pada urusan seperti ini bukanlah para imigran. Mereka tak mungkin terlibat. Adalah ganjil kalau pembunuhan ini dilakukan kelompok minoritas ini."
"Maksudmu ada yang ingin memfitnah mereka?"
Sherlock menggeleng. "Lebih tepat, ada yang ingin mengaburkan jejak. Agar pihak keamanan berpikir mereka berhadapan dengan sesuatu yang besar. Padahal kenyataannya tidak seperti yang mereka bayangkan."
Aku berusaha menebak jalan pikiran sahabatku. "Agar mereka tidak menduga berhadapan dengan kelompok yang sudah ada sebelumnya?"
"Agar mereka tidak menduga bahwa tidak ada kelompok manapun yang terlibat!"
Aku terperanjat. "Tidak ada kelompok yang terlibat? Tapi bukankah...."
"Pikir baik-baik, Watson," tegas Sherlock Holmes. "Profesor Moriarty sekalipun sangat tergantung pada kolonel Moran saat membutuhkan pembunuh yang lihai. Artinya, genius seperti dia pun tak sanggup mencetak segerombolan pembunuh profesional. Dan sekarang kita tahu-tahu berhadapan dengan setengah lusin pembunuh seperti itu? Dari kelompok minoritas? Itu tidak masuk akal, Watson."
"Aku masih bingung, Holmes," ujarku terus-terang. "Lalu jika tidak ada kelompok maupun imigran yang terlibat, lalu menurutmu apa yang sebenarnya terjadi?"
Sherlock menyeringai. "Tidakkah kau perhatikan ada kesamaan tentang tinggi, postur, dan berat badan dari semua pelaku pembunuhan ini, Watson?"
Aku terkejab. "Maksudmu...."
"Yang kita hadapi ini bukanlah satu kelompok pembunuh profesional, Watson," tandas Sherlock Holmes dengan penuh keyakinan.
"Dia hanyalah satu orang. Satu orang yang mampu menyamar menjadi beragam karakter!"
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlock Holmes and The Sinister Shakespeare
Mystery / ThrillerSherlock Holmes dimintai bantuan untuk mencari dalang di balik pembunuhan terhadap tokoh-tokoh politik dan ternyata harus berhadapan dengan musuh yang tidak hanya tangguh tapi juga licin.