5. SIASAT DAN KONTRA SIASAT

36 3 0
                                    

Setelah mendengar petualangan Sherlock Holmes di rumah Shakespeare, aku mengira kasus ini sudah berakhir. Tapi ternyata aku keliru. Hanya beberapa hari setelah penangkapan pembunuh tersebut, Mycroft kembali datang ke Baker Street dengan sikap gusar. Dan setelah mendengar kabar buruk yang dia sampaikan, aku jadi maklum dengan kegusarannya.

Shakespeare berhasil melarikan diri!

"Benar-benar tikus yang licin orang itu," geram Mycroft. "Kami menahannya di penjara khusus untuk penjahat kelas kakap. Seharusnya tidak mungkin dia dapat melarikan diri. Tapi ternyata dia mampu mengecoh penjaga. Menggunakan ransum makanan, dia merubah wajahnya menjadi sangat tua sehingga penjaga mengira terjadi kesalahan. Saat mereka mengeluarkannya dari sel untuk ditanya, dia bisa memanfaatkan kebingungan yang terjadi untuk kabur tanpa ketahuan."

Ketika mendengar hal itu, aku langsung merasa cemas. Shakespeare tentu tak akan sekedar kabur. Dia pasti akan membuat perhitungan dengan orang yang berhasil menangkapnya. Ini berarti keselamatan sahabatku Sherlock Holmes terancam. Tapi rupanya aku keliru. Beberapa hari kemudian datanglah kabar baru yang benar-benar di luar dugaanku.

Sherlock Holmes menerima surat tanpa nama dan alamat. Hanya mencantumkan 'Teman Bertanding' sebagai pengirim. Dan isinya jelas menunjukkan bahwa surat itu ditulis sang Shakespeare sendiri. Saat Sherlock menunjukkannya padaku, aku tidak tahu apakah harus kecewa ataukah justru gembira.

Melalui surat itu, Shakespeare menjelaskan bahwa dia telah lari ke luar negeri. Menurutnya, dengan adanya sahabatku di Inggris, negeri ini menjadi tempat perjuangan yang tidak efektif lagi buatnya. Mustahil untuk merencanakan serangan yang berhasil-guna jika konsentrasinya harus terpecah untuk melindungi diri dari apa yang ditulisnya sebagai 'anjing pemburu yang hebat'.

Mycroft pun juga tidak terlalu gembira mendengar isi surat itu. Di satu sisi, dia terganggu dengan fakta bahwa ada penjahat besar yang berhasil lolos tanpa kena hukuman apapun. Apalagi dia turut terlibat dalam penangkapannya. Tapi di sisi lain, dia bersyukur bahwa mulai sekarang tidak ada lagi pembunuhan politik yang harus dikhawatirkannya.

Yang aneh adalah reaksi sahabatku. Sherlock tidak banyak berkomentar atas surat tersebut. Sesuatu yang menurutku ganjil karena aku cukup paham karakternya. Sherlock biasanya akan menyambut kabar seperti ini dengan berteori panjang-lebar, lalu merencanakan sebuah aksi untuk menyelesaikannya. Tapi sekarang dia nampak tidak antusias. Seakan dia sudah kehilangan minat terhadap kasus ini.

Semakin aneh lagi, dia malah buru-buru berbicara tentang sesuatu yang sama-sekali tidak ada hubungannya dengan kasus itu. Bahkan dengan kasus yang manapun juga. "Bagaimana jika aku membeli satu lemari untuk aku letakkan di sudut itu, Watson? Entah kenapa kekosongan di sana membuatku tidak tenang. Kau tidak keberatan, bukan?"

Tentu saja aku tidak keberatan. Tapi tetap saja aku merasa heran dengan sikapnya yang begitu saja ingin melupakan persoalan Shakespeare ini. Meski begitu, aku tidak ingin mendesaknya. Percuma saja. Seperti yang kukatakan, aku cukup mengenal wataknya. Jika tidak ingin bercerita, sahabatku itu tidak ubahnya seperti kerang. Takkan ada apapun yang bisa membuka mulutnya.

Keesokan harinya, Sherlock benar-benar mewujudkan keinginannya. Dia pergi seharian dan baru kembali menjelang petang sambil membawa lemari besar yang diangkut empat orang pekerja. "Bagaimana menurut pendapatmu lemari ini, Watson? Cantik, bukan? Aku mendapatkannya dengan harga yang cukup murah di Edinburgh. Sekarang aku bisa memandang sudut itu dengan perasaan lega."

Aku hanya menggelengkan kepala. Jujur saja, menurutku lemari itu jelek sekali. Lebih mirip peti bajak laut berukuran besar. Betul-betul aku dibuat heran dibuatnya. Setahuku selera Sherlock tidak seburuk ini. Apalagi ketika sahabatku ternyata lupa membawa pulang kunci lemari tersebut!

Sherlock Holmes and The Sinister ShakespeareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang