Perihal keluarga, aku tidak seberuntung yang kalian bayangkan, tidak pula semenyedihkan itu untuk dapat belas kasihan.
Terkadang, keluarga bisa membuatku bahagia. Namun beberapa hal, keluarga juga dapat membuatku menderita. Bermula, dari rasa sakit anak kecil yang tidak bisa mendapatkan kasih sayang yang sempurna, dari kedua orang tuanya. Lalu, tanpa ia sadari hatinya begitu terluka.
Masa kecilku tidak semenyenangkan itu untuk terus dikenang, tapi tidak juga semenyedihkan itu untuk selalu ditangisi. Yah, tapi nyatanya memang semenyedihkan itu buat aku. Tidak mungkin, menurut kalian.
Anak perempuan yang baru menginjak usia 9 tahun, harus rela menyerahkan hatinya untuk terluka. Mendengar pertengkaran yang tiada hentinya, menangis diam-diam, dan kembali ceria layaknya anak kecil biasa.
Apa ada yang merasakan hal yang sama? Sumber semua luka itu ada di satu orang. Satu sosok yang selalu aku sayangi, aku rindukan, aku cintai, tapi siapa sangka, ia berperan besar, dalam luka yang tercipta di diriku ini. Lukanya sangat besar, yang baru aku mengerti sekarang, setalah tumbuh menjadi besar, umurku.