two

4 2 0
                                    

Dari sebuah jalan kecil nampak sebuah taksi masih melaju. Di dalamnya Taeyong tengah bersandar di bahu kanan laki-laki tampan. Dia adalah pangeran penyelamat pria itu.

Taeyong sendiri yang merasa, makanya selama perjalanan pulang, dia bergayut dengan manja di bahu pemuda yang saat itu sedang gelisah. Jantungnya berdetak tak karuan dengan kemanjaan pria di sampingnya. Dia tidak pernah menyangka, kalau Taeyong akan berbuat seperti itu.

Hatinya bergetar, Taeyong yang tengah bergayut dapat merasakan getaran itu. Sementara lelaki muda itu membiarkan saja, tanpa berusaha menolak. Dia tidak ingin membuat hati pria kecil di sampingnya merasa kecewa ataupun sedih, karena Taeyong sendiri sebenarnya masih trauma dengan apa yang menimpa dirinya di pantai Purwahamba.

Taksi yang membawa Taeyong dan lelaki muda itu kini berhenti di depan sebuah rumah mewah. Dari luar jelas sekali kalau rumah itu cukup besar. Halamannya luas dengan taman bunga di sampingnya. Pantai itu semakin mempercantik rumah mewah itu.

ah... ternyata kau anak kaya raya Pemuda itu mendesis sembari melirik pria yang masih bersandar di bahunya.

Taeyong membuka pintu taksi itu setelah mobil itu benar-benar sudah berhenti. Lelaki cantik itu langsung saja keluar. Dia lupa kalau saat itu ada orang yang menemaninya pulang. Bahkan untuk membayar ongkos taksi saja, Taeyong tidak ingat sama sekali. Lelaki ayu itu terus berlari memasuki rumahnya tanpa mengucapkan kata terima kasih kepada pemuda yang mengantarnya.

"Mamaaa...!"

Taeyong dengan keras memanggil mama nya. Wanita separuh baya yang tengah asik duduk di ruang keluarga kaget mendengar teriakkan itu. Tidak biasanya anak lelaki nya memanggil seperti itu.

"Mamaaa...!"

Suara anak semata wayangnya terdengar kembali, menggema di ruangan-ruangan mewah miliknya.

"Ada apa sayangg...?"

Mamanya menyahut dari ruangan keluarga. Taeyong langsung menuju ruangan dimana dia mendengar suara mamanya menyahut.

Sementara wanita separuh baya itu heran melihat anaknya hari itu. Apalagi setelah diperhatikan, wajahnya kelihatan pucat. Ternyata ketakutan Taeyong masih membias di wajahnya. Dia langsung saja memeluk ibunya sambil menangis.

"Mama, yongie takut sekali..."

"Kenapa? Apa yang terjadi? Apa yang membuatmu ketakutan seperti ini? Lihat, wajahmu tampak pucat. Apakah kamu sakit sayang? Apa ada orang yang menyakitimu? Terus kamu pulang dengan siapa? Dimana teman-temanmu?"

Pertanyaan itu begitu saja keluar dari mulut wanita separuh baya itu. Saking paniknya, dia memberondong anak kesayangannya dengan berbagai macam pertanyaan. Hani sendiri masih menangis dalam pelukan mamanya.

Dia menangis dengan sesenggukan. Entah mengapa dia ingin menumpahkan semua perasaan takutnya ke dalam pelukan wanita paruh baya itu. Barangkali dalam pelukan wanita itulah, dirasakan kenyamanan. Dengan kasih sayang memanya lah dia akan merasakan terlindungi dari segala bentuk mara bahaya.

"Ceritakan lah dengan tenang, apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya wanita itu setelah ketenangannya kembali dia menyadari kalau dia harus menghibur anak nya itu. Kemudian Taeyong menceritakan semua yang terjadi pada dirinya di pantai Purwahamba, semuanya, tanpa ada satupun yang terlewati.

Taeyong menceritakan bagaimana ketakutannya ketika dia tahu maksud dua orang yang menangkapnya. Dia ngeri membayangkan semua itu. Tak ketinggalan juga dengan seorang pemuda yang menjadi pangeran penyelamatnya. Lelaki cantik itu bersyukur sekali.

Ingat lelaki muda itu, Taeyong baru sadar kalau dia meninggalkan lelaki itu di dalam taksi. Buru-buru dia berlari keluar untuk mendapatkan orang itu. Tapi setalah tiba di depan gerbang rumahnya, taksi itu sudah tidak ada. Demikian pula dengan sang penyelamatnya.

Panorama cinta - [Jaeyong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang