Sakura Yang Hilang

2K 24 0
                                    

cerpen ini pertaima kali kubuat saat kelas satu SMA. Bahasanya masih amburadul. maklum baru belajar. udah pernah aku post di blog dengan judul Destinatio




Lagi lagi darah segar itu mengalir dari hidungnya. Yamatho sama sekali tak mengubris, tak ada rasa khawatir sedikitpun. Jari jemarinyanya menyapu lembut darah yang mengalir itu. Aku hanya memandangnya dengan tatapan aneh. Aneh! Karena ia begitu keras. Ia selalu menolak untuk pergi kerumah sakit. Aku sudah kehabisan jurus jitu untuk membujuknya. Tapi batu tetaplah batu. Yamatho selalu menganggap remeh penyakit yang sedang menggerogoti tubuhnya itu. Yamatho Mitsuo menderita leukimia sejak dua tahun yang lalu

"Aku baik baik saja. Jangan memandangku seperti itu. Lebih baik memandangi sakura yang sedang mekar. Itu lebih indah bukan ?" ucap Yamatho sembari menunjuk bunga bunga sakura yang sedang bermekaran dengan tersenyum lebar. Senyum yang indah. Senyum itulah yang selalu membuat jantungku berdegup kencang. Aku selalu merasa merasa nyaman bersamanya, pelukannya yang hangat dan erat mampu menenangkan jiwaku yang kadang risau dan kacau. Aku tak tahu perasaan apa ini. Entahlah mungkin aku menyukai Yamatho. Tapi sebaiknya aku simpan saja perasaan ini sendiri. Sudah satu tahun aku mengenal Yamatho dan menjalin hubungan yang erat tapi tak pernah sekalipun ia membahas masalah perasaannya ataupun mengungkapkannya padaku. Mungkin aku hanya butuh waktu untuk bersabar.

"Sakura, ada sesuatu yang ingin aku tunjukin ke kamu"

"A-a-apa?" tanyaku gugup. Kira-kira apa yang akan Yamatho tunjukkan padaku?

Yamatho menarik tanganku untuk ikut dengannya. Ia membawaku ke danau belakang sekolah. Yamatho menutup mataku dan menuntunku berjalan lalu melepaskan tangannya dari wajahku.

Pemandangan yang indah langsung menyambutku. Air danau yang biru yang terpancar sinar matahari yang mulai menguning. Burung-burung bangau hinggap dan bermain air dengan pasangan mereka masing masing.

"Sakura, aku ingin menjadi bangau itu. Dalam keadaan apa pun pasangannya selalu bersamanya. Aku ingin kau juga begitu, Sakura," ucap Yamatho menunjuk bangau yang sedang melompat-lompat kecil bersama pasangannya di tepi danau.

Ada perasaan aneh dalam dadaku saat mendengar Yamatho berkata demikian. Aku sibuk mencerna ucapannya barusan ketika Yamatho tiba-tiba berkata dengan pelan, "Sakura, Suki Dayo.1"

Kata-kata Yamatho barusan membuatku tercekat. Aku menoleh perlahan lahan ke arah Yamatho. Dengan senyum khasnya ia kembali mengulang kalimatnya "Suki dayo2, Sakura-chan."

"Suki yo Yamatho-san......" belum sempat aku melanjutkan kalimatku Yamatho langsung menarikku ke dalam pelukannya. Erat dan hangat. Aku terhanyut dalam pelukannya. Menikmati setiap sentuhan lembut tangannya di rambutku. Tapi perlahan lahan pelukan itu kian melemah. Aku mulai merasakan berat di pundakku. Kulihat Yamatho sudah terkulai lemah dengan mata yang tertutup. Darah itu kembali keluar dari hidungnya.

"Yamatho-san , bangun," aku menepuk-nepuk pipinya agar membuatnya sadar. Tapi usaku sia sia. Yamatho tak kunjung sadar.

* * *

Dengan sangat khawatir aku mondar mandir di depan ruang rawat Yamatho. Kulirik jam tanganku. 20 menit sudah. Tapi dokter tak kunjung keluar.

"Bagaimana keadaan nya?" pertanyaan itu mondar-mandir di benakku.

"Tuhan, selamatkan lah Yamatho," gumamku dalam haati

"Sakura." Seseorang menepuk pundakku. Aku kaget dan menoleh kearahnya.

"Apa yang terjadi?" tanyanya dengan wajah penasaran. Dia layaknya pengacara yang sedang mewawancarai seorang pidana. Aku dapat melihat dari raut wajahnya yang berubah khawatir, sangat khawatir. Sepertinya ia akan marah besar padaku karena ia adalah ayah Yamatho.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerita Pendek RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang