15. ABOUT LOVE

1.1K 143 19
                                    

Di saat para penghuni rumah Thaar sudah tertidur pulas, Stella masih termenung di ayunan halaman belakang. Ia tidak bisa tidur karena kebisingan. Stella heran dengan Sonitus, sebenarnya sampai kapan desa ini riuh rendah? Ini sudah tengah malam, tetapi kegaduhan penduduk sama sekali tak memudar.

Stella takjub dengan telinga penduduk Sonitus yang kebal akan keributan.

"Sedang apa kamu di sini? Kau seharusnya tidur."

Gadis itu terkesiap ketika mendengar suara yang mengacaukan lamunannya.

"Menikmati udara malam dan berharap bisa tertidur di tengah keramaian," jawab Stella lugas.

Valerio duduk di kursi kayu berbentuk kapsul yang letaknya di depan ayunan. Posisinya berhadapan dengan Stella tetapi tak saling menatap.

"Kamu tidak bisa tidur di tengah keramaian, Stella?"

"Ya ... begitulah," balas Stella tanpa minat.

"Aku juga."

Mungkin jika Stella dan Valerio menginap di wilayah ini selama berhari-hari, mata mereka akan mengalahkan mata hitam panda.

"Sonitus memang identik dengan kebisingan, Stella. Dulu, ayahku pernah bercerita tentang daerah-daerah yang bertetanggaan dengan Zeros, salah satunya Sonitus."

Tidak masalah bila suatu daerah memiliki khasnya masing-masing. Hanya, yang satu ini sedikit membuat Stella kewalahan. Stella yang memiliki kepribadian introver sangat tidak cocok berada di lingkungan seperti ini. Ia lebih menyukai ketenangan dan kelengangan.

"Satu lagi fakta tentang Sonitus yang aku ketahui. Di sini terbagi menjadi beberapa daerah, tetapi tidak dengan nama berbeda. Misal, ini daerah timur, namanya tetap Sonitus. Nama desa ini juga Sonitus. Begitu pula dengan daerah yang lain, namanya tetap Sonitus. Tidak seperti Zeros yang memiliki daerah dengan nama berbeda."

Stella mengangguk paham. Ini sepertinya salah satu keistimewaan orang-orang Sonitus. Memahami tempat. Misalkan ada seseorang yang mau bertanya di mana letak pusat perbelanjaan, maka orang yang ditanya akan menjawab, "Di Sonitus." Dan orang yang bertanya langsung paham di mana arahnya dan ke mana tujuannya. Fantastis! Sebelas dua belas dengan teknik telepati.

"Semua ini akan berlalu, Stella."

Dahi Stella mengernyit, "Maksudmu?"

"Roda kehidupan terus berputar. Ada saatnya kamu berada di puncak kejayaan. Saat ini, kamu memang mengalami masa sulit, tapi masa sulit inilah yang akan mengantarmu ke masa mudah. Boleh saja hidupmu tidak memiliki kodrat yang terpatri di tuan putri kebanyakan. Namun, boleh jadi perjuanganmu akan membawamu ke sisi kehidupan paling terang," kata Valerio sambil menatap dalam Stella. Maksud perkataannya tadi adalah untuk menyemangati Stella.

"Beruntunglah kamu terpilih menjadi tangan kanan dunia. Berarti, hanya kamu yang mampu, hanya kamu pula yang istimewa. Yang lain tidak."

Stella mencerna perkataan Valerio lamat-lamat. Harus Stella akui, pria itu berhasil membesarkan tekadnya.

Semua ini akan berlalu. Ya, akan berlalu! Akan ada saatnya Stella menjeremba kebahagiaan. Bahkan sangat bahagia, melebihi apa pun dan siapa pun. Semoga saja. Pelan-pelan, ia akan menerima takdirnya meskipun berat.

"Valerio," panggil Stella.

"Hm?"

"Definisi kebahagiaan seperti apa yang akan diraih seorang tuan putri?"

Valerio terdiam sejenak. Matanya berseliweran untuk menggali jawaban.

"Bertemu pangeran, mungkin?" sahut Valerio tidak yakin.

STELLA || The Future Holder of Zeros [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang