Part 5

371 48 48
                                    

Satu tahun berlalu, Jisoo masih menjadi orang yang selalu ada di sisi Rosé setiap kali wanita itu membutuhkannya. Sikap Jisoo tidak berubah, dia masih selalu menunjukkan perhatian-perhatiannya lewat sikap. Bedanya sekarang dia sudah tidak pernah mengucapkan perasaannya. Dia khawatir Rosé menjadi risih dan menjauh jika dia terus menerus mengucapkan kata cinta. Baginya, bisa terus berada di dekat wanita yang dicintainya sudah cukup.

Namun berbeda dengan Jisoo, Rosé mulai merasa kehilangan. Dia merindukan semua perlakuan manis lelaki itu baik dari sikap maupun ucapan. Dia ingat terakhir kali Jisoo mengungkapkan perasaannya adalah enam bulan yang lalu tapi wanita itu tidak memberikan respon yang baik.

"Aku sangat membutuhkanmu, menikahlah denganku." ucap Jisoo dengan yakin saat mereka sedang duduk di bangku taman di bawah langit senja. Senyuman manis tersungging di wajahnya. Gugup? Tentu saja tapi dia sudah terbiasa dengan penolakan-penolakan dari wanitanya.

Namun kala itu, Rosé tidak menolak tapi juga tidak menerima. Raut wajahnya tak terbaca oleh Jisoo. Melihat reaksi Rosé yang seperti itu membuat dirinya dengan perlahan dan hati-hati menutup kotak cincin yang dipegangnya. Dan memasukkannya kembali ke saku jasnya. Sebisa mungkin dia tidak menunjukkan perasaan sedihnya. Sedih? Kecewa? Tidak bukan itu perasaan yang muncul di hatinya. Dia takut Rosé merasa tidak nyaman dan menjauhinya.

Rosé menyadari perubahan Jisoo, dia merasa bersalah. Dia sudah memutuskan untuk menerima cinta Jisoo jika lelaki itu melamarnya lagi. Namun sayang, hari itu tidak kunjung datang hingga saat ini.

"Kejutan!" seru Rosé ketika Jisoo membuka pintu apartemennya. Dia sengaja datang ke rumah lelaki itu hari ini.

Jisoo melihat dirinya di hadapannya tentu saja senang dan langsung mempersilahkan masuk. "Siapa, Chu?" tanya seorang gadis yang baru pertama kali ini dilihatnya.

Chu? Siapa gadis ini? Cantik sekali, pikirnya. Mungkinkah gadis ini yang membuat Jisoo berubah sikap kepadanya? Rosé mulai overthinking.

"Ah, ini Rosé, Rosé ini Bona. Dia itu -"

"Bona, tunangan Jisoo" Bona memutus omongan Jisoo. Ucapan gadis itu benar-benar membuatnya terkejut. Niat hati memberi kejutan untuk Jisoo malah dirinya yang terkejut. Kejutan besar, batinnya lirih.

Bona yang menyadari perubahan mimik wajah Rosé hanya tersenyum jahil. Dia tahu wanita ini adalah orang yang disukai Jisoo, sepupunya. Karena Jisoo selalu bercerita tentang wanita ini kepadanya. Namun dia tidak terima dengan kenyataan bahwa wanita ini menolak sepupu terbaiknya. Berani sekali, pikirnya.

Namun melihat perubahan ekspresi Rosé tadi dimana wajahnya menjadi masam karena senyumnya memudar, membuat Bona yakin kalau Rosé juga menyukai Jisoo.

"Ish, apaan sih. Bukan, dia itu sepupuku." protes Jisoo yang tidak ingin Rosé menjadi salah paham. Senyum dibibir Rosé kembali terkembang.

"Baiklah, aku tidak akan mengganggu kalian." Bona pamit meninggalkan mereka berdua.

Jisoo yang tidak tahu kalau Rosé akan mengunjunginya hari ini tentu saja sedikit gugup. Hari yang cerah semakin cerah dengan kehadiran wanita yang sangat dicintainya itu.

"Aku hanya ingin mengajakmu makan malam," ucap Rosé.

"Baiklah, aku bersiap dulu." ucap Jisoo

"Oh, kita tidak pergi ke luar. Kita makan di sini, aku akan memasak." ucapnya dengan tersenyum.

Rosé memasak makan malam dengan bahan-bahan yang sudah disiapkannya. Dia sengaja datang untuk memberi kejutan kepada Jisoo. 

Jisoo membantu Rosé menyediakan peralatan yang dia butuhkan. Rosé melakukan pekerjaan di dapur dengan sangat terampil, terlihat seksi di mata Jisoo. Pikirannya melayang, akan sangat menyenangkan jika dia bisa selalu memakan makanan yang dimasak oleh Rosé. Namun kemudian pikirannya itu dia tepis. Rautnya berubah sedih sekilas tapi Rosé dapat melihatnya.

"Ada apa?" tanyanya

"Tidak ada, aku hanya berpikir pasti menyenangkan jika bisa setiap hari memakan masakanmu." ucap Jisoo keceplosan, dia langsung menutup mulutnya.

"Pasti menyenangkan," jawab Rosé "Bisa memasak untukmu setiap hari, pasti menyenangkan." ucapnya lagi. Dia menatap Jisoo yang masih tidak percaya dengan pendengarannya.

"Kim Jisoo, maafkan aku jika selama ini aku mengabaikan semua kebaikan dan perhatianmu. Bisakah kau mengulangnya?" Jisoo tidak menyangka hal ini, otaknya merespon lambat. Dia hanya diam membuat Rosé menundukkan kepalanya.

"Tentu saja," Jisoo menarik Rosé kehadapannya, menangkup wajahnya hingga kini mata mereka saling bertemu. Tampak sedikit basah di mata Rosé. Kini mereka terhanyut dalam kontes tatap mata seolah tidak ada yang ingin mengakui kekalahan.

"Roseanne Park, maukah kamu menikah denganku?" tanya Jisoo dengan tatapan yang menghipnotis.

Rosé memajukan wajahnya mencium bibir Jisoo dengan lembut kemudian berkata, "tentu saja, aku mau." Mereka saling berpelukan seolah tak ingin dipisahkan hingga akhirnya penciuman mereka terganggu dengan bau gosong dari pasta yang sedang mereka rebus. Pancinya hampir saja terbakar karena air untuk merebusnya sudah habis. Mereka mematikan kompor dengan panik lalu sama-sama tertawa menyadari bahwa masakannya tidak layak saji.

Walaupun gagal mencicipi masakan Rosé tapi mereka sepakat bahwa hari ini adalah hari yang sangat berkesan bagi mereka berdua. Jisoo bersyukur pada akhirnya cintanya berbalas. Dan Rosé bersyukur dia bisa lepas dari trauma pernikahan pertamanya.

End

===

Tiba-tiba banyak ide muncul tapi karena dari awal ini adalah cerita pendek tentang seseorang yang menemukan cinta sejatinya setelah mengalami kegagalan, jadi di sinilah akhirnya

Maaf kalau agak kurang memuaskan di akhir cerita, terima kasih buat dukungannya






KETIKA CINTA HILANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang