Chapter 3: Won't turn into a beautiful night

10 3 0
                                    

🥀🌌🌜

"AAAAAAAAAAAA!" angin terasa menabrakkan kencang ke wajah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AAAAAAAAAAAA!" angin terasa menabrakkan kencang ke wajah mereka. Rambut mereka menghambur ke belakang. Mata mereka buram, terasa berair dan pedih karena terlalu cepat melaju ke bawah sana.

"Hentikan ini, bodoh! Hentikan! Kau membuatku ingin menangis!" Crystal ngotot meminta berhenti, sambil tangannya tidak berhenti memukuli Mady--si Pengemudi amatiran. Bahkan Mady masih ragu, bagaimana cara mengemudikannya. Itu rahasia terbesarnya sejak tadi. Sejak dia mengajak ketiga saudaranya menunggangi kendaraan butut anehnya ini!

"Hentikan cepat! Hentikan!"

"Berhenti memukuliku! Bagaimana caranya?!" Mady berseru panik.

"Hei! Apa maksudmu 'bagaimana caranya'?!" Alvinoka, Crystal, dan Rivera sontak berseru lebih panik.

Mady yang sudah banjir keringat, makin banjir keringat. Kalau dia mengaku, dia pasti sudah jadi bahan olokan Alvinoka! "Aku tidak tahu!"

Tepat kata itu keluar dari mulut Mady, kedua roda depan kendaraan itu lepas dari singgahannya, membiarkan keempatnya tersungkur, menabrak ke dinding rumah warga.

BRAK!

Crystal merelakan rambutnya menyentuh tanah, terbanting. Gaunnya kotor dan beberapa bagian robek. Mady terpaksa harus menerima lembam di pipinya, terhantam tembok kayu, Rivera dan Alvinoka memeluk tanah. Terpental dan wajahnya terlumur pasir.

Orang-orang panik. Burung-burung riuh, kabur dari ranting pohon. Pohon-pohon Rabby sontak meliukkan badannya yang besar, ingin tahu apa yang terjadi. Rasanya ingin tertawa! Tapi pohon Rabby tidak ingin tanah pijakkannya bergetar akibat tawanya, atau akan membuat orang-orang panik kehilangan keseimbangan berpijak.

Ini lebih memalukan daripada rasa sakit itu sendiri! Sial.

Rivera mengusap pipinya yang penuh pasir, mengerjapkan mata, ingin buru-buru kabur saat menyadari siapa yang berdiri sekitar 10 meter dari lokasinya saat ini! Dia menoleh cepat ke arah tembok yang ditabraknya barusan bersama saudara-saudaranya. Retak! Tidak-tidak! Hancur! Bagaimana kalau pemilik rumahnya datang?! Gawat!

Dia berusaha bangkit, mengabaikkan rintihan saudara-saudaranya yang ingin sekali dia omeli saat ini, "Pergi, bodoh! Pergi cepat!" bisiknya pada Crystal yang masih menahan tangis kesakitan.

Rivera tanpa pikir panjang berlari secepat kilat menyadari sosok yang ditakutinya terus berjalan pelan ke arahnya. Disusul Crystal dan Alvinoka yang wajahnya sudah luar biasa panik. Mady dengan menahan tangis kesakitan berlari secepat kilat menyusul ketiga saudarinya. Sialan! Mereka bertiga tidak mengkhawatirkan dirinya sama sekali! Entah Mady harus menangisi pipi lembamnya, saudari-saudarinya yang kurang ajar, atau Kepala Arcy yang makin mendekat ke arahnya!

Tenggelam oleh panik, pandangan matanya buram, bahkan untuk makhluk seukuran gecia saja dia tidak melihat!

Duak! Tubuhnya menabrak gecia yang sedang melintas, ketika hendak kabur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Myth : Task For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang