08

3.6K 230 1
                                    

"Ro."

"Hm."

"Roro."

"Apa."

"Rorooo."

"Ck, apasih."

"Makanya noleh kek kalo di panggil."

El yang merasa terganggu dengan panggilan dari temannya itu menoleh dengan kesal.

"Ini udah noleh sekarang mau apa?"

Dia melihat ke arah sampingnya dimana temannya itu berada. Terlihat Al yang sedang melihatnya sambil memainkan gelang yang berada di tangannya.

"Kemaren nyokap gue bilang katanya mau ketemu sama Lo."

"Yaudah tinggal ketemu aja kok."

Al mendekatkan wajahnya ke arah El yang membuatnya memundurkan badannya.

"Ga ada inisiatif buat ke rumah gue gitu?"

El mendorong wajah Al yang sekarang tepat di depannya.

"Nanti aja deh pas bareng sama Lo."

"Oke, kalo gitu Minggu depan kita ke sana. Kebetulan nenek juga mau main."

El terkejut dan langsung menghadapkan tubuhnya penuh ke arah Al.

"Serius?!"

Al menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kesini mau apa? Ih gue beneran kangen bangett." El sangat excited sekali kalo berurusan dengan nenek temannya itu. Dia sudah menganggapnya seperti neneknya sendiri sejak dia masih kecil.

"Ngga tau juga sih. Tapi keknya mau ketemu kakak gue. Kemaren soalnya ga sempet dateng."

Al merebahkan tubuhnya ke sofa dengan bantalan paha El yang berada di sebelahnya.

Mereka emang lagi santai santai di apartemen El, dan dari tadi cuman di isi dengan kesibukan masing masing.

El yang sibuk dengan menjelajah sosmednya dan Al yang sibuk menonton film di hpnya. Sampai akhirnya dia merasa bosan dan memilih untuk memainkan gelang pemberian neneknya itu dan langsung teringat jika neneknya itu akan datang.

Hal itu mampu menarik perhatian El dan dia sangat senang karena ada pembicaraan setelah mereka pulang dari sekolah tadi.

"Berarti nenek Lo nginep disana?" El menatap ke bawah di mana temannya itu berada.

"Ya enggak lah. Kan tadi gue ngajak lo ke rumah nyokap gue, berarti nginapnya disana. Pikun Lo." Al menjentikkan jarinya tepat di dahi El.

Gantian El yang menepuk pipi Al dengan kencang. Malah bisa si sebut tamparan.

"Anjing kdpt Lo."

Al bangkit dan duduk bersila menghadap El dengan tangan yang masih setia mengelus pipinya.

"Kdpt kdpt apaan bangsat. Ga jelas Lo."

"Kekerasan Dalam Per Temanan." Al menekankan setiap kata.

"Mana ada yang begituan."

"Ada lah itu buktinya. Kalo gue laporin ke polisi di tangkap Lo pasti."

El mengernyitkan dahinya lalu menempelkan tangannya pada kening temannya itu yang mungkin sudah agak geser gara gara dia tampar.

"Gak panas kok. Atau otak Lo beneran geser makannya jadi tambah ga jelas gini?"

Al diem. Dia cuman menatap temannya itu tanpa berkedip.

Hampir 2 menit berlangsung dan El mulai was was. Dia sedikit memundurkan badannya walau posisinya sudah mentok di ujung sofa.

"Plis ini Lo kenapa? Ga kesambet kan? Kedip kek jangan bikin gue takut."

Tidak ada jawaban.

Akhirnya dia mulai mengelus kepala Al dengan pelan berharap temannya itu cepat tersadar.

"Al?"

"Permisi, ini siapa ya yang di dalem?" El mencoba mengajak berbicara tapi tetap tidak ada sautan.

Di saat dia sedang mengelus kepala Al tiba tiba ada tangan yang mencekalnya yang membuatnya terkejut.

"AAKHHH LEPAS ANJING. WOI AL SADAR SADAR."

El berteriak sambil memejamkan matanya.

Tanpa ia tau ternyata orang yang mencekal tangannya itu sedang menahan ketawanya dengan sudut bibir yang sudah berkedut.

Ketika El membuka matanya dia melihat sang pelaku yang sudah cekikikan dan di lanjutkan tertawa dengan kencang.

Seketika itu juga dia langsung memukul bahunya dengan kencang. Andaikan tidak ada ampun baginya.

"HAHAHA ADUH ADUH UDAH HAHA." Al mencoba menghindari setiap pukulan yang di berikan El.

"GAK GUE MAAFIN. BANGSAT BANGET LO JADI ORANG."

"UDAH BIKIN ORANG KHAWATIR MALAH KETAWA BEGINI EMANG BABI LO ANJING MONYET."

Hampir semua nama hewan dia keluarkan untuk mengumpati temannya itu.

Al yang sudah kesakitan akibat pukulan temannya itu langsung memegangi kedua tangannya.

Tidak ada pukulan lagi melainkan tatapan maut yang El pancarkan untuk Al yang sudah mengerjainya.

"Tenang dulu."

Al mencoba menenangkan El dengan hati hati, dirinya harus bisa membuatnya tenang baru dia bisa mengajaknya berbicara. Asal asal dia bakal kena semprot lagi.

El mengalihkan pandangannya.

Dan Al masih menunggu waktu yang pas untuk ngomong.

Beberapa menit berlalu dan El sepertinya udah tenang dia baru siap buat ngomong.

"Gue minta maaf."

Tidak ada jawaban.

"Tadi gue cuman iseng aja beneran. Tapi kalo bikin Lo marah gini ga bakal gue lakuin lagi deh janji."

Kali ini El menatapnya. Masih dengan tatapan yang membunuh.

"Gue boleh mukul Lo lagi gak?"

Kalimat itu yang pertama kali keluar dari mulutnya membuat Al bungkam.

Dia bingung mau jawab apa. Mau bilang jangan takut malah nambah ngamuk, tapi kalo bilang iya badan dia udah sakit semua soalnya.

Akhirnya mereka cuman tatap tatapan tanpa adanya yang mau memulai obrolan lagi.

Tapi tiba tiba tidak ada angin tidak ada hujan tangan El sudah melayang ke arang lengannya dengan kencang.

"Itu terakhir." El menatap Al dengan tatapan yang sudah tidak setajam tadi.

"Padahal kalo Lo gila gue gak papa. Masalahnya nanti gak ada yang bisa gue suruh suruh lagi." Lanjutnya

Al speechless. Bisa bisanya temannya itu ngomong gitu. Padahal dia udah berharap banget kalo di khawatirin. Kalo beneran kan dia seneng banget.

"Kok Lo gitu banget sih sama gue. Tega."
 
Al mengerucut kan bibirnya yang malah membuat El merasa geli. Dia pikir El gak gila tapi ternyata stres.

El bangkit dan melempar bantal sofa ke arah Al.

"Jauh jauh Lo anjing. Geli banget gue punya temen kek Lo."

Al tertawa setelahnya. Dia suka sekali menjahili temannya itu. Tapi kalo udah gini bakal lama ngambeknya.

Gak ada sehari si sebenarnya, jadi gak terhitung lama. Tapi menurut Al walau cuman 1 jam itu udah la banget.

Dia melihat El yang sedang menuju ke kamarnya dengan sedikit berlari.  Mau nyusul tapi takut kena semprot.

Akhirnya dia memutuskan untuk tetep berada di sofa dan memainkan hpnya.

Jam menunjukkan pukul 4 sore dan dia akan mandi ketika sudah jam setengah 6.

Biarkan dia menikmatinya dengan menonton sinetron yang ada di tv.

Walau kita tau dia tidak akan menikmati tontonan nya  karena fokus dengan hp.

ーTBC

Maaf kalau alurnya terlalu lambat dan update yang tidak menentu.
Jangan lupa vote dan komen!

Cuman Temen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang