Bibirnya mengembung lucu, namun hatinya mengatakan sebaliknya. Kini sang ayah sedang meminta izin untuk perjalanan ke luar kota, namun tetap saja memikirkan jika di rumah hanya ada Haechan seorang membuatnya lagi ingin menangis
"Hanya sebentar sayang setelah itu ayah janji kalau kita akan menghabiskan libur musim panas bersama." Kembali mendapatkan gelengan membuat Jaehyun menghela nafas menghadapi putranya
"Aku izinkan ayah pergi kalau ayah berjanji setelah pulang akan menemaniku kemana saja." Dan dengan itu kepala keluarga Jung mengangguk, mengecup kening sang putra sebelum meninggalkan beberapa kata manis agar sang buah hati tidak menangis
Haechan hanya melihat kepergian sang ayah, setelah mobilnya tidak tampak barulah pemuda manis tersebut menutup pintu rumah dan beranjak untuk masuk ke kamarnya. Jika tidur bisa membuatnya tenang maka akan dirinya lakukan
"Ah, aku ada janji dengan kak Mark sore ini. Setidaknya aku harus menyiapkan yang terbaik sebelum aku menyatakan perasaanku kepadanya." Haechan tersenyum memikirkan jika Mark akan menerima pernyataan cintanya, karena jujur saja sejak masuk ke bangku smp dirinya sudah menyukai kakak kelasnya yang berbeda satu tahun darinya tersebut
𖦹
Sementara Jaemin berdiri di depan kaca, pemuda tersebut baru selesai mandi karena banyaknya darah yang berada di kemejanya. Jaemin itu suka kerapian, suka sesuatu yang satu menguntungkan dan satunya lagi tidak diuntungkan. Lagi-lagi pekerjaan ini membuatnya lelah, harus menjadi pembunuh bayaran sekaligus mata-mata bagi majikannya
"Brengsek, gara-gara majikan sialan ini saya jadi tidak bisa untuk melihat putra keluarga jung, bagaimana keadaannya?" pertanyaan itu melintas di pikirannya, nanti sore akan Jaemin putuskan untuk menemui Haechan
Sedikit pendekatan tidak masalah baginya, ada sesuatu yang menarik Jaemin agar terus mengamati Haechan. Manusia itu gampang berubah-ubah perasaannya, atau mungkin memang pemuda Na saja yang terlalu tertarik dengan kehidupan Haechan? tapi setidaknya dia harus mengetahui kabarnya
Setelah itu Jaemin segera memakai pakaiannya, bergegas untuk pergi ke tempat Haechan berada karena sungguh pemuda Na tersebut sangat tidak sabar untuk menemuinya
𖦹
Haechan merenung, hari sudah mulai gelap dan matahari sudah menenggelamkan dirinya bahkan lampu-lampu toko atau jalanpun sudah menyala sedari tadi. Tersisa dia sendiri disana, berdiam diri ditaman sambil mengusap sisa air mata yang masih menempel di muka
"Bodoh, jika tau seperti ini aku tidak akan menyatakan perasaan, ternyata rasanya sakit sekali seperti diremat." gumanan tersebut mengalir bersamaan dengan angin yang terus berdesir menghantarkan kesan dingin kepada Haechan
Larut dalam kesedihan sehingga pemuda manis itu tidak menyadari jika ada seseorang yang duduk di sebelahnya sembari menyesap sebuah rokok, mata pemuda tersebut memerhatikan Haechan dengan lamat berusaha merekam jelas bagaimana pahatan wajah di depannya
"Pulanglah, cuaca memburuk dan sebentar lagi akan terkena hujan." perkataan itu terlontar membuat Haechan terkejut lalu menoleh dengan cepat kearah samping
Lagi, wajah mereka sangat dekat. Jika salah satu diantara mereka ada yang bergerak maka belah bibir tersebut akan tersentuh, mata Jaemin menatap tajam iris yang lebih muda lalu tangannya bergerak meraih tengkuk Haechan, menabrakan kedua bibir dan menyesap rasa satu sama lain
Haechan kelabakan tidak menyangka aksi yang tiba-tiba namun mulutnya seketika mengernyit merasakan sesuatu yang aneh, Jaemin memutuskan ciuman terlebih dahulu membuat untaian panjang. Bibirnya mengeluarkan kekehan ketika Haechan tertidur dengan menumpukan kepalanya di lengan yang lebih tua, ciuman tadi hanya perantara untuk menyalurkan obat tidur
Jaemin berdiri, menggendong Haechan seperti karung beras. Dirinya harus segera bergegas agar tidak diketahui oleh orang lain, pernyataan cinta yang berujung membuat misinya sukses. Berterima kasihlah Jaemin kepada Mark karena sudah membantu banyak hal
"Hmm, terima kasih juga bapak Jung Jaehyun karena sudah melepaskan anakmu secara cuma-cuma."
Tinggalkan jejak.