[SoTC] 1. Recruitment

20 7 6
                                    

"Musik dalam jiwa dapat didengar oleh alam semesta."
-Lao Zu-

***

"Suara ada untuk didengar. Dia bersuara, gue bersuara dan kalian juga bersuara. Bahkan hewan pun bersuara!" Cowok itu menjeda kalimatnya. Mengabsen satu per satu ekspresi muka para murid baru SMA Tri Satya yang tengah menjalani MOS hari terakhir.

Gedung auditorium terlihat padat, dipenuhi kerumunan murid baru di kursi-kursi penonton yang berada di sana. Sementara para anggota OSIS kelas 11 yang bertugas memberikan wejangan untuk murid baru, berderet di kursi yang disediakan di atas panggung proscenium.

Kegiatan MOS tersebut telah berlangsung selama 30 menit. Dua orang mengambil alih tugas itu dengan berdiri di atas panggung. Di mana satu di antara mereka sebenarnya sudah kelas 12 yang seharusnya sudah tidak berhubungan dengan semua hal tentang OSIS, dialah Tigris. Hal itu dilakukan Tigris lantaran ada skenario yang harus dijalankannya.

Ekor mata Tigris menangkap seorang cewek berambut sebahu yang duduk paling belakang, dengan terang-terangan melempar senyum ke arahnya. Bukan hanya satu, tapi juga masih banyak cewek korban pesona seorang Panthera Tigris yang berdalih mengikuti materi, nyatanya mereka hanya ingin menikmati pemandangan indah wajah cowok itu. Segelintir siswi tampak melongo higga aroma mulutnya nyaris mengundang lalat untuk masuk ke dalamnya.

Dalam hati Tigris mengutuki kebodohan mereka. "Gue tau muka gue ganteng! Tapi gue minta kalian fokus ke materi, bukan ke muka gue, bisa, 'kan?" Nada suaranya terdengar penuh penekanan.

Jika saja bukan demi memenuhi tantangan dari gadis yang berdiri di sampingnya, sudah tentu dia enggan memaparkan materi seputar filosofi suara kepada para murid baru menyebalkan itu.

Sekilas Tigris melirik cewek di sampingnya, tidak lain adalah Cempaka. Sejurus kemudian, Cempaka terlihat mengangkat alis seraya mengedikan dagu--isyarat agar Tigris melanjutkan skenarionya.

"Secara filosofis, suara manusia muncul dari nafsu untuk menyatakan keinginan dari pribadi manusia." Cempaka menambahkan. Cewek berparas oriental itu merupakan ketua OSIS periode baru di SMA Tri Satya.

Desas-desus mengatakan, bahwa Cempaka menang banyak suara karena kelebihan fisik semata, sedangkan dalam kinerja ia tidak terlalu menjanjikan. Meski pada akhirnya hal itu terbantahkan. Terlebih untuk berbagai organisasi khususnya ekskul musik dan paduan suara yang kini mengalami banyak kemajuan.

"Dari sudut filsafat, dikatakan suara itu diolah oleh nalar." Tigris kembali buka suara.

"Mau keras, lembut, ataupun bahasa yang dipakai, semua itu karya nalar. Kalau suara tanpa dibekali rumus, maka itu crazy, alias orang gila. Tapi itu pun suara kegilaan yang diolah oleh nalar yang udah kacau. Sejatinya naluri menggemakan suara ke pendengar yang sanggup mendengar. Gue yakin, di sini semuanya masih pada waras, 'kan?" Pertanyaan yang terlontar spontan disambut gelak tawa seluruh partisipan.

"Banyak cewek yang hampir nggak waras karena mengejar cintamu, Kak!" celetuk salah satu murid baru berbadan gempal tiba-tiba. Seorang cowok cungkring di sampingnya, refleks menyikut si gempal dengan lengannya--mengingatkan untuk jaga bicara dengan bibir komat-kamit tanpa suara.

"Ah, si gendut. Siapa nama lo?" Telunjuk Tigris mengarah ke cowok gendut yang menurutnya terlampau berani itu.

"S-saya, Kak?" Cowok pemilik tubuh kelewat subur itu celingak-celinguk.

"Iya, elo!"

Murid baru itu tersenyum kikuk, menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anu, Bonbon, Kak."

"Apanya yang bonbon?" tanya Tigris tak mengerti.

Voice; Song of The Curse [#NumiEuE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang