Bahiyyih terbangun dengan rasa sakit yang sangat terasa di kepalanya, dia mencoba bangkit dari tidurannya sambil memegang kepalanya.
Salah satu tangannya mencoba memegang sisi ranjang agar tubuhnya tidak jatuh.
Bingung, dirinya ada dimana coba? Tidak tampak seperti di kamarnya, karena dia tidak yakin juga ini di rumahnya.
"Sudah bangun?"
Bahiyyih reflek menoleh dan di sana ada cowok yang baru-baru ini dia kenal, lebih jelasnya harus kenal karena cowok itu baru saja menjadi tunangannya.
"Reaksimu biasa aja, karena aku tidak melakukan apapun kepadamu," balasnya yang membuat Bahiyyih reflek duduk di salah satu bangku yang ada di kamar ini.
Masih bingung kenapa hanya lampu di meja belajar saja yang menyala, apakah lampu di kamar ini putus atau bagaimana?
"Haruto."
Cowok yang bernama Haruto itu menoleh dengan tatapan bertanya ke dirinya yang masih duduk dengan kondisi kepala yang pusing.
Belum sempat menjawab dia malah memilih untuk bangkit untuk mencari wastafel dan memuntahkan isi perutnya.
Haruto yang masih ada di sana hanya memperhatikan sambil bersandar di dinding yang ada di belakangnya.
Lalu dia melihat cewek tersebut terduduk dengan lemas sambil menutupi mulutnya.
"Aku sebenarnya ingin membawamu ke dokter, tapi sepertinya itu gak akan pernah terjadi."
"Kenapa? Kamu ingin membuatku terus mual begini? Lagipula ada apa dengan lampu kamar ini? Kamu suka dengan kondisi gelap-gelapan seperti ini?" balas Bahiyyih dengan cerewet walaupun sedang mual, dia tetap saja harus ngomong, gak mungkin diam saja.
Lalu ada tangan yang terulur ke hadapannya, Bahiyyih meraih tangan tersebut, tangannya masih di pegang oleh Haruto yang mengajaknya keluar dari kamar.
Saat keluar dari kamar malah tambah gelap saja, dia gak bisa melihat apapun sebelum Haruto menyalakan senter di tangannya.
Dan mengarahkan cahaya senter tersebut ke pintu balkon, Haruto membuka pintu balkon tersebut, Bahiyyih segera mengikuti cowok tersebut.
"Karena kita tidak bisa keluar dari sini," balas Haruto yang menjawab pertanyaan cewek yang menjadi tunangannya itu.
Bahiyyih menutup mulutnya kembali saat melihat apa yang terjadi di bawah sana, dimana ada banyak sekali orang dengan tampang aneh berjalan mengelilingi gedung apartemen ini.
"Aku harus menelpon orang tuaku dan saudaraku, mereka harus menyelamatkanku," ucap Bahiyyih dengan panik sambil mencari handphonenya namun dia malah mendengar suara Haruto yang tampak meremehkannya.
"Percuma, tidak akan ada sinyal, kamu lihat saja semuanya gelap seperti ini."
Haruto berkata seperti itu sambil menarik tangan cewek di dekatnya itu agar kembali masuk dan segera mengunci pintu balkon apartemennya.
"Sejak kapan ini terjadi?"
"Sejak beberapa jam yang lalu, kamu pingsan saat kita sedang mengantri roti yang kamu inginkan."
"Lalu kemana rotinya?"
"Peduli amat sama rotinya, aku lebih kerepotan mengurusmu yang mendadak pingsan saat mengantri tadi," balas Haruto dengan cepat yang ujungnya malah berdebat dengan cewek di hadapannya itu.
Bahiyyih juga sebenarnya tidak peduli lagi sama roti yang mau dia beli tadi siang, sepertinya sekarang sudah malam sih, mengingat cuacanya yang sudah gelap sekali, namun karena cahaya bulan, Bahiyyih masih bisa melihat orang-orang dengan tampang aneh di bawah tadi.
"Lagipula sepertinya kamu harus bersyukur karena tidak memakan roti tersebut."
Haruto menghentikan ucapannya sambil menoleh sekilas kearah Bahiyyih yang masih menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Orang-orang saat memakan roti tadi langsung berubah wujud menjadi orang-orang yang kamu lihat tadi, mungkin kalau di film, itu sama saja dengan zombie."
Bahiyyih menelan air ludahnya sendiri saat mendengar penjelasan dari cowok di hadapannya itu.
Lega karena dia gak memakan roti tersebut, sekaligus bingung dan takut juga saat ini, mereka gak mungkin selamanya tetap berada disini dalam kegelapan, mereka tetap butuh makan.
Haruto bersandar di sofa sambil mengusap kasar mukanya, dia sedang memikirkan cara untuk keluar dari apartemennya ini, saat dia kesini, penyebaran zombienya masih lambat, membuatnya masih mudah untuk ke apartemennya.
Mungkin saat dia keluar, dia masih jarang bertemu dengan zombie, namun tidak dengan di lantai dasar, pasti mereka harus bertarung untuk menyingkirkan zombie yang menyerang mereka.
Haruto bangkit dari duduknya untuk berjalan mengambil sesuatu untuk cewek di hadapannya itu yang tampak lemah sekali, seperti lapar, tapi cewek itu pasti akan memuntahkan makanannya.
"Mau kemana? Kamu tidak berpikir untuk meninggalkanku sendirian di saat kondisi kota yang sedang dalam ambang kehancuran, bukan?" ucap Bahiyyih sambil memegang lengan cowok yang mau berjalan meninggalkannya di ruang tamu itu
Haruto berhenti dari berjalannya saat tangan Bahiyyih menahan lengannya.
"Aku tidak meninggalkanmu, lagipula aku mau ke dapur mencari makanan yang bisa kamu makan."
Lalu Haruto mendadak berjongkok di hadapan Bahiyyih sambil tersenyum membuat Bahiyyih mendadak malu dan menoleh kearah lain.
"Aku hanya ingin kamu fokus dengan kondisimu dan kondisi anak kita, mengerti?"
Saat itu juga, Bahiyyih langsung mengangguk membuat Haruto kembali tersenyum dan segera bangkit berdiri.
Ya, sebenarnya mereka itu aslinya gak saling kenal, hanya satu kampus, sama-sama mahasiswa baru, bertemu di pesta yang diadakan oleh salah satu teman yang mereka sama-sama mereka kenal, dan berakhir mereka malah terjebak bersama, terjebaknya juga karena ada janin yang harus di jaga oleh Bahiyyih dan harus di pertanggung jawabkan juga oleh Haruto.
Tbc.
Genre zombie apocalypse dengan bumbu romantis, hm, aku pasti suka mengetik book ini, wkwkwk.
Sebenarnya ini iseng aja sih, kalau ada yang baca ya syukur, kalau enggak ya, bodoamat sih:)
Kalau suka, vote dan komennya di tunggu sekali, oh iya, kalau mau lanjut, komen aja.
Ok, sampai jumpa di part selanjutnya, kalau lanjut sih.
Salam,
Anaknya Taekook.
KAMU SEDANG MEMBACA
City of Chaos - Haruto × Bahiyyih
FanfictionDilanda oleh kekacauan kota akibat zombie tidak membuat Haruto dan Bahiyyih berjuang agar selamat dari serangan zombie. ©2022